Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Merebak, DPR Desak Kementan Segera Lakukan Penanganan
Anggota Komisi IV DPR RI, Darori Wonodipuro mendesak Kementerian Pertanian (Kementan) segera menangani wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi IV DPR RI, Darori Wonodipuro, mendesak pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) segera menangani wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
Darori khawatir, PMK akan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia bila tak segera ditangani.
Kementan diminta melakukan penelusuran kasus PMK.
“Sebagai penanggung jawab program, Kementan tahu dari mana data asal usul kena (wabah PMK) di mana penularannya."
"Itu bisa diusut ujungnya, apakah sapi ini kena karena impor atau ada wabah yang dibawa ternak lain, kita tunggu saja,” ungkap Darori melalui keterangan tertulis, Kamis (12/5/2022), dikutip dari dpr.go.id.
Baca juga: Banyak Hewan Ternak Terkena Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Pastikan Stok Hewan Kurban Aman
Politisi Partai Gerindra itu menyebut wabah PMK akan dibahas bersama Kementan pada rapat 17 Mei 2022 mendatang.
Hal ini dikarenakan DPR masih dalam masa reses.
Darori berharap pemerintah telah siap dengan solusi untuk menangani PMK di Indonesia.
“Selesai reses, kita akan minta penjelasan dari Menteri Pertanian dan Dirjen apa langkah yang dilakukan. Mestinya segera turun mengecek semua,” tutup Darori.
Baca juga: Kapolri Keluarkan Instruksi Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak, Begini Isinya
Kasus Kematian Sapi Massal
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, sebanyak 30 ekor sapi di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang mati karena terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), baru-baru ini.
Ke-30 ekor sapi yang mati tersebut mayoritas merupakan anak sapi.
Kadis Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Aceh Tamiang, Safuan, mengabarkan sebelumnya pada 4 Mei 2022, sebanyak 2.273 ekor sapi yang terinfeksi suatu penyakit menunjukkan gejala yang sama.
Yakni suhu tubuh hewan ternak itu tinggi dan terdapat bekas luka di kakinya.
"Yang terinfeksi sampai dengan tanggal 4 Mei 2022 sebanyak 2.273 ekor sapi yang teinfeksi (PMK)."
Baca juga: Apa Itu Virus PMK? Waspada Gejala Klinis PMK pada Sapi, Domba, Kambing, dan Babi
"Yang mati saat ini di angka 30-an, yang mati rata-rata anak sapi, yakni yang masih menyusui," kata Safuan dikutip dari tayangan Kompas TV, Rabu (11/5/2022).
Safuan mengatakan, pihaknya tidak dapat menjelaskan secara detail apa penyebab sapi-sapi ini mati.
"Kami tidak bisa menjelaskan secara detail, karena sapi ini mulai sakit seminggu sebelum lebaran itu tepatnya di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang."
"Tapi kami belum bisa mendeteksi apakah ini penyakit (Penyakit Mulut dan Kuku) PMK atau bukan."
"Tapi semakin hari yang terjangkit semakin banyak (yang terjangkit)."
"(Hingga) pada H-3 lebaran kami berkoordinasi dengan Balai Veteriner Medan untuk mendeteksi apa yang sebenarnya terjadi (pada sapi-sapi itu)."
Baca juga: Kementan Siapkan Langkah Darurat Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Sapi di Jawa Timur
"Pada saat itu kemudian kita melakukan pengambilan sampel dari darah, liur dan sedikit korengan-korengan luka yang ada di kaki," jelas Safuan.
Dan pada akhirnya dinyatakan positif PMK.
Safuan mengatakan, upaya terus dilakukan demi mempertahankan kesehatan hewan ternak itu.
"Sampai hari ini kita hanya melakukan penyuntikkan pada sapi yang sakit, yakni obat antibiotik, obat penurun panas dan vitamin."
"Karena sapi-sapi yang sakit ini rata-rata suhu badannya tinggi."
"Hingga saat ini, setelah dilakukan penyuntikkan, sudah banyak sapi-sapi itu yang bertahan, sudah bisa bangun, sudah bisa makan," lanjut Safuan.
Pengobatan ini, kata Safuan, baru dilakukan secara swadaya warga.
Baca juga: Pedagang: Harga Daging Sapi Rp 165.000, Masih Bisa Naik Lagi Setelah Idulfitri
"Sampai saat ini pengobatan yang kami lakukan adalah dengan swadaya, kemarin dapat bantuan dari provinsi tapi jumlahnya tidak mencukupi."
"Termasuk bantuan dari Dirjen yang jumlahnya sangat minim sekali, untuk satu desa pun tidak cukup."
"Pak Menteri rencananya akan turun (ke lapangan) besok, tetapi belum ada informasi lanjutan apakah benar akan datang atau tidak," kata Safuan.
Mereka berharap, dari pemerintah pusat dapat memberikan arahan kepada bupati-bupati di daerah lain.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran secara luas, Safuan telah melakukan pembatasan-pembatasan aktivitas jual beli ternak pada masyarakat.
"(Usai) tanggal 7 hasil laboratorium menyatakan positif (PMK), kita secepatnya membuat surat pemberitahuan kepada Gubernur dan Menteri terkait yang isinya mengabarkan bahwa daerah kami merupakan daerah yang terjangkit wabah."
Baca juga: Ibu-ibu Catat Harga Terkini Komoditas Pangan di Pasar, Daging Sapi Rp 150.000
"Kita kemudian membuat surat edaran yang isinya pertama terkait dengan penutupan pasar hewan, soalnya setiap hari Minggu dan Kamis kita menggelar pasar hewan," jelas Safuan.
Selain itu, Safuan dan timnya telah memberikan surat perintah agar masyarakat tidak melakukan jual-beli daging.
"Kita juga memberikan surat kepada para pedagang dan agen-agen pengepul ternak agar menghentikan kegiatan jual beli ternak."
"Kita juga menghimbau kepada warga dari hati ke hati agar tidak panik menyikapi penyakit PMK ini," kata Safuan.
Pasalnya, ada kejadian warga yang panik dan gegabah lantas buru-buru menjual sapinya dengan harga murah.
"Kita juga menginformasikan kepada warga agar tidak panik dan gegabah untuk menjual ternak ini."
"Karena kemarin ada enam ekor sapi yang dijual hanya Rp 12 juta karena mereka panik," jelas Safuan.
Berita terkait Penyakit Mulut dan Kuku
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Galuh Widya Wardani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.