Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Studi Saiful Mujani Soal Toleransi: Mayoritas Warga Sebut Ada Kelompok yang Mereka Tidak Sukai

Pendiri Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengungkapkan studinya soal toleransi.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Studi Saiful Mujani Soal Toleransi: Mayoritas Warga Sebut Ada Kelompok yang Mereka Tidak Sukai
Istimewa via Tribun Jabar
Tampang keempat terduga pengeroyokan terhadap Ade Armando saat kericuhan terjadi dalam demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR, Senin (11/4/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengungkapkan studinya soal toleransi.

Hal tersebut di antaranya merespons insiden penganiayaan aktivis dan akademisi UI Ade Armando saat unjuk rasa di Gedung DPR RI pada Senin (11/4/2022) lalu.

Studi tersebut mempertanyakan seberapa toleran atau seberapa tidak toleran masyarakat.

Pertanyaan mendasar yang diajukan kepada responden, kata Saiful, adalah ada atau tidak ada kelompok masyarakat yang paling anda tidak sukai dibanding kelompok lain?

Berdasarkan studi tersebut, kata Saiful, meski jumlah mereka yang menyebutkan ada kelompok yang paling mereka tidak sukai fluktuatif dari tahun ke tahun, namun mereka merupakan mayoritas responden.

Sedangkan jumlah responden yang mengatakan tidak ada kelompok yang tidak mereka sukai, kata dia, juga lumayan banyak namun bukan yang mayoritas.

Hal tersebut disampaikannya dalam acara Bedah Politik bersama Saiful Mujani bertajuk Masyarakat Kita Makin Intoleran? yang tayang perdana di kanal Youtube SMRC TV pada Kamis (14/4/2022).

Baca juga: Saiful: Boleh Tak Suka Dengan Ade Armando, Tapi Anda Tidak Punya Hak Halangi Dia Hidup di Negeri Ini

BERITA REKOMENDASI

"Jadi, kalaupun kita tidak suka, ini jumlahnya fluktuatif, tapi mayoritas, ada yang menyebutkan mayoritas warga itu mengatakan ada kelompok yang paling tidak dia sukai. Fluktuatif, sempat 81%-85% kemudian turun, tapi kemudian setelah 2013 naik kembali. Jadi delapan tahun terakhir mengalami kenaikan," kata Saiful.

Studi kemudian menanyakan responden lebih dalam terkait ketidaksukaan terhadap kelompok masyarakat tertentu tersebut.

Hal tersebut dilakukan guna mengetahui apakah responden yang tidak suka terhadap kelompok masyarakat tertentu tersebut toleran atau intoleran.

Saiful mengatakan ada sejumlah indikator yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut.

Pertama adalah pertanyaan terhadap responden menyangkut apakah kelompok yang tidak mereka sukai boleh berpidato di daerah tempat tinggal si responden.


Kedua, adalah pertanyaan terhadap responden perihal apakah kelompok yang tidak mereka sukai boleh berpawai di daerah tempat tinggal si responden.

Ketiga, adalah pertanyaan terhadap responden perihal apakah kelompok yang tidak mereka sukai boleh menjadi guru negeri di daerah tempat tinggal si responden.

Keempat, adalah pertanyaan terhadap responden perihal apakah kelompok yang tidak mereka sukai boleh menjadi pejabat pemerintah di daerah tempat tinggal si responden.

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, kata Saiful, responden kebanyakan menolak atau tidak setuju.

Selain itu, studi juga menanyakan hal yang lebih spesifik di antaranya terkait agama Kristen misalnya dengan menanyakan sikap mereka jika umat kristen mengadakan kebaktian atau membangun tempat ibadah di daerah tempat tinggal mereka.

Lagi-lagi, kata Saiful, hasilnya menunjukkan ketidaksetujuan mayoritas responden.

"Artinya apa? Kalau kita lihat dari sikap masyarakat tentang toleransi masyarakat, tantangan kita dengan masalah kesetaraan, toleransi di antara warga negara masih sangat berat," kata Saiful.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas