Inggris Peringatkan Penyakit AMR, Disebut Lebih Mematikan Daripada HIV/AIDS
Inggris melalui kedutaannya di Jakarta memperingatkan tentang penyakit yang lebih mematikan ketimbang HIV/Aids dan Malaria.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Inggris melalui kedutaannya di Jakarta memperingatkan tentang penyakit yang lebih mematikan ketimbang HIV/AIDS dan Malaria.
Mereka menyebutnya Resistensi Anti-Mikroba (AMR) yang disebut-sebut telah menyebabkan sebanyak 1,27 juta orang meninggal dunia.
“Penyakit yang sampai sekarang dapat diobati terancam akan menjadi lebih mematikan, karena antibiotik menjadi tidak efektif melawan bakteri dan virus baru yang berevolusi,” tulis pernyataan tersebut hari Rabu (26/1/2022).
Resistensi Antimikroba (atau disingkat AMR) terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah seiring waktu, sehingga mereka tidak lagi merespons obat-obatan yang dimiliki.
Hal ini membuat infeksi lebih sulit untuk diobati dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, dan menyebabkan penyakit parah dan kematian.
Inggris memperlihatkan data di Asia Tenggara, yang mengungkapkan ada lebih dari 97.000 orang meninggal karena akibat langsung dari AMR pada tahun 2019.
Baca juga: Penyakit Jantung di Usia Muda: Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Disebutkan bahwa penelitian yang paling komprehensif tentang topik ini menemukan AMR setidaknya menjadi penyebab yang berkontribusi hingga 4,95 juta kematian secara global.
Data ini tidak jauh dari total kematian COVID-19 yang dilaporkan ke WHO, yaitu 5,6 juta sejak terdeteksi.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan terkadang para ilmuwan memiliki tugas untuk memberi tahu kita hal-hal yang tidak ingin kita dengar
Laporan tersebut memperingatkan bahwa kematian akan meningkat dan situasi menjadi jauh lebih buruk kecuali negara-negara di seluruh dunia mengambil tindakan segera.
Termasuk langkah-langkah sederhana seperti membatasi jumlah antibiotik yang diberikan kepada hewan; meminimalkan resep antibiotik jika tidak perlu, dan memastikan mereka yang memiliki resep menghabiskan antibiotiknya; serta meningkatkan penelitian obat-obatan.
“Laporan dari para ilmuwan Inggris, yang diterbitkan dalam jurnal medis Inggris yang terkenal di dunia, The Lancet. Mereka mengatakan bahwa Resistensi Antimikroba sudah menjadi salah satu pembunuh terbesar kita, dan kita tidak bertindak secara ambisius atau cukup cepat untuk mengendalikan ancaman ini,” kata Jenkins dalam pernyataan hari Rabu.
Jenkins berujar, para ilmuwan memperingatkan kita bahwa ini adalah bom waktu dan kita tengah menuju bencana kecuali kita mulai bertindak lebih sekarang.