Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Konferensi Air Aceh Menghasilkan Lima Rekomendasi Menuju SDGs 2030

KAA 2021 dilakukan untuk terus mempertahankan dan meningkatkan capaian akses serta memperkuat kolaborasi antarpelaku pembangunan.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Konferensi Air Aceh Menghasilkan Lima Rekomendasi Menuju SDGs 2030
Istimewa
Konferensi Air Aceh (KAA) 2021 yang diadakan di Banda Aceh. 

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Konferensi Air Aceh (KAA) 2021 menghasilkan lima rekomendasi. Kelima rekomendasi ini diharapkan bisa terealisasi untuk menuju sustainable development goals (SDGs) pada 2030.

"Rekomendasi ini harus direalisasikan oleh semua pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga donor, LSM (lembaga swadaya masyarakat), pihak swasta, lembaga pendidikan, komunitas, media, hingga seluruh lapisan masyarakat," kata Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, dalam KAA 2021 yang diselenggarakan di Banda Aceh, Minggu (19/12/2021).

KAA 2021 mengusung tema Arah Kebijakan dan Strategi Aceh dalam Mencapai Akses Air yang Merata dan Universal 2030.

Konferensi Air Aceh (KAA) 2021 yang diadakan di Banda Aceh.
Konferensi Air Aceh (KAA) 2021 yang diadakan di Banda Aceh. (Ist)

KAA 2021 ini dilakukan untuk terus mempertahankan dan meningkatkan capaian akses serta memperkuat kolaborasi antarpelaku pembangunan untuk air dan sanitasi.

Nova mengatakan air menjadi sumber kehidupan yang sangat penting.

Ada sekitar 250 juta kasus penyakit yang berhubungan dengan air di dunia. Dan 5 juta di antaranya berujung kematian.

"Mengingatkan pula bahwa program penyediaan air bagi masyarakat tidak boleh diabaikan. Air merupakan bagian penting dalam RPJMA (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh) 2019-2024 sampai nanti mencapai target 100 persen universal access pada 2030," kata Nova.

KAA 2021 menghadirkan narasumber dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Balai Wilayah Sungai I Sumatera, PT Solusi Bangun Andalas, Lembaga Karst Aceh, Lembaga Solidaritas Perempuan, dan PT Varsha Zamindo Lestari.

Adapun kelima poin penting yang menjadi rekomendasi kebijakan serta arah strategis pembangunan di bidang air dan sanitasi adalah pertama, kawasan karst merupakan salah satu ekosistem sumber air yang menghasilkan air berkualitas tinggi.

Baca juga: Bappenas Sambut Konferensi Nasional Geopark Indonesia II Secara Virtual

Kawasan karst di Aceh terdapat di Kaloy Aceh Tamiang, Lhok Nga Aceh Besar, hingga Lamno Aceh Jaya.

Kawasan ini mampu mencegah potensi kekeringan. Untuk itu, peserta KAA bersepakat untuk memasukkan kawasan karst dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh.

Kedua, mendesak pelaksanaan program RPJMA 2022 untuk membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing.

Menitikberatkan pada program perumahaan, permukiman, air bersih, dan sanitasi.

Program-program itu harus menjadi program unggulan dalam mencapai akses universal air minum yang merata, aman, dan terjangkau.

Pemerintah harus fokus membangun infrastruktur air dan sanitasi untuk kelompok rentan.

Ketiga adalah memperkuat strategi ketahanan air, pangan energi, dan merespon perubahan iklim global. Aceh termasuk daerah yang memiliki potensi kekeringan seluas 5.707.385 Ha.

Hal ini bisa berakibat pada turunnya produktivitas pertanian, peternakan, dan meningkatnya kemiskinan serta turunnya kualitas hidup.

Berita Rekomendasi

Keempat, mendorong pelibatan swasta dan pembiayaan dunia usaha dalam upaya menyediakan air baku ke keran siap minum.

Butuh investasi besar untuk merealisasikannya. Untuk itu, dibutuhkan konsep kerja sama yang melingkupi end-to-end solution; berpihak pada kepentingan rakyat, negara, lingkungan hidup, dan berkelanjutan.

Kelima, pabrik-pabrik yang beroperasi di Aceh wajib memaksimalkan aset yang dimiliki. Hal ini untuk ikut menyukseskan program air dan sanitasi bagi masyarakat.

Pabrik-pabrik itu juga harus menghentikan semua kegiatan yang merusak lingkungan.

Keberadaan industri skala kecil dan besar di Aceh harus menjadi solusi atas permasalahan kehidupan dan lingkungan.

Kelompok rentan seperti perempuan, anak, dan disabilitas mendapatkan perhatian yang khusus serta berkesinambungan untuk memastikan pembangunan yang adil dan merata.

KAA 2021 diinisiasikan oleh Lembaga Karst Aceh, IAJ Aceh, dan Bijeh didukung penuh oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. Kegiatan yang dihadiri oleh 128 tamu undangan ini juga mendapat dukungan dari Badan Pengelola Migas Aceh, PT Kana Green Energy.

Kemudian Perhimpunan Alumni Jerman Aceh, German-alumni Entrepreuners Network, Jejaring Alumni Jerman dan Returnee Indonesia, Liköt Coffee, Wekabe Café, CV. MANN, Wardah Cosmetics, Padebooks, Lentera Intelektual Aceh, Prodi Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry, PRISB Unsyiah, dan ICAIOS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas