Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Cerita Seorang Anak Dampingi Ayahnya Berobat Jantung, Bersyukur Ada JKN, Beban Lebih Ringan

Saat ini banyak orang yang terkena penyakit yang berkaitan dengan jantung. Biaya pengobatannya juga besar.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Cerita Seorang Anak Dampingi Ayahnya Berobat Jantung, Bersyukur Ada JKN, Beban Lebih Ringan
Tribunnews.com/ Fitri Wulandari
ilustrasi kartu Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) BPJS Kesehatan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jantung merupakan organ yang sangat vital karena memiliki peran yang dapat memompa darah ke seluruh tubuh.

Namun saat ini banyak orang yang terkena penyakit yang berkaitan dengan jantung. Biaya pengobatannya juga besar.

Salah satu metode pembayaran yang dapat digunakan untuk pengobatan dan perawatan penderita jantung adalah program pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) BPJS Kesehatan.

Sejak beberapa waktu lalu, pemerintah melalui BPJS Kesehatan telah menawarkan program ini karena dapat dimanfaatkan masyarakat saat membutuhkan biaya pengobatan di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).

Pengalaman menarik saat menggunakan JKN-KIS ini pun turut dirasakan Rina Ayu, seorang wanita yang memiliki ayah yang divonis penyakit gagal jantung sejak 2014 lalu.

Sebagai anak, Rina  sedih saat mengetahui sang ayah menderita penyakit ini.

Berita Rekomendasi

Ia memahami bahwa tentunya ada sederet proses pengobatan yang harus dijalani sang ayah.

"Suatu ketika, ayah divonis memiliki penyakit gagal jantung di 2014 dan harus berobat rutin," ujar Rina, kepada Tribunnews, Minggu (28/8/2022).

Baca juga: Cara Mendaftar BPJS Kesehatan Online Melalui Ponsel: Pakai Aplikasi JKN Mobile Tanpa Antre Lama

Ia juga tidak memungkiri bahwa ada biaya besar yang harus disiapkan keluarganya.

"Ayah waktu itu beberapa kali harus dirawat di rumah sakit karena penyakit gagal jantungnya kambuh, dan itu pasti membutuhkan biaya yang besar untuk melakukan perawatan di RS," jelas Rina.

Namun karena telah menjadi peserta program JKN, maka sang ayah memanfaatkan layanan itu untuk memperoleh fasilitas terbaik di rumah sakit (RS).

"Yang aku ingat, pernah ayah dirawat hampir 1 bulan di RS terbaik di kota Balikpapan dengan fasilitas yang sangat mumpuni," kata Rina.

Rina kembali mengingat pengalamannya saat mengambil obat untuk ayahnya.

Jika ia tidak menggunakan JKN, maka ada biaya besar yang harus dikeluarkan untuk menebus obat.

"Karena mendapatkan tugas untuk mengambil obat untuk ayah, (harga obat) sekali tebus yang aku ingat dalam lembaran kwitansinya rata-rata di atas 1 juta (rupiah). Entah berapa kali aku harus mengambil obat saat itu," papar Rina.

Selain itu, ada perkara lainnya yang turut membutuhkan biaya tidak sedikit, yakni perawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU).

Tentunya dengan kondisi sang ayah yang mengalami gagal jantung serta dirawat intensif selama 1 bulan di rumah sakit, ada nominal yang besar dalam tagihannya.

"Selama 1 bulan itu, ayah juga memerlukan perawatan di ruang ICU yang harga satu malamnya sekitar 1,5 juta. Bisa dibayangkan berapa tagihan yang harus kami bayarkan jika melihat kondisi di atas," tutur Rina.

Namun karena telah menjadi peserta BPJS Kesehatan, maka dirinya tidak perlu merasa khawatir lantaran tagihan tersebut sebagian besar telah tercover.

"Alhamdulillah, di hari terakhir ayahku dirawat, tagihan kepada ibuku yang harus dibayarkan tidak sampai 1 juta," tegas Rina.

Rina memahami bahwa penyakit yang diderita sang ayah merupakan tipikal penyakit yang membuat penderitanya harus rutin melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.

Saat menjalani rawat jalan inilah, BPJS Kesehatan kembali meringankan beban keluarganya.

"Karena pasien gagal jantung harus sering kontrol berobat, ayah setiap bulan pergi ke RS yang sama. Dan tentu dengan BPJS, harga yang dibayar jauh lebih ringan. Setiap kontrol dengan spesialis Jantung dan obat-obatan rutinnya hanya menghabiskan sekitar 250 ribu," tegas Rina.

Sejak divonis menderita gagal jantung pada 2014 hingga akhirnya meninggal pada April 2022, sang ayah harus menjalani setidaknya 2 kali perawatan intensif di rumah sakit.

Meskipun sedih harus kehilangan sang ayah setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakitnya, Rina tetap bersyukur memiliki pengalaman terbaik bersama BPJS Kesehatan.

"Ayah mengalami penyakit gagal jantung 2014 sampai April 2022 meninggal dunia. Setiap tahun setidaknya 2 kali ayah masuk RS dengan waktu perawatan sekitar 1 minggu. Ayah juga harus kontrol setiap bulan 1 kali ke Dokter Spesialis Jantung. Semua perawatan dan pengobatan, alhamdulillah dicover BPJS," tegas Rina.

Wanita yang kini telah menetap di Jakarta itu pun menjelaskan alasan mengapa dirinya mau menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Awalnya karena orang tuanya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS), sehingga menjadi peserta BPJS Kesehatan merupakan hal yang wajib baginya.

Menjadi peserta program JKN, kata dia, seperti memiliki 'tabungan kesehatan'.

Sehingga ia selalu membayarkan iuran secara tepat waktu, meskipun tidak sedang mengalami sakit.

Menurutnya, membayar iuran adalah bagian dari investasi kesehatan, jika secara mendadak dirinya sakit dan harus menjalani pengobatan.

Selain itu, ia menilai bahwa meskipun tidak digunakan, akan ada orang-orang yang dapat dibantu melalui dana tersebut.

"Karena orang tua PNS, keanggotaan BPJS bagi keluarga jadi wajib. Karena sistemnya dipotong langsung dari gaji orang tua, jadi bisa tepat bayarnya. Hitung-hitung walaupun nggak sakit, uang iurannya bisa membantu orang lain," tutur Rina.

Rina juga menekankan bahwa jika dibandingkan dengan asuransi swasta, BPJS Kesehatan tidak memiliki proses klaim yang rumit.

"Punya cerita kurang menyenangkan dengan asuransi swasta, susah diklaim. Sehingga BPJS Kesehatan diharapkan  bisa dipakai untuk berobat. BPJS itu sangat membantu, benar-benar bisa dipakai dalam kondisi yang memang diperlukan. Kalaupun tidak sakit, ya bisa membantu yang lain," tegas Rina.

Oleh karena itu, hingga saat ini Rina tetap melanjutkan kepesertaannya dalam program JKN BPJS Kesehatan.

"Di tahun 2021, orang tua pensiun jadi PNS. Iuran BPJS tetap dibayarkan dan keanggotaan (aku) aktif sampai sekarang," kata Rina.

Memiliki pengalaman yang memuaskan setelah menjadi peserta BPJS Kesehatan, ia mengajak masyarakat untuk segera bergabung.

"Mudah diklaim,nggak rumit. Fasilitasnya juga sama dan nggak dibedakan mana pasien BPJS, mana pasien biaya pribadi. Malah dapat fasilitas terbaik," pungkas Rina.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
asd
Video Player is loading.
Current Time 0:00
Duration 0:00
Loaded: 0%
Stream Type LIVE
Remaining Time 0:00
Â
1x
    • Chapters
    • descriptions off, selected
    • subtitles off, selected
      © 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
      Atas