Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIDEO EKSKLUSIF Kisah Surya Paloh: 18 Tahun Caleg DPRD dan 25 Tahun Sudah Jadi Anggota MPR RI

Di usia yang relatif masih muda, yakni 18 tahun, Surya Paloh sudah menjadi calon legislatif (caleg) dari Partai Golkar untuk DPRD Sumut

Editor: Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh mengisahkan pernajalan karir politiknya.

Karir politik Surya Paloh terbilang gemilang.

Di usia masih relatif sangat muda, yakni 16 tahun, Surya Paloh sudah bergabung ke partai politik.

Surya Paloh bergabung ke Golkar saat itu di Sumatera Utara. 

"Saya masuk di partai Golkar umur saya 16 tahun," tutur Surya Paloh membuka kisahnya saat diwawancara eksklusif Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara Ambarita di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Rabu (14/9/2022).

Masih di usia yang relatif masih muda, yakni 18 tahun, Surya Paloh sudah menjadi calon legislatif (caleg) dari Partai Golkar untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumut. 

"Saya udah calon DPRD umur 18 tahun," kisah Surya Paloh

Berita Rekomendasi

Semakin cemerlang di politik, Surya Paloh duduk menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) saat usia masih 25 tahun.

"Saya umur 25, saya sudah anggota MPR RI," ucapnya.

Simak sambungan wawancara eksklusif Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara Ambarita dengan Ketum NasDem Surya Paloh:

Umur Bang Surya Paloh sudah 71 tahun, cerita dong masa kecil supaya menginspirasi anak muda?

Sebenarnya jujur aja Saya dari keluarga yang amat saya patut syukuri, keluarga bahagia. 

Saya mengenal kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Itu amat saya syukuri. Saya tumbuh dan dibesarkan dengan kasih sayang.

Tapi ada semangat tantangan kemandirian yang saya mulai (ketika) saya sejak usia 14 tahun sudah hormat sama orang tua saya. 

Dia punya kemampuan sebagai kepala Polisi daerah kecil ya Resor.

Di Polres? 

Ya. Pada waktu itu distrik bahkan. Jadi kalau sekarang Kapolsek

Dimana?

Di Serbelawan Sumatera Utara. Dandis jaman itu, komandan distrik. 

Hormat, mulai besok saya gak mau terima apa-apa dari Bapak.

Kenapa? 

Memang saya tekankan, saya sudah mengenal dunia usaha.

Usaha apa 14 tahun?

Banyak ceritanya itu kan di buku nanti. 

Usia 14 tahun sudah mandiri, itu sungguh bisa menghidupi diri sendiri?

Sungguh, sungguh itu.

Dalam segala?

Iya . Ya sama seperti partai politik. Saya masuk di partai Golkar umur saya 16 tahun. 

Saya sudah calon DPRD umur 18 tahun, 

saya umur 25 saya sudah anggota MPR RI.

Dulu cara menangkap peluang usaha, bagaimana?

Itu insting sejujurnya, itu begitu saja dia datang dan kemudian di daerah itu daerah perkebunan yang memungkinkan saya untuk bisa menjual aktivitas jasa perdagangan.

Nanti barang orang kita ambil, kita delivery, kita dapat pesanan, kita dapat komisi.

Usia 14 tahun?

Usia 14 tahun ya. 

Melihat org sukses atau diajak?

Kita lihat-lihat kenapa orang bisa lakukan.

Lalu belakangan terjun ke bisnis media dan perhotelan?

Macam-macam sudah. Sama di partai politik juga sudah 55 tahun tanpa terasa.

Soal dinasti politik, dari Pak Soekarno ke Bu Mega, Pak SBY ke AHY, dan Bang Suya ke Prananda, bagaimana komentar Anda?

Ya masing-masing para pihak mempunyai persepsi, harapan, keinginan dari objektivitas dan rasionalitas yang ada pada diri semuanya.

Yang pasti semua orang tua menginginkan anaknya lebih hebat, lebih bermanfaat, lebih membanggakan dibandingkan apa yang ada pada dirinya. Dan itu adalah human being. Nilainya itu universal dimana saja. Saya menghargai itu.

Tapi khusus untuk saya, saya mau kalaupun Prananda dia berproses saja secara alami.

Mungkin tantangannya akan berbeda dengan apa yang saya hadapi, duduk meratap di pinggir jalan, merenung, berpikir, menangis.

Mungkin lebih banyak tangisan yang saya alami. Kesedihan yang saya alami, kegagalan juga yang saya alami. Tapi saya tidak berharap itu kalau bisa diulangi yang sama ya kan.

Yah tapi ada baiknya juga karena guru yang paling abadi dan paling baik yang paling hebat bukan hanya pelajaran yang kita peroleh dari sekolah-sekolah formal, tapi yang paling hebat itu adalah sekolah kehidupan. Di sana mengalami jatuh dan bangunnya kehidupan.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas