Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

UNHCR Puji Indonesia, Izinkan Kapal Pengungsi Rohingya Mendarat di Aceh

Indonesia lewat Pemerintah Provinsi Aceh telah berbaik hati menyelamatkan para pengungsi Rohingya di tahun 2015, 2018, dan 2020

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Choirul Arifin
zoom-in UNHCR Puji Indonesia, Izinkan Kapal Pengungsi Rohingya Mendarat di Aceh
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pencari suaka etnis Rohingya asal Myanmar melakukan aksi di depan Kantor UNHCR, Jakarta, Jumat (26/11/2021). Unjuk rasa yang dilakukan pengungsi etnis Rohingya menuntut Pemerintah Indonesia dan UNHCR agar lebih memperhatikan nasib pengungsi sebagai manusia yang lebih dari 9 tahun tak kunjung diperhatikan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) memuji pemerintah Indonesia yang mengizinkan kapal pengungsi Rohingya mendarat pada kemarin malam, Rabu (29/12/2021).

UNHCR dalam pernyataannya hari Jumat menyebut bahwa kapal pengungsi Rohingya itu membawa 105 orang, yang terdiri dari 8 pria, 50 wanita, 47 anak – anak.

“Kami sangat berterimakasih kepada Indonesia dan masyarakatnya yang sekali lagi telah membuktikan semangat kemanusiaan mereka dan menunjukkan bahwa tindakan penyelamatan jiwa harus selalu menjadi prioritas utama," kata Ann Maymann, Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia dalam pernyataannya, Jumat (31/12/2021).

Ia menyebutkan para pengungsi Rohingya tersebut telah terombang-ambing dalam kapal di perairan dekat Aceh, Indonesia.

Baca juga: PMI Segera Kirim Bantuan untuk Pengungsi Rohingya di Aceh

Kapal yang berpenumpang mayoritas wanita dan anak-anak itu telah berada di laut dengan kondisi yang berbahaya selama tiga minggu.

Pencari suaka etnis Rohingya asal Myanmar melakukan aksi di depan Kantor UNHCR, Jakarta, Jumat (26/11/2021). Unjuk rasa yang dilakukan pengungsi etnis Rohingya menuntut Pemerintah Indonesia dan UNHCR agar lebih memperhatikan nasib pengungsi sebagai manusia yang lebih dari 9 tahun tak kunjung diperhatikan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pencari suaka etnis Rohingya asal Myanmar melakukan aksi di depan Kantor UNHCR, Jakarta, Jumat (26/11/2021). Unjuk rasa yang dilakukan pengungsi etnis Rohingya menuntut Pemerintah Indonesia dan UNHCR agar lebih memperhatikan nasib pengungsi sebagai manusia yang lebih dari 9 tahun tak kunjung diperhatikan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Kapal yang rusak dan tidak layak berlayar tersebut pertama kali terlihat di perairan dekat Bireuen, sebelah utara Aceh, pada tanggal 26 Desember.

Baca juga: KRI Parang-647 TNI AL Tarik Kapal Pengungsi Rohingya ke Pelabuhan Kruengkeukuh Lhokseumawe

BERITA REKOMENDASI

"Memfasilitasi pendaratan darurat bagi kapal yang berada dalam kesulitan dan memberikan bantuan guna mencegah kehilangan jiwa merupakan tindakan kemanusiaan yang sangat penting untuk dilakukan,” lanjut Ann Maymann.

Baca juga: Mahfud MD: Penampungan Pengungsi Rohingya di Indonesia Hanya Sementara

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah beberapa kali mengambil tindakan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan penyelamatan jiwa bagi pengungsi Rohingya di kapal.

Indonesia lewat Pemerintah Provinsi Aceh telah berbaik hati menyelamatkan para pengungsi Rohingya di tahun 2015, 2018, dan 2020, serta yang terbaru dimana 81 pengungsi Rohingya diselamatkan di lepas pantai Aceh Timur pada bulan Juni 2021.

Menurut Ann Maymann tindakan Indonesia patut dijadikan contoh oleh negara lainnya, di kawasan Asia Tenggara khususnya.

Staf UNHCR saat ini sudah berada di lapangan dan bekerjasama secara intensif dengan pemerintah, masyarakat setempat, badan PBB lainnya.

Termasuk bekerja sama dengan mitra organisasi kemanusiaan untuk memastikan agar para pengungsi menerima perawatan dan bantuan yang dibutuhkan secepatnya.

Baca juga: Pemerintah Tampung Pengungsi Rohingya yang Terapung di Laut Dekat Bireun

Pengungsi Rohingya juga dilakukan pemeriksaan kesehatan COVID-19 yang sesuai dengan standar internasional dan protokol kesehatan publik. 

"Fakta bahwa kelompok rentan yang terdiri dari wanita, pria dan anak – anak tetap menempuh perjalanan beresiko tinggi di Teluk Benggala dan Laut Andaman, menunjukkan betapa pentingnya bagi negara – negara untuk bekerja sama demi mencapai solusi regional dalam mengatasi perpindahan maritim yang tidak teratur," ujarnya. 

UNHCR menekankan himbauannya terhadap negara – negara di kawasan ini untuk mengedepankan prinsip solidaritas dan pemerataan tanggung jawab untuk mengatasi masalah perlindungan dan kebutuhan kemanusiaan pengungsi serta pencari suaka di laut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas