Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyebab Hujan Masih Turun di Musim Kemarau, BMKG Sebut Ada Faktor La Nina, Apa Itu?

BMKG memberikan penjelasan mengapa hujan masih turun meski sudah memasuki musim kemarau. BMKG mengatakan ada sejumlah faktor, salah satunya La Nina.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Penyebab Hujan Masih Turun di Musim Kemarau, BMKG Sebut Ada Faktor La Nina, Apa Itu?
freepik.com
Ilustrasi hujan - BMKG memberikan penjelasan mengapa hujan masih turun meski sudah memasuki musim kemarau. BMKG mengatakan ada sejumlah faktor, salah satunya La Nina. 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengapa hujan masih turun meski sudah memasuki musim kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengungkapkan salah satu faktor penyebab hujan masih turun di musim kemarau adalah adanya fenomena La Nina.

Dikutip dari laman BMKG, La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.

La Nina adalah kebalikan dari El Nino.

Saat La Nina terjadi, kondisi Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.

"Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," ungkap Guswanto di Jakarta, Sabtu (16/7/2022) lalu.

Baca juga: Prakiraan Cuaca DKI Jakarta Kamis 21 Juli 2022: Jakarta Selatan Cerah di Pagi dan Siang Hari

Guswanto mengatakan, BMKG memprakirakan curah hujan intensitas ringan hingga lebat masih berpotensi mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia hingga 23 Juli 2022.

Berita Rekomendasi

Faktor Dipole Mode Samudra Hindia

Selain La Nina, faktor lain yang mempengaruhi masih turunnya hujan di musim kemarau adalah faktor dipole mole.

Dipole Mode (DM) adalah fenomena interaksi atmosfer laut yang terjadi di Samudra Hindia.

Guswanto mengatakan Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Adapun dalam skala regional, Guswanto mengatakan ada beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan.

Baca juga: Prakiraan Cuaca DKI Jakarta Kamis 21 Juli 2022: Jakarta Selatan Cerah di Pagi dan Siang Hari

Yaitu antara lain fenomena MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

"Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer," ungkapnya.

Peringatan Dini Cuaca Ekstrem 21 Juli 2022

Ilustrasi hujan. BMKG memberi penjelasan terkait masih turunnya hujan di musim kemarau.
Ilustrasi hujan. BMKG memberi penjelasan terkait masih turunnya hujan di musim kemarau. (KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)

Sementara itu BMKG telah merilis peringatan dini cuaca ekstrem untuk Kamis (21/7/2022).

Berikut peringatan dini cuaca ekstrem di sejumlah provinsi Indonesia:

1. Kalimantan Utara: Tulin Onsoi, Lumbis Ogong, Lumbis Pansiangan, Malinau Selatan, Malinau Selatan Hilir, Malinau Selatan Hulu, Peso, Peso Hilir, Pujungan, Sei Menggaris, Sesayap, Malinau, Tana Tidung, Bahau Hulu, Kayan Hilir, Krayan Selatan, Sekatak, Tarakan, Tanjung Selor, Krayan, Bunyu, Sungai Boh, Lumbis dan Sembakung Atulai.

2. Gorontalo: Marisa, Randangan, Biluhu dan sekitarnya.

3. Jambi: Kerinci, Kota Sungai Penuh, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Batanghari, Bungo, Merangin dan Sarolangun.

4. Jawa Timur: Gresik, Pamekasan dan Sumenep.

5. Kalimantan Barat: Kubu Raya, Landak, Kapuas Hulu, Melawi, Sanggau, Bengkayang, Mempawah, Pontianak dan Sintang.

6. Kalimantan Selatan: Tanah Bumbu, Tanah Laut dan sekitarnya.

7. Kalimantan Tengah: sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah.

8. Kalimantan Timur: Kongbeng, Bengalon, Tabang, Sendawar, Lora Iram, Muara Pahu, Muara Ancalong, Muara Wahau, Long Bagun, Laham, Muara Muntai, Batu Ampar, Kaliorang, Long Apari, Penajam dan Tanah Grogot.

9. Bangka Belitung: Belitung dan Belitung Timur.

10. Kepulauan Riau: Bintan, Anambas dan Natuna.

11. Lampung: Lampung Barat, Way Kanan, Pesisir Barat, Lampung Utara, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu dan Bandar Lampung.

12. Maluku: Maluku Tengah, Seram bagian timur dan Buru.

13. Maluku Utara: Morotai Utara, Morotai, Wasile Selatan, Jailolo dan Weda.

14. Papua: Mamberamo Tengah dan Mamberamo Raya.

15. Papua Barat: Kabupaten dan Kota Sorong, Raja Ampat, Tambrauw, Maybrat, Sorong Selatan dan Fakfak.

Ilustrasi hujan lebat akibat cuaca ekstrem - BMKG merilis peringatan dini cuaca ekstrem untuk Kamis (21/7/2022) besok. Wilayah Kalimantan Utara paling banyak mendapatkan peringatan dini.
Ilustrasi hujan lebat akibat cuaca ekstrem - BMKG merilis peringatan dini cuaca ekstrem untuk Kamis (21/7/2022) besok. Wilayah Kalimantan Utara paling banyak mendapatkan peringatan dini. (scroll.in)

16. Sulawesi Tengah: Palu, Donggala, Sigi, Parimo, Poso, Touna, Tolitoli, Buol, Morowali, Morowali Utara, Banggai, Banggai Laut dan Banggai Kepulauan.

17. Sulawesi Tenggara: Konawe Kepulauan, Konawe Utara, Konawe Selatan, Konawe, Kendari, Muna, Kolaka Utara dan Buton Utara.

18. Sulawesi Utara: Minahasa Selatan dan Kotamobagu.

19. Sumatera Barat: Solok dan Solok Selatan.

20. Sumatera Selatan: Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Lubuk Linggau, Empat Lawang, PALI, Musi Banyuasin, OKU Selatan, Muara Enim, OKI, Banyuasin, Ogan Ilir dan Palembang.

Baca juga artikel lain terkait Prakiraan Cuaca

(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas