Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

101 Tahun Lahirnya Soeharto, Presiden ke-2 RI dengan Masa Jabatan Terlama, Ini Profilnya

Rabu (8/6/2022) hari ini adalah 101 tahun kelahiran Presiden ke-2 RI, Soeharto. Soeharto menjadi Presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama.

Penulis: Adya Ninggar P
Editor: Sri Juliati
zoom-in 101 Tahun Lahirnya Soeharto, Presiden ke-2 RI dengan Masa Jabatan Terlama, Ini Profilnya
KOMPAS/JB SURATNO
Presiden Soeharto saat berkuasa. Rabu (8/6/2022) hari ini adalah 101 tahun kelahiran Presiden ke-2 RI, Soeharto. Soeharto menjadi Presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama. 

TRIBUNNEWS.COM - Rabu (8/6/2022) hari ini adalah 101 tahun kelahiran Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Soeharto menjadi Presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama, yaitu 31 tahun.

Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul pada 8 Juni 1921.

Ia adalah anak dari seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa.

Baca juga: Sejarah 21 Mei 1998, Demo Besar-besaran hingga Presiden Soeharto Mundur setelah Berkuasa 32 Tahun

Baca juga: Hanya Kepada Satu Orang Menterinya, Presiden Soeharto Menulis Ucapan Ulang Tahun. Ini Suratnya

Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, ayahnya bernama Kertosudiro dan ibunya bernama Sukirah.

Saat berusia delapan tahun, Soeharto masuk sekolah dan kerap berpindah sekolah.

Awalnya Soeharto bersekolah di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean, lalu pindah ke SD Pedes.

Berita Rekomendasi

Pada 1941, Soeharto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah.

Akhirnya, Soeharto resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.

Pada 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah atau Bu Tien digelar di Solo pada 26 Desember 1947.

Saat itu, usia Soeharto 26 tahun, sedangkan Bu Tien 24 tahun.

Mereka dikaruniai enam putra dan putri, yaitu: 

- Siti Hardiyanti Hastuti

- Sigit Harjojudanto

- Bambang Trihatmodjo

- Siti Hediati Herijadi

- Hutomo Mandala Putra

- Siti Hutami Endang Adiningsih

Karier Militer Soeharto

Dikutip dari tni.mil.id, pada 1 Juni 1940, Soeharto diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah.

Soeharto tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral setelah enam bulan menjalani latihan dasar.

Soeharto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.

Pada 1942, saat Perang Dunia II berlangsung, Soeharto dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu.

Dengan berpangkat sersan tentara KNIL, Soeharto menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA.

Soeharto juga menjadi komandan resimen dengan pangkat mayor dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.

Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, Soeharto tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel.

Soeharto memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi.

Lalu, Soeharto ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.

Pada 1 Maret 1949, Soeharto ikut dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam.

Ternyata, inisiatif itu merupakan saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyarankan, Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada.

Di usia 32 tahun, Soeharto dipindahkan tugas ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953).

Lalu, pada 3 Juni 1956, Soeharto diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang.

Dari Kepala Staf, Soeharto diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro.

Kemudian, pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.

Pada 1 Oktober 1961, Soeharto merangkap dua jabatan, yakni sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun dan bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD).

Tahun 1961, Soeharto kembali mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis) dan Bonn (Jerman).

Pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal pada 1 Januari 1962 dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar di usia 41 tahun.

Sepulangnya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal AH Nasution.

Pada pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.

Akhirnya, pada 1968 Soeharto resmi menjadi Presiden kedua.

Sooeharto kembali dipilih oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada 21 Mei 1988.

Soeharto kemudian digantikan oleh BJ Habibie.

(Tribunnews.com/Nadya)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas