Face Recognition Polri Salah Identifikasi Pelaku Pengeroyok Ade Armando, Begini Komentar Pakar
Jagat media sosial ramai membicarakan kasus pengeroyokan dosen Universitas Indonesia Ade Armando saat demo di depan Gedung DPR
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jagat media sosial ramai membicarakan kasus pengeroyokan dosen Universitas Indonesia Ade Armando saat demo di depan Gedung DPR pada Senin (11/4/2022) kemarin
Selain mengapresiasi langkah Polri yang berhasil mengungkap cepat pelaku dengan menangkap 7 tersangka, kepolisian juga mendapat kritik keras terkait teknologi identifikasi.
Sejumlah pakar juga menyoroti teknologi Pendeteksian Wajah atau face recognition yang dimiliki Mabes Polri.
Pakar bidang keamanan siber dan telematika mengkritik teknologi face recognition tersebut tidak akurat.
Seorang pakar keamanan siber sekaligus pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto mengatakan, polisi terlalu cepat menyimpulkan terduga pelaku.
Seharusnya proses penyelidikan polisi tertutup dan data terduga pelaku tidak seharusnya bocor ke pihak manapun apalagi tersebar di dunia maya.
"Proses penyelidikan itu seharusnya tertutup dan data penyelidikan itu sendiri hanya bisa diakses oleh yang berkepentingan," ujar Teguh lewat Twitter pribadinya, Kamis (14/4).
Teguh menambahkan, bahwa pihak kepolisian diduga menyebar identitas terduga pelaku lewat akun anonim atau akun tanpa nama jelas, di media sosial.
Baca juga: 9 Tersangka Pengeroyokan Ade Armando, Ada Pria Bertopi yang Belum Teridentifikasi
Sehingga mereka yang tak terlibat menjadi korban doxing data sebelum ada penyelidikan dari pihak kepolisian.
Pakar Telematika Roy Suryo juga mengkritik teknologi face recogniton yang dipakai polisi. Roy menilai polisi terlalu dini mengungkap identitas terduga pelaku pengeroyokan Ade Armando bahkan menyebar ke media sosial.
Mantan Menpora itu mempertanyakan keputusan penetapan tersangka dengan data face recognition yang keliru. Sebab hasil detekesi kepolisian berbanding terbalik dari lazimnya hasil face recognition.
"Sepanjang pengalaman yang ada, program face recognition itu presisi dan akurat. Persentase hasilnya sesuai parameter-parameter ilmiah," kata Roy kepada Tribunnews.com, Kamis (14/4/2022).
Roy juga merasa heran, Face Recognition milik Polri yang digadang-gadang memiliki hasil yang presisi dna akurat malah menjadi blunder.
Menurutnya, face recognition analisisnya harus cermat, tidak boleh gegabah. Outputnya, kata Roy, adalah persentase bukan persepsi apalagi opini
"Standar untuk match itu harusnya sekitar di atas 60%, kalau di bawah itu risiko 'dipaksakan' untuk identik," kata Roy.
Sebelumnya, pihak kepolisian mengaku salah mengungkap identitas terduga pelaku pengeroyokan Ade Armando, bernama Abdul Manaf setelah menggunakan teknologi pengenal wajah itu.
Baca juga: Ade Armando Sudah Keluar dari HCU, tapi Masih Alami Pendarahan dan Ada Masalah di Kandung Kemihnya
Metode pengenalan wajah itu dipakai untuk mengungkap identitas terduga pelaku pengeroyokan, namun belakangan diakui salah identifikasi.
Berdasarkan metode tersebut teridentifikasi enam terduga pelaku yakni, Komarudin, Muhamad Bagja, Dhia Ul Haq, Abdul Latip, Abdul Manaf, serta Ade Purnama.
Setelah dilakukan pemeriksaan, Polda Metro Jaya memastikan Abdul Manaf tak terlibat.