8 Bahasa Daerah Punah, Kebanyakan di Indonesia Timur
Penelitian Badan Bahasa terkait penggunaan bahasa daerah di seluruh wilayah Indonesia menunjukkan ada 8 bahasa daerah yang sudah punah.
Editor: Anita K Wardhani
Menurut Nadiem, banyak dampak yang akan diterima bangsa Indonesia jika kehilangan bahasa daerah.
"Kalau bahasa daerah kita punah itu artinya kita kehilangan identitas, kehilangan kebhinekaan, kita hilang bukan hanya sejarah tapi segala jenis kearifan lokal,"ujar Nadiem.
Nadiem mengatakan kekayaan terbesar dari bangsa Indonesia adalah kebhinekaan.
Sementara bahasa daerah, kata Nadiem, merupakan kebhinekaan yang harus dijaga
dengan baik.
Salah satu penyebab utama punahnya bahasa daerah, kata Nadiem adalah dengan semakin sedikitnya penutur bahasa daerah tersebut.
"Penuturnya tidak lagi menuturkan bahasa daereah tersebut. Dan dia tidak mewariskan bahasanya ke generasi berikut dan itu otomatis akan hilang di generasi berikutnya," ucap Nadiem.
Sehingga Kemendikbudristek menghadirkan program 'Revitalisasi Bahasa Daerah'.
Dirinya berharap program ini dapat melindungi bahasa daerah yang ada di Indonesia.
"Lewat program ini kita ingin menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah,
mendorong kelestarian bahasa. Kalau tidak dilestarikan, tidak digunakan dia akan
hilang,"kata Nadiem.
Nantinya Kemendikbudristek akan melatih para guru utama serta guru-guru bahasa daerah untuk penanaman bahasa daerah. Program ini akan dinamis, berorientasi pada pengembangan dan bukan sekedar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya.
"Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya,"ujar Nadiem.
Model pembelajaran yang diterapkan akan sesuai dengan kondisi sekolah masing- masing; serta membangun kreativitas melalui bengkel bahasa dan sastra.
"Nanti siswanya dapat memilih materi sesuai dengan minatnya. Bangga menggunakan bahasa
daerah dalam komunikasi," tutur Nadiem.
Siswa, kata Nadiem, akan didorong untuk mempublikasikan hasil karyanya, ditambah liputan media massa dan media sosial. Serta didorong untuk mengikuti festival berjenjang di tingkat kelompok/pusat pembelajaran, kabupaten/kota, dan provinsi.