Durasi Kampanye Pemilu Singkat Bisa Berpotensi: Politik Uang dan Pemilih Pragmatis
Dengan masa kampanye yang singkat, potensi praktik politik uang maupun politik praktis dimungkinkan terjadi.
Penulis: Danang Risdinato
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Durasi masa kampanye Pemilu 2024 yang hanya 75 hari sedikit banyak akan mempengaruhi pendidikan pemilih.
Pasalnya masa kampanye juga jadi ajang bagi penyelenggara maupun peserta pemilu untuk memberikan pendidikan kepemiluan kepada pemilih.
Dengan masa kampanye yang singkat, potensi praktik politik uang maupun politik praktis dimungkinkan terjadi.
Baca juga: Tito Beralasan Masa Kampanye Pemilu 2024 Selama 75 Hari Demi Hindari Keterbelahan, Ini Kata Pengamat
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati mengatakan durasi masa kampanye yang pendek dan kurangnya pendidikan pemilih memungkinkan potensi peserta pemilu melakukan segala cara untuk menang.
"Potensi itu bisa saja terjadi, karena masa kampanye formal yang pendek maka peserta pemilu bisa saja melakukan segala cara untuk memenangkan pemilu, termasuk dengan melakukan politik uang," kata Khoirunnisa kepada Tribunnews.com, Rabu (8/6/2022).
Sehingga Perludem mengingatkan KPU dan penyelenggara pemilu lainnya agar mengimbangi dengan memberikan akses informasi terkait peserta pemilu seluas-luasnya.
Baca juga: Kepala BSSN Ungkap Strategi Kawal Pemilu Serentak 2024
Dengan harapan, mencegah para pemilih untuk bersikap pragmatis.
"Kalau hal ini tidak diimbangi dengan akses informasi mengenai peserta pemilu maka pemilih bisa saja pragmatis," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.