Survei Indikator: 90 Persen Lebih Responden Beli Minyak Goreng Curah di Atas Harga Eceran Tertinggi
90 persen lebih responden membeli minyak goreng curah dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET).
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
![Survei Indikator: 90 Persen Lebih Responden Beli Minyak Goreng Curah di Atas Harga Eceran Tertinggi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pedagang-sembako-kemas-minyak-goreng-curah_20220410_214548.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei nasional yang dilkukan lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada 5 sampai 10 Mei 2022 menyatakan 90 persen lebih responden membeli minyak goreng curah dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan sebagian besar responden yakni 72 persen mengatakan harga minyak goreng saat ini menganggap masih kurang terjangkau.
Sebanyak 75 persen responden, kata dia, mengaku memakai minyak goreng kemasan dan 20,7 persen lainnya mengaku memakai minyak goreng curah.
Burhanuddin mengatakan mereka mendapatkan minyak goreng sehari-hari dari warung sekitar tempat tinggal (47,1 persen), minimarket (30,8 persen), pasar basah/becek/tradisional (13,7 persen), pasar kering (3,8 persen), dan mall/supermarket (2,7 persen).
Baca juga: Hasil Survei Indikator Politik: Minyak Goreng Kini Lebih Mudah Didapat, Tapi Harga di Luar Jangkauan
Hal tersebut disampaikannya dalam rilis survei bertajuk Drama Minyak Goreng dan Kepuasan Publik Terhadap Presiden yang disiarkan di kanal Youtube Indikator Politik Indonesia, Minggu (15/5/2022).
"Pengguna minyak goreng curah yang membeli harga di bawah HET atau sesuai HET cuma 4,9 persen (Rp10ribu-Rp14,9 ribu). HET nya kan Rp 14 ribu. 90 persen lebih itu menjawab membeli minyak goreng curah di atas HET," kata Burhanuddin.
Berikut ini data temuan yang ditampilkan saat rilis survei tersebut.
Minyak goreng curah
15,5 persen responden membeli dengan harga Rp15 ribu-Rp19,9 ribu.
30,7 persen membeli dengan harga Rp20 ribu-Rp24,9 ribu.
10,2 persen responden membeli dengan harga Rp25 ribu-Rp29,9 ribu.
3,3 persen responden membeli dengan harga Rp30 ribu-Rp34,9 ribu.
0,5 persen responden Rp35 ribu-Rp39,9 ribu.
0,6 persen responden membeli dengan harga Rp40 ribu-Rp44,9 ribu.
Baca juga: UPDATE Harga Minyak Goreng 15 Mei 2022: Sunco, Bimoli, Tropical, Fortune Hingga Sania
1,1 persen responden membeli dengan harga Rp45 ribu-Rp49,9 ribu.
0,8 persen responden membeli dengan harga lebih dari Rp50 ribu.
32,5 persen responden menjawab tidak tahu/tidak jawab.
Minyak Goreng Kemasan
0,9 persen responden membeli dengan harga Rp10 ribu-Rp14,9 ribu
5,8 persen responden membeli dengan harga Rp15 ribu-Rp19,9 ribu
28,0 persen responden membeli dengan harga Rp20 ribu-Rp24,9 ribu
32,5 persen responden membeli dengan harga Rp25 ribu-Rp29,9 ribu
4,2 persen responden membeli dengan harga Rp30 ribu-Rp34,9 ribu
2,3 persen responden membeli dengan harga Rp35 ribu-Rp39,9 ribu
1,4 persen responden membeli dengan harga Rp40 ribu-Rp44,9 ribu
1,3 persen responden membeli dengan harga Rp45 ribu-Rp49,9 ribu
6,0 persen responden membeli dengan harga lebih dari Rp50 ribu
17,7 persen responden menjawab tidak tahu/tidak jawab.
Baca juga: Ribuan Buruh Mulai Ramaikan Kawasan GBK Minta Harga Minyak Goreng Turun
"Meskipun kisarannya tidak setinggi di bulan Februari-Maret ya. Kita harus akui juga ada sesuau yang turun setelah gebrakan pemerintah. Tapi penurunannya itu tidak sesuai dengan harapan publik. Tidak seperti sebelum kejadian kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng," kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengatakan temuan tersebut menjelaskan mengapa approval rating Presiden tertekan ketika publik secara umum, mayoritas mutlak mendukung langkah ekspor minyak.
"Karena meskipun dukungan publik terhadap larangan ekspor minyak goreng itu tinggi, tapi di mata publik larangan tersebut belum berhasil menurunkan harga minyak goreng sesuai ekspektasi mereka," kata dia.
Survei dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Target populasi survei adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel sekitar 83 % dari total populasi nasional.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) yakni teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Dengan teknik RDD sampel sebanyak 1228 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.