Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bamsoet: Jadikan Momentum Natal Memperkuat Komitmen Kepedulian dan Solidaritas Sosial

Bambang Soesatyo mengatakan perayaan Natal bisa menjadi momentum menumbuhkan rasa syukur, kedamaian, dan harmoni dalam setiap hati sanubari bangsa.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Bamsoet: Jadikan Momentum Natal Memperkuat Komitmen Kepedulian dan Solidaritas Sosial
dok. MPR RI
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan perayaan Natal bisa menjadi momentum menumbuhkan rasa syukur, kedamaian, dan harmoni dalam setiap hati sanubari bangsa Indonesia.

Cahaya-cahaya lilin yang dinyalakan saat perayaan Natal, menjadi penanda semangat kebangkitan serta tumbuhnya harapan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Hal itu disampaikan Bamsoet dalam perayaan Natal Nasional Gerakan Muda Kristen Indonesia (GMKI), secara virtual dari Jakarta, Selasa (21/12/2021).

"Tugas kita bersama sebagai umat beragama adalah menjaga agar lilin-lilin harapan itu terus menebarkan cahaya yang menerangi kehidupan. Dan yang lebih penting lagi, adalah mewujudkan berbagai harapan tersebut menjadi kenyataan."

"Karenanya, momen perayaan Natal jangan hanya dimaknai dari aspek ritual peribadatan semata. Melainkan juga perlu ditindaklanjuti secara horisontal melalui berbagai kegiatan yang menebar pesan perdamaian, menggugah semangat persaudaraan, membangun rasa kepedulian, dan menjadi penyemangat untuk melakukan pembaharuan," kata Bamsoet.

Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Maluku Barat Daya Benyamin Thomas Noach, Wakil Bupati Maluku Barat Daya Agustinus Lekwarday Kilikily, Ketua DPRD Maluku Barat Daya Petrus Aswerus Tunay, Sekretaris Sinode Gereja Protestan Maluku Pendeta Rudi, dan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jefri Edi Irawan Gultom.

Baca juga: Kumpulan Puisi Natal untuk Memeriahkan Hari Raya Natal 2021

Berita Rekomendasi

Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, perayaan Natal juga harus menjadi momentum memperkuat komitmen kepedulian dan solidaritas sosial.

Mengingat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020, telah meninggalkan 'luka memar' pada berbagai aspek kebangsaan. Dari mulai sektor ekonomi, sosial, hingga ideologi.

"Diperkirakan hingga September 2021, persentase penduduk miskin di tanah air masih berada di kisaran 10,25 persen hingga 10,45 persen. Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia berjumlah sekitar 272,3 juta, maka ada sekitar 27,8 juta hingga 28,4 juta penduduk miskin yang membutuhkan uluran tangan kita," jelas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, konstitusi memang telah mengamanatkan bahwa fakir miskin menjadi tanggungjawab negara, dan bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Baca juga: Rayakan Natal 2021, Peradi Jakbar Galang Donasi untuk Korban Erupsi Semeru

Tetapi amanat konstitusi ini tidak lantas menghilangkan tanggungjawab kita sebagai makhluk sosial yang secara naluriah memiliki kewajiban moral untuk bahu-membahu, dan bekerjasama dalam lingkungan sosialnya.

"Naluri dan fitrah kemanusiaan inilah yang membentuk semangat gotongroyong menjadi jati diri bangsa Indonesia. Tidak heran jika dalam laporan Charities Aid Foundation World Giving Index 2021 menyebutkan bahwa di masa pandemi, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia, dengan tingkat sukarelawan lebih banyak tiga kali lipat dari rata-rata global," terang Bamsoet.

Baca juga: Kemenhub: Tidak Ada Penyekatan Mobilitas Selama Natal 2021 dan Tahun Baru 2022

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, sebagai bangsa yang dilahirkan dengan fitrah kemajemukan, dengan jumlah penduduk lebih dari 272,3 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku, berbicara dalam 733 bahasa, dan menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, maka semangat gotong royong membangun persaudaraan dan kebersamaan adalah sebuah keniscayaan, dan sekaligus tantangan.

Sejarah dunia mengajarkan, kegagalan menjawab tantangan kemajemukan, dan luruhnya semangat kebersamaan, pada akhirnya menyebabkan lahirnya 'negara gagal', baik yang terpecah belah, maupun yang luluh lantak oleh perang saudara.

"Sebagai bangsa yang besar dan majemuk, bangsa Indonesia kaya akan nilai-nilai dan norma, termasuk nilai-nilai religius yang hidup dan berkembang di tengah kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai inilah yang wajib kita jaga, kita rawat dan kita lindungi bersama, dengan dilandasi semangat persaudaraan," kata Bamsoet.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas