Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Hari Ini: 18 Tahun Kasus Kematian Munir Belum Terungkap, Aktivis HAM yang Diracun

Sejarah Hari Ini: 18 tahun kasus kematian Munir belum terungkap, aktivis HAM yang diracuni dengan racun jenis arsenik.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Miftah
zoom-in Sejarah Hari Ini: 18 Tahun Kasus Kematian Munir Belum Terungkap, Aktivis HAM yang Diracun
Warta Kota/henry lopulalan
Istri almarhum Munir, Suciwati (kanan), mengikuti aksi Kamisan ke-552 di Jakarta, Kamis (6/9/2018). Aksi tersebut untuk memeringati 14 tahun meninggalnya aktivis HAM Munir Said Thalib, serta menuntut pemerintah untuk mengungkap aktor-aktor intelektual dibalik pembunuhannya. Warta Kota/henry lopulalan 

TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, Rabu 7 September 2022 adalah peringatan 18 tahun meninggalnya aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib.

Munir (39) meninggal di dalam pesawat yang terbang dari Jakarta ke Belanda.

Munir meninggal karena racun jenis arsenik yang ditemukan di kandungan darah, air seni, dan jantungnya, yang melebihi kadar normal.

Sudah 18 tahun berlalu, kasus kematian Munir belum menemui titik terang.

Peristiwa ini terjadi ketika Munir akan melakukan perjalanan ke Amsterdam, Belanda menggunakan pesawat untuk melanjutkan pendidikan.

Munir berangkat dari Jakarta pada Senin, 6 September 2004 pukul 21.55 WIB.

Baca juga: 18 Tahun Munir Dibunuh, Hendardi: Komnas HAM Pilih Jalur Aman, Jokowi Gagal Pahami Kasus Munir

Ia menaiki pesawat dengan nomor penerbangan GA-974 menuju ke Belanda.

Berita Rekomendasi

Ketika hendak masuk ke kelas ekonomi, Munir bertemu dengan Pollycarpus, mantan pilot Garuda Indonesia yang hendak pergi ke Singapura, karena pesawat yang ditumpangi Munir akan transit di Bandara Changi, Singapura.

Percakapan keduanya berakhir dengan pertukarang tempat duduk.

Pollycarpus yang seharusnya berada di kelas bisnis dengan nomor kursi 3K, kemudian bertukar tempat duduk dengan Munir yang seharusnya berada di kelas ekonomi dengan nomor kursi 40G.

Sebelum pesawat lepas landas, Munir mendapatkan welcome drink dari pramugari bernama Yeti yang berada di kelas bisnis.

Dari dua pilihan yaitu Wine dan jus jeruk, Munir memilih jus jeruk.

Sekitar 15 menit setelah pesawat tinggal landas, Yeti kembali menyajikan welcome drink kepada penumpang dengan pilihan yang lebih beragam.

Kedua kalinya, Munir memilih jus jeruk.

Selain itu, Yeti juga menawarkan makanan yang masih panas di atas nampan dan Munir memilih mi goreng.

Istri almarhum Munir, Suciwati mengikuti aksi Kamisan ke-552 di Jakarta, Kamis (6/9/2018). Aksi tersebut untuk memeringati 14 tahun meninggalnya aktivis HAM Munir Said Thalib, serta menuntut pemerintah untuk mengungkap aktor-aktor intelektual dibalik pembunuhannya. Warta Kota/henry lopulalan
Istri almarhum Munir, Suciwati mengikuti aksi Kamisan ke-552 di Jakarta, Kamis (6/9/2018). Aksi tersebut untuk memeringati 14 tahun meninggalnya aktivis HAM Munir Said Thalib, serta menuntut pemerintah untuk mengungkap aktor-aktor intelektual dibalik pembunuhannya. Warta Kota/henry lopulalan (Warta Kota/henry lopulalan)

Baca juga: Gelar Aksi Simbolik, KASUM Desak Lagi Komnas HAM untuk Tetapkan Kasus Munir Pelanggaran HAM Berat

Pesawat tersebut transit di Bandara Changi, Singapura pada pukul 00.40 waktu setempat.

Saat itu, Munir kembali ke tempat duduk di kelas ekonomi karena Pollycarpus turun di Singapura.

Pada tanggal 7 September 2004 pukul 01.50 waktu setempat, pesawat melanjutkan perjalanan ke Amsterdam, Belanda.

Tiga jam setelah pesawat lepas landas dari Singapura, seorang pramugara senior bernama Najib melaporkan pada pilot Pantun Matondang, Munir yang duduk di kursi nomor 40G sakit.

Ia beberapa kali pergi ke toilet di pesawat.

Seorang penumpang pesawat yang berprofesi sebagai dokter mencoba menolong Munir.

Namun, pada Selasa, 7 September 2004 pukul 08.10 waktu setempat, Munir dinyatakan meninggal dunia.

Munir mengembuskan napas terakhir pada dua jam sebelum mendarat di bandara Schipol, Amsterdam, Belanda.

Akibat kejadian itu, semua penumpang tidak boleh turun dari pesawat ketika pesawat telah mendarat di bandara Schipol.

Seluruh penumpang menjalani pemeriksaan selama 20 menit.

Jenazah Munir kemudian diturunkan dan dijaga oleh otoritas bandara Schipol.

Untuk mengetahui penyebab kematiannya, pihak Belanda melakukan autopsi terhadap jenazah Munir.

Dua minggu kemudian, Institut Forensik Belanda (NFI) yang melakukan autopsi jenazah Munir menemukan adanya racun jenis arsenik di dalam tubuhnya.

Racun itulah yang membuat aktivis HAM itu meninggal dunia.

Setelah dilakukan autopsi, jenazah Munir kemudian dikembalikan ke Indonesia.

Munir Said Thalib dimakamkan di Batu, Malang pada 12 September 2004.

Baca juga: Bulan Depan, Komnas HAM Putuskan Anggota Tim Ad Hoc Penyelidikan HAM Berat Kasus Munir

Pollycarpus Ditetapkan sebagai Tersangka Pembunuhan Munir

Pollycarpus saat menjawab pertanyaan wartawan di Bapas Bandung, Rabu (29/8/2018). TRIBUN JABAR/DANIEL ANDREAND DAMANIK
Pollycarpus saat menjawab pertanyaan wartawan di Bapas Bandung, Rabu (29/8/2018). TRIBUN JABAR/DANIEL ANDREAND DAMANIK (Tribun Jabar/Daniel Andreand Damanik)

Kejanggalan dalam kematian Munir ini mendapat perhatian yang sangat besar dari publik.

Setelah setengah tahun berlalu, pada tanggal 18 Maret 2005, Mabes Polri baru menetapkan Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai tersangka pembunuhan Munir.

Pembunuhan itu juga diyakini Tim Pencari Fakta (TPF) melibatkan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) dan Garuda Indonesia.

Pada tanggal 1 Desember 2005, Pollycarpus dituntut penjara seumur hidup.

Namun Pollycarpus bersaksi tidak pernah mengontak Munir sebelum penerbangan dan sebenarnya hanya basa basi memberikan kursi di kelas bisnis.

Atas pernyataan itulah, pada 20 Desember 2005, Pengadilan Negeri (PN) Jaksel memvonis Pollycarpus hanya dipenjara selama 14 tahun.

Pollycarpus Bebas Murni

Pollycarpus bebas murni pada 29 Agustus 2018.

Namun, Pollycarpus sebenarnya hanya menjalani hukuman penjara selama 8 tahun.

Ia keluar dari penjara Sukamiskin pada November 2014 dan hanya dikenai wajib lapor hingga 29 Agustus 2018.

Setelah bebas murni, Pollycarpus mendapatkan kembali semua haknya sebagai warga negara biasa.

Pollycarpus Budihari Priyanto meninggal pada 17 Oktober 2020 karena infeksi virus corona.

Aksi Kamisan

Istri Munir yang juga Ketua Omah Munir Suciwati  ketika memberikan keterangan pers peringatan 11 tahun meninggalnya Munir di kantor Kontras,Jalan Prambanan, Menteng Jakarta Pusat, Minggu (6/9/2015). Mereka menyatakan sikap Presiden Jokowi tidak boleh melindungi pelaku pembunuhan Munir dan harus menuntaskan kasusnya untuk mewujudkan rasa keadilan dan aman dalam masyarakat. (Wartawan/Henry Lopulalan)
Istri Munir yang juga Ketua Omah Munir Suciwati ketika memberikan keterangan pers peringatan 11 tahun meninggalnya Munir di kantor Kontras,Jalan Prambanan, Menteng Jakarta Pusat, Minggu (6/9/2015). Mereka menyatakan sikap Presiden Jokowi tidak boleh melindungi pelaku pembunuhan Munir dan harus menuntaskan kasusnya untuk mewujudkan rasa keadilan dan aman dalam masyarakat. (Wartawan/Henry Lopulalan) (Warta Kota/Henry Lopulalan)

Dikutip dari Komnas Perempuan, keluarga dan gerakan masyarakat sipil tidak berhenti memperjuangkan pengungkapan kasus pembunuhan Munir.

Tujuannya agar mendorong pemerintah untuk segera menindaklanjuti rekomendasi dari Tim Pencari Fakta (TPF) Munir.

Namun, laporan TPF Munir sempat diberitakan hilang.

Karena itu, rekomendasi TPF agar pemerintah mempublikasi hasil pencarian fakta itu belum ditindaklanjuti.

Sementara, rekomendasi untuk pemeriksaan sejumlah nama yang teridentifikasi di dalam kasus tersebut juga tertunda.

Istri alm Munir, Suciwati, menjadi motor sekaligus inspirasi banyak keluarga dalam menyikapi stagnansi dari kasus yang mereka alami.

Aksi Kamisan yang menjadi ruang solidaritas lintas komunitas korban dan masyarakat serta aktivitas kampanye di Omah Munir menjadi saksi tentang kegigihan perjuangan yang penting ini.                

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(TribunnewsWiki.com/Febri Ady Prasetyo, Natalia Bulan Retno Palupi)

Artikel lain terkait Kematian Munir

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas