Pakar: Dampak Gelombang Ketiga Covid-19 Diprediksi Lebih Besar
Kasus Covid-19 varian Omicron terus melonjak. Pemerintah pun memprediksi puncak kasus varian ini terjadi pada awal Februari mendatang.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kasus Covid-19 varian Omicron terus melonjak.
Pemerintah pun memprediksi puncak kasus varian ini terjadi pada awal Februari mendatang.
Merespons hal ini, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 ini tidak bisa dihindari.
"Prediksi gelombang ketiga ini sudah saya sampaikan sejak Agustus-November 2021 lalu," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (13/1/2022).
Menurutnya, potensi gelombang ketiga terjadi, selama angka penularan kasus positif Covid-19 masih terjadi.
Ia menuturkan, dampak Omicron yang muncul di tengah kasus varian Delta yang belum usai, diprediksi jauh lebih besar.
"Sekarang menghadapi atau sudah di tahun 2022 dan kita memiliki Omicron di dunia ini, termasuk di Indonesia tentu potensi gelombang ketiga ini menjadi jauh lebih besar," tutur Dicky.
"Lebih besar apanya? bukan potensi kejadiannya saja. Tapi potensi dampaknya dari Omicron, karena bersinergi dengan dampak varian Delta yang belum selesai," sambung dia.
Baca juga: Pakar Epidemiologi: Angka Kenaikan Kasus Positif Covid-19 Bisa Jauh Lebih Besar dari yang Diketahui
Terlebih saat ini, Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam melakukan pelacakan kasus Covid-19 dan belum meratanya cakupan vaksinasi.
"Banyak yang tidak bergejala dan di tengah keterbatasan daya terdeteksi kita. Kita belum tentu mampu mendeteksi peningkatan yang cepat di masyarakat," pesannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.