Khawatir Picu Konflik, Warga Desa Wadas Jateng Mengadu ke PBNU soal Penambangan
Tak hanya alam yang rusak, kini hubungan antarwarga mulai terpecah akibat ada yang mendukung dan menolak aktivitas pertambangan disana.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mengadu ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terkait nasib desa mereka yang makin rusak akibat aktivitas pertambangan batu andesit.
Tak hanya alam yang rusak akibat pertambangan itu, namun kini hubungan antarwarga juga mulai terpecah akibat ada yang mendukung dan menolak aktivitas pertambangan disana.
Pertemuan antara perwakilan warga Desa Wadas dan pengurus PBNU digelar di Kantor PBNU di Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Baca juga: Kisah 2 Warga Desa Wadas Purworejo Jadi Miliarder, Beli Rumah, Mobil hingga Motor Trail
Baca juga: Terjawab Kenapa Harun Masiku Tak Kunjung Bisa Ditangkap KPK? Novel: Diduga Libatkan Petinggi Partai
Marsono selaku perwakilan warga Desa Wadas mengaku jauh-jauh datang ke Jakarta untuk meminta bantuan PBNU agar bisa menghentikan perpecahan yang terjadi antar warganya.
“Kami menyampaikan ke PBNU karena situasi yang terkini adalah situasi yang terpecah belah, sehingga kami harapkan PBNU bisa bersama-sama menghentikan perpecahan di desa kami,” kata Marsono.
Marsono pun meyakini tak ada cara lain untuk menghentikan ketegangan antar warga Desa Wadas selain menyetop aktivitas pertambangan.
Ia meyakini PBNU sebagai organisasi islam terbesar bisa membantu meyakinkan pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Jawa Tengah untuk menghentikan pertambangan di Desa Wadas.
“Kalau penambangan itu tetap berlangsung kami yakin perpecahan ini makin menjadi lebih besar lagi, dan ruang hidup kami, anak-anak kami, tidak ada harapan untuk hidup yang layak, seperti sekarang ini,” katanya.
Ketua PBNU bidang Kesejahteraan Rakyat Alissa Wahid memastikan akan memperjuangkan aspirasi dari warga Desa Wadas tersebut.
Ia sepakat bahwa pertambangan batu andesit untuk bahan baku pembangunan waduk itu akan berujung pada kerusakan alam dan koflik sosial yang makin meruncing.
“Warga sebagian masih ingin mempertahankan desanya, kelestarian alamnya dan pertambangan sudah pasti akan menghancurkan kehidupan di Desa Wadas,” kata Alisa.
Alissa yang sudah pernah mengunjungi Desa Wadas saat terjadi represi dari aparat pada awal Februari lalu ini memastikan PBNU akan membantu mencari solusi atas masalah ini.
“Kita sedang membicarakan perkembangannya dan menyusun langkah ke depan,” kata putri dari Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.