Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Mengapa Hari Ibu bukan Mother's Day? Berikut Ini Penjelasannya dan Sejarah Hari Ibu Nasional

Mengapa Hari Ibu bukan Mother's Day? Berikut ini penjelasannya dan sejarah Hari Ibu Nasional. Hari Ibu Nasional diperingati setiap 22 Desember.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Mengapa Hari Ibu bukan Mother's Day? Berikut Ini Penjelasannya dan Sejarah Hari Ibu Nasional
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Ilustrasi ibu dan anak. - Mengapa Hari Ibu bukan Mother's Day? Berikut ini penjelasannya dan sejarah Hari Ibu Nasional. Hari Ibu Nasional diperingati setiap 22 Desember. 

Perempuan juga merupakan subjek pembuat keputusan dalam proses pembangunan bangsa, bukan properti dalam kehidupan.

Maman menegaskan, berbagai persoalan terkait perempuan bukan hanya menjadi masalah perempuan saja, tapi ini masalah kemanusiaan.

"Jadikan perempuan sebagai mitra yang setara dengan laki laki," katanya.

Baca juga: KUMPULAN UCAPAN Selamat Hari Ibu dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

Baca juga: Rekomendasi Film Tema Ibu: Wolf Children hingga Lady Bird, Cocok jadi Tontonan Keluarga di Hari Ibu

Keterangan dari kedua tokoh di atas tak lepas dari sejarah perjuangan kaum perempuan dalam mencari keadilan dan hak perempuan di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut, simak sejarah Hari Ibu berikut ini.

Sejarah Hari Ibu Nasional

Ilustrasi
Ilustrasi (Freepik)

Dikutip dari bkdaceh.kemenag.go.id, rapat organisasi perempuan di Sumatera dan Jawa dilakukan di Dalem Jayadipuran, Yogyakarta.

Mereka mengemukakan berbagai gagasan dan pemikiran dalam Kongres Perempuan 1 pada tanggal 22 Desember 1928.

Berita Rekomendasi

1. Kongres Perempuan Indonesia I

Dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama ini, berhasil mengumpulkan perempuan-perempuan pejuang yang datang dari 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.

Acara tersebut berhasil mengumpulkan perempuan-perempuan pejuang yang datang dari 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra.

Selama tiga hari, dari 22-25 Desember 1928, mereka membahas isu-isu penting tentang perempuan dan sosial.

Isu yang dibahas antara lain, pendidikan bagi anak perempuan, perkawinan anak-anak, kawin paksa, permaduan, dan perceraian secara sewenang-wenang. 

Dalam kongres tersebut, mereka juga membahas tentang perbaikan nasib kaum perempuan dan perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita.

Kaum perempuan juga sepakat untuk membentuk organisasi yang bernama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI) untuk memperjuangkan cita-cita mereka.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas