Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hari Kartini, Kaum Perempuan Wajib Sadari Pentingnya Pengembangan Kesehatan Mental

Tuntutan pekerjaan maupun beban sebagai ibu yang harus bisa menjalani perannya secara baik dapat menimbulkan tekanan, sehingga banyak yang stress.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Hari Kartini, Kaum Perempuan Wajib Sadari Pentingnya Pengembangan Kesehatan Mental
capture webinar
Webinar Talkshow interaktif Grant Thornton Indonesia bertajuk 'Pentingnya Kesadaran akan Pengembangan Kesehatan Mental untuk mendukung Perempuan Indonesia', Kamis (21/4/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaum perempuan saat ini makin menghadapi banyak tantangan dalam kehidupan, karena harus berbagi peran dalam keluarga maupun pekerjaan.

Namun mirisnya, banyak perempuan yang kerap merasa tertekan dalam menjalani peran mereka secara bersamaan.

Tuntutan pekerjaan maupun beban sebagai seorang ibu yang harus bisa menjalani perannya secara baik tentu dapat menimbulkan tekanan, sehingga banyak diantara mereka yang akhirnya merasa stress.

Baca juga: Iriana: Peringatan Hari Kartini Era Kebangkitan Perempuan Indonesia

Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April 2022, kaum perempuan sudah seharusnya memahami betapa pentingnya kesadaran dalam menjaga kesehatan mental agar dapat menjalani perannya secara optimal, baik di lingkungan keluarga maupun pekerjaan.

Lalu bagaimana tanggapan psikolog terkait peran dan stigma perempuan di era 'masa kini' ini?

Director dan Founder Analisa Personality Development Center (APDC), Psikolog dan juga pegiat sosial Analisa Widyaningrum mengakui bahwa saat ini perempuan masih menghadapi stigma negatif terkait perannya.

Mulai dari tidak layak untuk memiliki pendidikan tinggi, tidak layak memiliki peran penting dalam masyarakat, dibatasi kemampuan serta kebebasan berpikirnya, hingga terbatas hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja.

Berita Rekomendasi

Sederet stigma negatif itulah yang kemudian memunculkan sikap tidak percaya diri pada perempuan.

Padahal banyak di antara kaum perempuan yang mampu menyeimbangkan perannya antara keluarga dan pekerjaan.

"Dengan stigma-stigma yang ada di masyarakat tentang perempuan, terutama perempuan bekerja, kita sebagai perempuan terkadang ditempatkan dalam dua pilihan antara bekerja dan keluarga. Padahal kita bisa menjalankan dua peran tersebut dengan cara tetap me-manage perasaan, emosi dan waktu kita," kata Analisa, dalam webinar Talkshow interaktif Grant Thornton Indonesia, Kamis (21/4/2022). 

Baca juga: Pengesahan UU TPKS Jadi Kado Manis dari DPR di Hari Kartini

Baca juga: Hari Kartini, Politisi Partai Garuda: Kartini Era Modern Harus Menginspirasi & Jadi Panutan

Perlu diketahui, selama ini ada beberapa hal yang menjadi hambatan bagi kaum perempuan untuk bisa mengembangkan diri dan turut berkontribusi dalam pembangunan berbagai sektor.

Biasanya, mereka tidak hanya merasa takut menghadapi risiko, namun juga cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah, takut menghadapi kegagalan, merasa terdiskriminasi dan merasakan stigma masyarakat serta budaya high power distance yang kuat.

Dimana perempuan dianggap memiliki kemampuan yang tidak dapat melebihi kaum laki-laki.

Padahal, kata dia, berdasarkan riset yang ada, perempuan dalam dunia kerja terbukti dapat memberikan keputusan yang lebih cepat.

Hal itu karena mereka memiliki empati yang lebih tinggi, sehingga dapat melengkapi kaum laki-laki yang cenderung lebih menggunakan logika dalam mengambil keputusan.

"Perempuan juga bisa lebih terbuka dan komunikatif sehingga hubungan dalam pekerjaan lebih positif," jelas Analisa.

Baca juga: Hari Kartini, Pemberdayaan Perempuan Harus Terus Digaungkan

Analisa menambahkan, saat perempuan bekerja dalam perusahaan, mereka dapat berperan sebagai pengambil keputusan yang dapat menambah profit perusahaan.

Ia bahkan menjuluki perempuan sebagai kaum yang multitasking karena dapat menjalani dua peran sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

"Kemampuan multitasking yang dimiliki perempuan juga memungkinkan perempuan dapat tetap fokus dalam pekerjaannya dan juga mengurus rumah tangga sekaligus," tegas Analisa.

Para perempuan yang bekerja di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini tentunya memiliki peran dan tantangan yang berlipat ganda, yakni melakukan pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi pandemi serta menjadi ibu bagi anak-anaknya di rumah.

Peran yang berlipat ganda inilah yang akhirnya mempengaruhi kondisi psikologis mereka, terutama dalam hal pekerjaan.

Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan secara psikologis dalam menghadapi perubahan ini.

Sehingga performa mereka dalam bekerja tidak terganggu lantaran dapat meningkatkan sense of personal control yang akan memotivasi mereka dalam bekerja untuk mendapatkan hasil yang positif.

Menurutnya, agar tetap bisa fokus menjalani peran dan melawan stigma yang ada pada masyarakat, ada beberapa karakter yang wajib dimiliki kaum perempuan.

"Yang pertama adalah self care, di mana kita harus mengapresiasi diri sendiri, baik secara fisik, psikis dan spiritual. Kedua, terus mengeksplor diri sendiri dan juga mengolah kemampuan yang kita miliki. Terakhir, perempuan juga harus memiliki growth mindset, di mana kita percaya bahwa kemampuan kita dapat dikembangkan melalui dedikasi, kerja keras, dan juga feedback dari orang lain," papar Analisa.

Baca juga: Hari Kartini, Iriana Jokowi Berikan 514 Penghargaan Bagi Perempuan Indonesia se-Tanah Air

Perempuan juga diharapkan bisa melakukan manajemen stress, dengan kembali menentukan tujuan awal mereka dalam menjalankan peran gandanya, baik itu bekerja maupun mengurus rumah tangga.

Konsep baru seperti Work-Life Harmony pun harus diterapkan, bukan Work-Life Balance.

Begitu pula dengan pekerjaan dan kehidupan yang seharusnya tidak dipisahkan, namun disinergikan dengan porsi yang tidak selalu harus sama. 

Sementara itu, CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan bahwa semangat Kartini merupakan manifestasi bagi kaum perempuan masa kini dalam menjalani setiap perannya untuk berkontribusi memajukan bangsa.

"Memaknai Hari Kartini, emansipasi menjadi kata yang melekat di benak perempuan saat ini. Ibu Kartini benar-benar memikirkan nasib bangsa, nasib wanita Indonesia pada khususnya. Semangat seorang Kartini merupakan manifestasi perempuan Indonesia mengambil perannya dalam hal kemajuan bangsa," kata Johanna.

Menurutnya, berdasar pada laporan tahunan Grant Thornton 'Women in Business', semakin banyak perempuan Indonesia yang menempati jabatan manajemen senior termasuk C-level.

"Ini menandakan kontribusi signifikan para perempuan di Indonesia di perusahaan tempat mereka bekerja," jelas Johanna.

Baca juga: Cerita Kartini KPK yang Bertugas Sebagai Pengawal Tahanan, Kadang Dianggap Asisten Rumah Tangga

Johanna pun memahami bahwa memiliki peran ganda sebagai seorang ibu dan perempuan yang bekerja, tentunya merupakan tantangan tersendiri.

"Besarnya peran dan tanggung jawab yang diemban perempuan semakin terasa sejak masa pandemi Covid-19 dua tahun terakhir. Maka dari itu Grant Thornton Indonesia bersama dengan Analisa berbagi kiat-kiat memperkuat kesehatan mental bagi para perempuan Indonesia dalam menjalankan perannya sebagai ibu dan perempuan bekerja secara optimal," papar Johanna.

Ia pun menekankan komitmen pihaknya dalam mendukung kaum perempuan Indonesia agar bisa terus menginspirasi dan mengembangkan potensi diri demi bisa berkontribusi secara lebih luas.

"Ke depannya, Grant Thornton akan terus mendukung perempuan Indonesia untuk menggali potensi yang dimiliki agar menjadi inspirasi perempuan lainnya untuk memberi dampak luas baik dalam keluarga maupun di masyarakat," pungkas Johanna.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas