Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Epidemiologi Ingatkan untuk Berikan Dukungan Pada Pasien Pertama Monkeypox

Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman meminta untuk memberi dukungan kepada pasien pertama cacar monyet atau monkeypox pertama.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Ahli Epidemiologi Ingatkan untuk Berikan Dukungan Pada Pasien Pertama Monkeypox
Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman - Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman meminta masyarakat untuk memberikan dukungan kepada pasien pertama cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengingatkan untuk memberi dukungan pada pasien pertama monkeypox atau cacar monyet.

"Apa lagi ini di Indonesia, pasti mengalami tekanan secara mental. Beri support fisik dan mental. Selain itu berikan akses kesehatan, dan perlu ada dukungan kelompok. Ini penting sekali," tegasnya.

Dicky pun menyebutkan, sebelumnya ia telah memprediksi jika monkeypox bisa menjadi masalah besar.

Bahkan sebelum ditetapkan sebagai Public Health Emergency.

"Saya sudah ingatkan tidak hanya di Indonesia, banyak negara kita harus siap dukungan kelompok, karena bukan hanya bicara masalah akses layanan kesehatan dan obat. Tapi juga mental, sosial, mereka harus siap dan literasi," tegasnya.

Baca juga: Upaya Pemerintah Hadapi Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Selain itu, menurut Dicky, Pemerintah harus siap dengan kemungkinan kemunculan pasien monkeypox yang lebih banyak.

Berita Rekomendasi

"Pemerintah harus siap bagaimana kalau terjadi munculnya banyak kasus," kata Dicky.

Beberapa persiapan yang perlu dipenuhi seperti layanan akses kesehatan, obat-obatan, dan ruangan untuk melakukan isolasi.

"Belum tentu semuanya adalah orang yang mampu secara sosial dan ekonomi. Ini harus disiapkan oleh pemerintah."

"Isolasi mandiri ini bukanlah sebentar, tidak boleh kurang dari 3 minggu. Berbahaya dan tentu harus dalam pengawasan dokter," pungkasnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas