Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap Tanggal 19 Desember
Peringatan Hari Bela Negara jatuh pada hari ini, Minggu (19/12/2021), simak inilah tema dan sejarah Hari Bela Negara.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Hari Bela Negara diperingati setiap tahun, pada tanggal 19 Desember.
Tahun ini, peringatan Hari Bela Negara jatuh pada hari ini, Minggu (19/12/2021).
Berdasarkan amanat Presiden RI Joko Widodo yang diunggah di laman Kementerian Pertahanan, peringatan Hari Bela Negara ke-73 ini mengusung tema "Semangat Bela Negaraku, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh".
Tema tersebut mengisyaratkan untuk terus mengobarkan dan mengimplementasikan sikap rela berkorban demi bangsa dan negara serta tetap tumbuh bersama-sama untuk berjuang pantang menyerah menuju Indonesia Maju.
Lantas, bagaimana sejarah Hari Bela Negara?
Baca juga: Menhan Prabowo Sampaikan Amanat Presiden Jokowi Saat Pimpin Upacara Hari Bela Negara Ke-73
Baca juga: Daftar Negara Paling Berbahaya di Dunia 2022: Afghanistan Masuk Kategori Ekstrem, Indonesia Sedang
Sejarah Hari Bela Negara
Peringatan ini bermula dari deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat.
Melansir Kemhan.go.id, Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo.
Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan Kaum Padri.
Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.
Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota) dan berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.
Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand.
Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.
Pada masa itu, kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah.