BMKG Perkuat Kolaborasi Pentahelix untuk Mitigasi Bencana Alam
Dwikorita Karnawati menyatakan, BMKG tidak bisa bekerja sendiri menjalankan mitigasi bencana di Tanah Air.
Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyatakan, BMKG tidak bisa bekerja sendiri menjalankan mitigasi bencana di Tanah Air.
Menurutnya, partisipasi aktif dari kelima unsur Pentahelix (pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan media) menjadi kunci dalam manajemen bencana di Indonesia.
“BMKG jelas-jelas tidak mungkin bekerja sendiri dalam upaya mitigasi bencana. Karenanya, kami selalu berupaya melakukannya dengan pendekatan kolaboratif dengan strategi pentahelix, termasuk akademisi dan kalangan kampus,” ungkap Dwikorita Karnawati dalam Kuliah Umum Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu lalu.
Dwikorita Karnawati menyebut kolaborasi yang dimaksud yaitu membangun kesadaran bersama antara kelima unsur tersebut bahwa Indonesia adalah negara rawan bencana.
Dengan memiliki pemahaman yang sama soal bencana antara seluruh unsur tersebut, maka berbagai upaya pencegahan dan strategi dalam menghadapi bencana di tiap daerah dapat diterapkan dengan baik sehingga bisa menekan potensi timbulnya korban saat bencana.
Baca juga: Prakiraan Gelombang Tinggi BMKG Jumat 18 Februari 2022: 4 Wilayah Perairan Capai 2,5-4 Meter
Konsep pentahelix juga dinilai dapat mengurangi kecenderungan masyarakat untuk terlalu bergantung pada pemerintah dalam menghadapi bencana.
"BMKG terus berpacu dalam menyajikan data yang tidak sekedar cepat, namun juga tepat dan akurat. Kami harap data-data tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk meminimalkan potensi kerugian akibat bencana," jelas Dwikorita Karnawati.
Baca juga: BMKG Sebut Fenomena Chemtrails Penyebab Omicron Sebagai Teori Konspirasi, Ini Penjelasannya
Dwikorita Karnawati menuturkan penerapan strategi pentahelix tersebut sangat dibutuhkan dalam membangun budaya adaptasi dan mitigasi bencana, serta penyebarluasan informasi, literasi, edukasi, dan advokasi sampai ke tingkat desa, RT/RW, Dasa Wisma, keluarga, dan individu untuk mencegah bencana dan mewujudkan zero victim.
Selain itu, lanjut Dwikorita Karnawati, strategi ini juga harus diimplementasikan dalam upaya pelestarian dan pemulihan kerusakan lingkungan serta membangun kolaborasi dalam observasi dan pengamanan sarana prasarana observasi, juga dalam pengemasan informasi.
Dwikorita Karnawati menjelaskan, selama ini BMKG sendiri aktif melakukan upaya mitigasi dengan masyarakat melalui forum Sekolah Lapang Gempa (SLG) dan Sekolah Lapang Nelayan (SLN). Melalui kedua forum tersebut BMKG membangun komunikasi dua arah terkait berbagai potensi bencana yang ada di wilayah para peserta forum.
"Selama ini SLG dan SLN ini cukup efektif dalam penyebarluasan berbagai informasi dari BMKG kepada masyarakat. Kedua forum ini melengkapi berbagai kanal komunikasi yang sudah dibangun BMKG untuk menyebarluaskan informasi kebencanaan," papar Dwikorita Karnawati.
Namun demikian, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa berbagai data tersebut akan menjadi tidak efektif apabila tidak dibarengi dengan ketersediaan sarana dan prasarana mitigasi pendukung.
Dia berharap seluruh pihak dan pemangku kepentingan dapat bersama-sama bahu-membahu dalam menghadapi berbagai bencana yang mengancam Indonesia.