Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kepala BSSN Ungkap 3 Lapisan Ancaman di Dunia Siber

Kepala Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian menjelaskan soal tiga lapisan ancaman di dunia siber.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Kepala BSSN Ungkap 3 Lapisan Ancaman di Dunia Siber
Istimewa
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian menjelaskan soal tiga lapisan ancaman di dunia siber.

Pertama, adalah lapisan fisik.

Ia menjelaskan, yang dimaksud lapisan fisik ini berupa geografis atau Base Transceiver Station (BTS), serat optik, dan data center.

Hal itu disampaikan Hinsa Siburian saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Senin (30/5/2022).

"Jadi lapisan pertama ini adalah tempat-tempat di mana data-data atau informasi ini disimpan dan diproses," kata Hinsa Siburian.

Lalu, kedua adalah lapisan logika atau kerap diebut juga dengan software.

Berita Rekomendasi

Dimana fungsinya untuk mengoperasionalkan.

Baca juga: Kepala BSSN: Setiap Detik Ada Perang di Ruang Siber

Mulai dari memproses, berfungsi menukar data informasi, dan terkoneksi dengan lapisan pertama.

Kemudian, ketiga adalah komponen persona dan komponen siber pesona.

Menurut Hinsa, sebenarnya istilah ini sama dengan manusia yang ada di ruang siber.

Kemudian, siber pesona itu adalah identitas orang di ruang siber.

Ia mencontoh sebuah akun media sosial yang terdapat nama akun, alamat email, dan nama penggunanya.

Tetapi, masalah yang terjadi ketika di ruang siber itu, seseorang bisa menggunakan identitas palsu.

"Ketika dia menggunakan identitas palsu atau anonim di situlah terjadi tipu menipu. masyarakat kita ini kadang-kadang terlalu cepat percaya," jelasnya.

Baca juga: Sosok Letjen TNI Purn Hinsa Siburian, Kepala BSSN yang Belasan Tahun Tugas di SAT-81 Gultor Kopassus

Padahal, kata mantan Wakasad ini, informasi di dunia siber perlu dicek kebenarannya.

"Kalau saya ingat dulu kalau ibu-ibu saja mau belanja dulu di pasar yang mau dibeli, itu lihat kiri-kanan, belum lagi dibandingkan lagi dengan mungkin di sebelahnya, apakah ini sudah paling bagus, atau asli kan gitu," ucapnya.

"Nah sekarang masalahnya kadang-kadang masyarakat ini terlalu mudah percaya cek-ceknya kurang sehingga terjadilah apa yang kita sering lihat kejadian-kejadian ini penipuan. Kira-kira begitu," kata Hinsa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas