Elite PKB, Golkar, dan PAN Usulkan Pemilu Ditunda, tapi Basis Massanya Ingin Sebaliknya
Tiga ketum parpol melontarkan usul agar Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 diundur, setidaknya selama setahun atau dua tahun.
Penulis: Dodi Esvandi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga ketua umum (Ketum) partai politik, yakni Muhaimin Iskandar (Ketum Partai Kebangkitan Bangsa), Airlangga Hartarto (Partai Golkar), dan Zulkifli Hasan (Partai Amanat Nasional) melontarkan usul agar Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 diundur, setidaknya selama setahun atau dua tahun.
Muhaimin yang pertama kali melontarkan usulan itu beralasan, pelaksanaan Pemilu 2024 sebaiknya ditunda satu hingga dua tahun karena mengacu pada analisis big data perbincangan di media sosial, bahwa dari 100 juta subyek akun di media sosial, sebanyak 60 persen mendukung penundaan pemilu dan 40 persen menolak.
Usul Muhaimin itu kemudian disambut Airlangga Hartarto.
Ketum Partai Golkar itu mengaku mendapar aspirasi terkait perpanjangan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga bisa menjabat selama 3 periode dari petani di Kabupaten Siak, Riau, di tengah-tengah kunjungan kerjanya selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Airlangga pun berjanji akan membicarakan usulan tersebut dengan pimpinan partai politik lainnya.
"Kami akan bicarakan aspirasi ini dengan pemimpin partai politik yang lain, dan bagi kami, bagi Partai Golkar aspirasi rakyat adalah aspirasi partai, oleh karena kami akan terus menerima aspirasi rakyat dan tentu akan disalurkan," ujar Airlangga dalam kunjungan kerja di Siak, Kamis (24/2/2022), dikutip dari siaran pers.
Sedangkan Ketum PAN Zulkifli Hasan mengusulkan pemilu diundur dengan mengemukakan lima alasan.
Baca juga: Komite Pemantau Legislatif: Usulan Penundaan Pemilu Harus Ditolak karena Melecehkan Konstitusi
Di antaranya karena situasi pandemi yang masih berlangsung dan memerlukan perhatian khusus, serta kondisi perekonomian belum stabil sehingga pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat perlu melakukan pemulihan untuk kembali bangkit.
Zulhas juga menyinggung perkembangan situasi konflik global yang perlu diantisipasi, antara lain perang Rusia-Ukraina dan tidak menentunnya harga minyak dunia.
Kemudian anggaran pemilu yang membengkak dari rencana efisiensi, sehingga menurutnya lebih baik dikonsentrasikan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Alasan lainnya adalah masih adanya keberlangsungan program-program pembangunan nasional yang tertunda akibat pandemi.
Berbeda dengan elite ketiga partai itu, basis massa atau massa pemilih partai tersebut pada pemilu legislatif (Pileg) 2019 justru menginginkan hal sebaliknya.
Baca juga: Jokowi Diam Usulan Pemilu 2024 Ditunda, Pengamat: Diam Artinya Setuju atau Menimbang-nimbang
Sebagian besar pemilih PKB, Golkar, dan PAN pada Pileg 2019 justru menginginkan pergantian kepemimpinan nasional melalui pemilu tahun 2024 harus tetap dilaksanakan meski masih dalam kondisi pandemi.