Capres Perempuan Masih Minim Meski Punya Potensi, Ini Penyebabnya
Lembaga Survei KedaiKOPI menemukan bahwa penerimaan publik terhadap presiden perempuan mengalami peningkatan.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Johnson Simanjuntak
Meskipun diakuinya, tren pemimpin dari kalangan wanita pun mulai merebak, khususnya di tingkat kabupaten/kota hingga provinsi. Masyarakat, lanjut Kunto, sudah menerima dengan baik figur pemimpin wanita.
“Problemnya apa perbedaan secara mendasar pemimpin di level daerah dan level masional, itu yang harus kita buka. Kita harus kemudian meyakinkan masyarakat, ya sebenarnya tidak beda jauh,” ucap Kunto.
“Hanya politik luar negeri saja yng beda akhirnya. Tapi kan itu tidak mengurangi kompetensi perempuan. Ini PR bagi calon-calon presiden dan tokoh perempuan,” ujarnya menambahkan.
Peluang Perempuan Jadi Presiden
Lebih lanjut Kunto berbicara perihal peluang perempuan menjadi presiden. Meski hasil survei menunjukkan peningkatan terhadap capres perempuan, hal itu belum bisa dijadikan rujukan.
Pasalnya, Pemilu bakal berlangsung pada 2024. Selain itu, dinamika politik dan masyarakat pun masih berpotensi akan mengubah pilihannya.
Temuan dalam survei ini adalah 53,8 persen pemilih mengatakan bahwa pilihan presiden mereka akan berubah.
Kunto merinci, dari mereka yang pilihannya akan berubah, 43,2 persen mengatakan akan mengubah pilihannya setelah penetapan capres dan cawapres.
Kemudian sebanyak 22,4 persen akan mengubah setelah kampanye dimulai, 19,4 persen di hari pemilu dilaksanakan, dan 11,9 persen pada saat masa tenang kampanye.
“Kita harus dengan hati-hati bicara soal peluang. Karena masih 1,5 tahun lagi. Politik sangat dinamis. Kita lihat tadi dari hasil survei, 53 persen lebih itu bilang pilihannya masih bisa berubah,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.