Dorong Percepatan SDGs, Filantropi Bergotongroyong Majukan Yuridiksi
Filantropi diakui sebagai salah satu aktor utama pembangunan yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Filantropi diakui sebagai salah satu aktor utama pembangunan yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Sebagai sebuah asosiasi, Filantropi Indonesia, secara aktif mendukung mobilisasi aksi kolektif (gotong royong), membangun komunitas filantropis yang kuat, dan mendorong berbagi pelajaran dan praktik terbaik.
Kemudian, mengkatalisasi ko-kreasi/kolaborasi semua pemangku kepentingan, dan mendukung inovasi pendanaan untuk dapat mempercepat pencapaian SDGs.
"Pendekatan yurisdiksi yang merupakan aksi gotong royong, memerlukan komitmen jangka panjang dari berbagai pihak dan berbagai lapisan dalam bentuk koalisi multi pihak yang memiliki tujuan bersama. Prinsip yurisdiksi tersebut selaras prinsip SDGs yang mendorong keterlibatan multi pihak," ungkap Co-Founder and Chair of The Advisory Board Filantropi Indonesia, Franky Welirang, dalam siaran pers, Kamis (7/4/2022).
Ketua Sekretarian Nasional SDGs, Vivi Yulaswati, menambahkan bahwa setiap daerah memiliki kesenjangan yang berbeda dalam pencapaian SDGs.
"Indonesia adalah negara dengan World giving index tertinggi di dunia. Ini berarti Indonesia memiliki potensi untuk melakukan kegiatan filantropi, terlebih karena keberagaman dan budaya gotong-royong yang kita anut," tuturnya.
Dengan melakukan kegiatan filantropi, kata Vivi, dapat pula dilakukan social innovation dalam upaya memperbaiki masalah sosial yang ada dengan lebih proaktif, kolektif, dan terstruktur yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat.
Saat ini pun, lanjut Vivi yang juga merupakan Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan ini, kegiatan filantropi dipengaruhi oleh faktor peraturan atau perundang-undangan, digitalisasi dalam bentuk fundraising platform, dan adanya kolaborasi lintas negara.
Baca juga: Milad ke-23 Rumah Zakat, Wapres Beri Pesan soal Filantropi untuk Jalankan Amanat Umat
"Dari sisi pemerintahan mendorong terjadinya transformasi di bidang sistem kesehatan, perlindungan sosial, transformasi digital, transformasi energi, low carbon development, dan transformasi ekonomi melalui adanya kegiatan filantropi," tambah Vivi.
Salah satu pelaksana kegiatan filantropi, Chief of Corporate Affairs Engagement & Sustainability L’Oreal Indonesia, Melanie Masriel, menggarisbawahi pentingnya value sustainability dalam menjalankan visi dan misinya.
Dia mengungkapkan, saat ini L’Oreal melakukan inisiatif untuk mentransformasi lingkungan hidup dan memperkuat peran perempuan yang berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan di masa depan.
"L’Oreal menganut paradigma 3P yaitu product, people, dan planet. Ketiganya memiliki tujuan supaya mengembangkan diri dan menjaga ekosistem sehingga dapat berkontribusi secara berkelanjutan. Komitmen L’Oreal terbukti dalam program yang berkaitan dengan nyaris seluruh tujuan SDGs," bebernya.
Ketua Yayasan Bakti Barito, Fifi Setiawaty Pangestu, menunjukkan upaya korporasi mendorong inovasi penguatan agenda iklim.
Beberapa fokus utama program yang dimiliki oleh Yayasan Bakti Barito antara lain di bidang edukasi, lingkungan, ekonomi sirkuler, dan sosial.
Salah satu program unggulannya berfokus mendukung SDGs nomor 11 dan 12, yakni Plastic Asphalt Road.
Hingga 2021, yayasan itu, menjadikan 37,5 juta kantong plastik sebagai campuran aspal untuk membangun jalanan sepanjang 50,8 km.
Melalui program ini juga sebanyak 282 ton sampah plastik yang telah dikelola.
Baca juga: Revitalisasi dan Sinergitas Antar Lembaga Filantropi Islam Makin Mendesak Dilakukan
Sedangkan panelis dari perwakilan kepala daerah juga menyambut positif upaya dialog bersama para pihak, secara khusus dengan sektor filantropi, serta menggarisbawahi apa yang menjadi prioritas Kabupaten Seruyan.
Bupati Seruyan, H. Yulhaidir, menyatakan produk komoditas harus dapat dipastikan keberlanjutannya agar mencapai SDGs.
Pengalaman Seruyan, katanya, masing-masing tema SDGs tidak berdiri sendiri. Pendataan petani, menangani konflik, STDB, sertifikasi, semuanya terhubung satu sama lain.
"Karena itu, dibutuhkan dukungan multipihak, termasuk Pemerintah Daerah, investor, serta masyarakat setempat. Dengan adanya gotong royong ini diharapkan dapat jadi pembelajaran kebijakan untuk memperkuat Jurisdictional Approach ke depan," ungkap Yulhaidir.
Serial JCAF #8 telah menunjukkan adanya upaya progresif dari berbagai yurisdiksi seperti Siak di Riau, Seruyan di Kalimantan Tengah untuk mendorong tercapainya agenda SDGs dan mendorong kolaborasi lintas pihak, selain filantropi untuk merealisasikan target bersama dari tingkat yurisdiksi hingga nasional
Baca juga: Beradaptasi dengan Perubahan, Program Filantropi Kini Juga Maksimalkan Platform Digital
"Bersama-sama kita perlu mendorong dan bergotong-royong dengan berbagai pihak dan memetakan bersama akan apa yang sudah dan belum dilakukan. Dengan demikian kolaborasi dan permodalan dapat berkontribusi luar biasa kepada sekretariat SDGs," kata Deputi Baznas RI sekaligus Chairman of the Supervisory Board Filantropi Indonesia, Mohammad Arifin Purwakananta pada penghujung acara JCAF #8.