Pemilihan Ketum PBNU, Barigade Ulama Muda Indonesia Dorong Musyawarah Mufakat
Barigade Ulama Muda Indonesia (BUMI) menyerukan agar dinamika Muktamar NU ke-34 tidak menciptakan poros diametral
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jelang pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Barigade Ulama Muda Indonesia (BUMI) menyerukan agar dinamika Muktamar ke-34 NU, tidak menciptakan poros diametral yang saling berhadap-hadapan.
Ketua Umum BUMI Faris Fuad Hasyim atau Gus Faris berharap semua pihak termasuk tim sukses kandidat untuk mengedepankan akhlak sebagaimana dicontohkan oleh para pendahulu NU. Gus Faris menjelaskan bahwa tiga puluhan muktamar yang sudah dilewati NU.
"Semuanya memberikan kita uswah bagaimana menghadapi dinamika di arena muktamar dengan tetap menedepankan keutuhan dan kesolidan jamiyah," ujar Gus Faris dalam keterangannya, Kamis (23/12/2021).
Gus Faris mengatakan jika tidak ingin diwarisi konflik atau perpecahan. Ia berharap kepada sesepuh-sesepuh NU untuk turun langsung membimbing muktamirin agar tidak terseret pada ego dan fanatisme dukung-mendukung.
"Siapapun kandidat Ketua Umum PBNU, beliau semua adalah figur terbaik yang kita miliki saat ini" imbuh Gus Faris.
Ia menambahkan bahwa Muktamar NU selalu jadi sorotan ummat. Sebaiknya, menunjukan pada publik bahwa sebagai organisasi terbesar NU selalu berhasil melewati badai dan gelombang dengan selamat.
Baca juga: Pemilihan Ketum PBNU Digelar di Universitas Lampung Hari Ini
Terkait menguatnya atmosfir kontestasi kandidat Ketua Umum yang mengeras Gus Faris memberikan komentar agar panitia dan muktamirin berpedoman pada AD/ART NU.
"Ada aturan organisasi, laksanakan saja sesuai dengan anggaran dasar. Toh NU besar itu salah satunya karena memiliki mekanisme organisasi yang syarat rukun anggarannya berbeda dengan ormas lain".
Keliru, lanjut dia, jika sepenuhnya menyamakan metode pengambilan keputusan di NU dengan organisasi lain.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa musyawarah mufakat merupakan tradisi yang diwariskan para pendiri NU dalam menyikapi berbagai perbedaan maupun dalam pengambilan keputusan.
Baca juga: Sidang Pleno 1 Muktamar: Syarat Calon Ketua Umum PBNU, Harus Didukung Setidaknya 99 Suara
"Mekanisme AHWA tidak bertentangan dengan aturan organisasi, bahkan jadi ciri khas NU yang bisa menjadi jalan terbaik untuk menjaga marwah Muktamar," ucap Gus Faris.