PTM Terbatas di Bogor Digelar Mulai 21 Maret 2022, PTM 100 Persen di Surabaya Tunggu PPKM Level 1
Pembelajaran tatap muka (PTM) Terbatas di Kota Bogor, Jawa Barat akan kembali dimulai pada Senin (21/3/2022) besok.
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Miftah
Kebijakan PTM 100 Persen di Surabaya, Jawa Timur Tunggu PPKM Level 1
Dikutip dari dispendik.surabaya.go.id, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) masih menunggu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1 untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.
Saat ini, pembelajaran SD-SMP di Surabaya masih dilakukan bergantian, yakni PTM 50 persen dan daring 50 persen dengan durasi 6 jam.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, mulai Senin (14/3/2022), PTM SD-SMP diterapkan 50 persen bergantian tanpa sesi karena masih PPKM Level 2.
Kemudian, untuk 50 persennya, mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring.
“Sambil terus kita lakukan evaluasi. Mudah-mudahan level PPKM di Surabaya terus turun ke Level 1 dan bisa menuju ke 100 persen PTM,” kata Yusuf saat menggelar konferensi pers di kantor eks Humas Pemkot Surabaya, Rabu (16/3/2022).
Baca juga: Pemerintah Izinkan PTM 100 Persen Kembali Diadakan, Lapor Covid-19 Sebut Perlu Ada Evaluasi
Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengaku tidak mau terlalu gegabah dalam menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.
Eri mengatakan, akan tetap menggunakan status level PPKM sebagai pertimbangan.
"PTM 100 persen bisa kalau (PPKM) level 1," kata pria yang akrab disapa Cak Eri itu saat dikonfirmasi, Jumat (18/3/2022).
Diketahui, saat ini status PPKM di Surabaya berada di level 2.
Status tersebut, lebih baik dibanding 15 daerah lain yang saat ini berada di level 3 (14 daerah) dan level 4 (1 daerah).
Cak Eri menjelaskan, kesehatan masyarakat, terutama siswa menjadi fokus utama.
Kota Surabaya yang kini berstatus level 2, disebut masih memiliki jumlah pasien positif lebih tinggi dibandingkan kota lainnya, sebagaimana yang dilansir oleh Surya.co.id.
"Kenapa masing-masing (level PPKM) lebih tinggi, kok berani 100 persen? Jumlah penduduk lebih kecil. Jumlah yang sakit juga kecil," kata Cak Eri.