KSAU: Dibutuhkan Lebih dari Akuisisi Platform Terbaru Menghadapi Perang Generasi Ke-5
TNI AU harus melaksanakan transformasi dengan melaksanakan investasi jangka panjang pada sektor teknologi, intelektualitas SDM yang dimiliki.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menekankan agar TNI AU benar-benar harus melaksanakan transformasi dengan melaksanakan investasi jangka panjang pada sektor teknologi dan intelektualitas SDM yang dimiliki.
Menurutnya, hal tersebut dibutuhkan untuk mewujudkan kekuatan udara nasional yang mampu menghadapi tantangan peperangan generasi kelima.
Hal tersebut disampaikannya dalam Key Note Speech pada Seminar Internasional "Air Power" dengan tema "Pembangunan Kekuatan Udara Nasional Untuk Menghadapi Ancaman Pada Era Perang Generasi Ke-5" di Gedung Puri Ardhya Garini Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Rabu (30/3/2022).
"Saya ingin menekankan bahwa untuk mewujudkan kekuatan udara nasional yang mampu menghadapi tantangan peperangan generasi kelima dibutuhkan lebih dari sekadar akuisisi platform generasi terbaru," kata Fadjar.
Baca juga: KSAU: Tantangan Masa Depan Tidak Cukup Dihadapi dengan Akuisisi Alutsista Modern
Baca juga: KSAU: TNI AU Siap Menghadapi Situasi Disruptif Global
Fadjar mengatakan karakter perang generasi kelima akan banyak bertumpu pada aksi atau ancaman non kinetik.
Hal tersebut, lanjut dia, dapat berupa distrupsi energi, sosial dan ekonomi, hingga disinformasi.
Peperangan masa depan tersebut, kata dia, juga akan menggunakan serangan siber atau cyber attack yang memanfaatkan teknologi terbaru, seperti Artificial Inteligence (AI).
Elemen-elemen peperangan, seperti network centric thinking, combat cloud construct, multi domain battle serta fusion world warfare, lanjut dia, juga akan menjadi atribut baru dalam kompetisi keunggulan militer.
"Oleh karena itu, TNI AU harus menyikapi tantangan masa depan tersebut dengan membangun kekuatan udara yang mampu mendayagunakan integrasi data dan konektivitas," kata Fadjar.
Baca juga: Kondisinya Mengkhawatirkan, Begini Nasib Anak-anak di Sumbar yang Diduga Direkrut Teroris NII
Fadjar mengatakan space power sebagai salah satu bentuk kekuatan udara yang diimplementasikan di domain antariksa tidak bisa lagi dihiraukan.
Negara-negara di dunia, lanjut dia, mulai dari Amerika Serikat hingga Australia telah membentuk organisasi baru untuk mengatur pemanfaataan domain tersebut.
"Sebagai insan dirgantara, kita dapat menyimpulkan bahwa air power adalah kekuatan yang masih dan akan terus berevolusi sekaligus menjadi penentu dalam pertempuran masa depan," kata dia.
Baca juga: KSAU: Prajurit TNI AU Menjalani Latihan Calon Penerbang Pesawat Jet Tempur Rafale di Perancis
Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo pada kegiatan Rapat Pimpinan TNI-Polri beberapa waktu yang lalu, ia menekankan pentingnya transformasi digital, termasuk di dalamnya menyiapkan talenta digital mengingat pertempuran masa depan adalah pertempuran teknologi.
Di sisi lain, kata dia, air power telah tampil sebagai kekuatan yang memiliki hubungan sangat erat dan tidak terpisahkan dengan teknologi.
"Hal ini terlihat jelas pada pengaruh perkembangan teknologi pada evolusi air power dalam beberapa dekade terakhir," kata Fadjar.