Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inovasi Teknologi hingga Kolaborasi Jadi Kunci Terkait Pengelolaan Rantai Pasok Pangan

Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB gelar diskusi.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Inovasi Teknologi hingga Kolaborasi Jadi Kunci Terkait Pengelolaan Rantai Pasok Pangan
Ist
Webinar bertema “Mengatasi Susut dan Limbah Pangan, Mendorong Transformasi melalui Inovasi dan Kolaborasi”. Acara ini digelar Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB University. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB University menggelar webinar.

Acara yang berlangsung pada Minggu (19/6/2022) kemarin mengambil tema 'Mengatasi Susut dan Limbah Pangan, Mendorong Transformasi melalui Inovasi dan Kolaborasi'.

Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi pertukaran ide dan juga pengalaman tentang kolaborasi multi stakeholder.

Sebagai informasi, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), sebuah asosiasi para CEO yang memiliki komitmen bersama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Dalam diskusi disebutkan untuk membawa inovasi dan teknologi yang dapat menjadi solusi lebih baik, lebih tepat, dan efisien dalam mengurangi permasalahan susut pangan dan limbah pangan.

Baca juga: Jokowi: Permintaan Ekspor Pangan Sudah Banyak yang Masuk

Di Indonesia, studi Food Loss and Waste ( susut dan limbah pangan) melaporkan bahwa masyarakat membuang 23-48 juta ton limbah makanan per tahun pada periode 2000-2019.

Dimana jumlah itu mengeluarkan sekitar 82,26 Mton CO2eq per tahun atau 7,29 persen dari total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia.

BERITA TERKAIT

Ini setara dengan kerugian ekonomi sekitar Rp213-551 Triliun /tahun atau setara 4-5 persen dari PDB Indonesia (BAPPENAS, 2021).

Yang artinya juga menyumbang sekitar 40,4 persen , dari total sampah Indonesia pada tahun 2020 (KLHK, 2021).

Dengan latar belakang inilah IBCSD bersama CTSS mengadakan dialog dengan mengangkat isu susut dan limbah pangan.

Kepresidenan G20 Indonesia mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”.

Untuk mencapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat, G20 telah memprioritaskan beberapa agenda, seperti menekankan transformasi digital dan memasukkan pembiayaan berkelanjutan, di mana hal ini juga akan membantu percepatan praktik pengurangan (Food Loss and Waste (FLW) di industri terkait.

Sementara itu, SDGs juga menetapkan target spesifik pada SDG 12.3, yaitu mengurangi separuh limbah makanan global per kapita di tingkat ritel dan konsumen.

Selain itu, mengurangi kehilangan makanan di sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk pasca panen di tahun 2030.

Kegiatan dialog webinar ini di moderatori oleh Wida Septarina, Chairwoman Yayasan Lumbung Pangan Indonesia dan diikuti oleh 125 peserta dari sektor bisnis, akademisi, pemerintah dan lembaga sosial.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program IBCSD Gerakan Atasi Susut dan Limbah Pangan 2030 (GRASP 2030) yang diluncurkan pada September 2021.

Saat ini GRASP 2030 didukung oleh 20 signatory yang terdiri dari perusahaan dan organisasi pendukung lainnya.

Dialog ini merupakan forum agar para pemangku kepentingan dapat saling berbagi pengalaman dalam mengatasi permasalahan susut dan limbah pangan.

Dalam sambutannya, Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas menyampaikan pentingnya perubahan mindset dari semua pihak dari hulu ke hilir.

Produksi tidak hanya fokus hanya pada peningkatan produktivitas tetapi juga efisiensi.

"Dalam permasalahan Food Waste and Loss Masyarakat sebagai konsumen didorong untuk lebih bijak dalam konsumsi agar dapat mengurangi mubazir pangan," ungkap Medrilzam.

"Kolaborasi jadi kata kunci terutama terkait pengelolaan rantai pasok pangan perlu terus ada kolaborasi," tambahnya.

Bappenas mendorong G20 dan T20 untuk dapat dijadikan momentum knowledge sharing serta memberikan pemikiran inovatif berbagai kebijakan baik di tingkat global maupun nasional.

Sementara itu, Damayanti Buchori selaku Direktur CTSS menyampaikan Bagaimana kerjasama internasional dapat mendukung setiap negara mengatasi susut dan limbah pangan.

"Bagaimana pengurangan susut dan limbah pangan dapat meningkatkan produksi pangan dan berdampak positif pada perekonomian," jelasnya.

Dalam dialog disampaikan juga oleh Prof. Dr. Ir. Dominicus S. Priyarsono, akademisi dari IPB) bahwa permasalahan data Food Loss and Waste di Indonesia menyiratkan belum adanya kepekaan dan prioritas dalam mengatasi permasalahan ini.

Lebih lanjut Prof Sonny menyampaikan bahwa dalam kolaborasi internasional, yang perlu didorongkan adalah upaya mengurangi food rejection terkait quality control dan food safety.

"Sama pentingnya dengan mengatasi hambatan non tarif handling dan mendorong koordinasi publik dan swasta," jelasnya.

Berita ini tayang di Warta Kota dengan judul: Kolaborasi dan Inovasi Jadi Kunci Atasi Susut Pangan dan Limbah Makanan 

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas