Tiga Cara Hindari Pelecahan Seksual di Dunia Maya ala Pakar Kajian Media Unair
Pakar Kajian Media Studies asal Universitas Airlangga Prof.Rachmah Ida Ph.D, memberikan beberapa tips untuk menghindari perlakukan tersebut.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kasus pelecehan seksual tak hanya berlangsung dalam kehidupan nyata.
Semakin berkembang teknologi, maka pelecahan seksual juga dapat ditemukan di dunia maya melalui berbagai platform.
Pakar Kajian Media Studies asal Universitas Airlangga Prof.Rachmah Ida Ph.D, memberikan beberapa tips untuk menghindari perlakukan tersebut.
Pertama, pahami space dan budaya platform. Sebelum menggunakan platform, calon pengguna disarankan memahami peraturan privasi dan keamanan.
“Sebaiknya paham betul dalam space itu karakternya seperti apa. Misalnya SimCity atau game, harus pelajari term of reference dan disclaimer-nya, jika sudah menyetujui berarti sudah terikat hukum yang dibuat oleh perusahaan pembuatnya,” ujar pengajar program studi Ilmu Komunikasi ini, seperti dikutip dari laman unair, Rabu (29/12/2021).
Lalu, mengenali daerah komunitas.
Perlu adanya perhatian dan pengetahuan khusus untuk menjelajah sebuah tempat atau daerah komunitas.
Baca juga: SNMPTN 2022: Daftar Perkiraan Daya Tampung Tiap Prodi Saintek dan Soshum Unpad dan Unair
Tak hanya dunia nyata mengenali daerah komunitas dunia maya pun perlu dilakukan.
“Menjaga diri sendiri bisa dimulai dengan mengetahui tempat-tempat dimana kita bisa mengeksplor atau tidak,” ungkapnya.
Serta, sadar bahwa dunia maya berbeda dengan realita.
Ida menyebutkan, setiap platform memiliki budaya dan cara kerja sendiri. Jika sudah bermain, pastikan sadar dan paham kalau dunia yang kita mainkan ini adalah dunia maya.
Banyak kejahatan maya yang terjadi karena kelalaian pengguna yang tidak dapat membedakan realita dengan dunia maya.
Pengguna virtual reality yang disebutnya sebagai ghostwild tidak diketahui identitasnya.
Baca juga: Polisi Pastikan Tak Ada Pelecehan Seksual dalam Kasus Sopir Taksi Online Aniaya Penumpang di Tambora
“Karena sifatnya yang liar dan anonim, jadi kita sudah tidak tahu identitas sesungguhnya yang bermain di belakang avatar,” jelasnya.
Semua media tidak terlepas dari adanya kemungkinan kejahatan. Untuk itu sebagai pengguna, lebih baik membekali diri dengan pengetahuan untuk menghindari terkena adanya kejahatan di media utamanya dalam realitas maya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.