Korban Kerusuhan Pasca Laga Arema vs Persebaya, Bripda Agmal Masih Dirawat di RS Bhayangkara Batu
Selain dua polisi meninggal, seorang anggota polisi lainnya, Bripda Agmal Khan Muhammad dari Sat Samapta Polres Trenggalek masih menjalani perawatan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua anggota polisi turut menjadi korban meninggal saat terjadi kerusuhan pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Berdasarkan keterangan dari Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta, dua polisi yang meninggal adalah Bripka Andik dari Polsek Sumber Gempol Polres Tulungagung dan Briptu Fajar Yoyok dari Polsek Dongko Polres Trenggalek.
Baca juga: YLBHI: 153 Korban Jiwa di Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Negara Harus Bertanggung Jawab
Selain dua polisi meninggal, seorang anggota polisi lainnya, Bripda Agmal Khan Muhammad dari Sat Samapta Polres Trenggalek masih menjalani perawatan di RS Bhayangkara Batu.
Hingga Minggu (2/10/2022) pagi sebanyak 127 orang meninggal dunia saat terjadi kerusuhan pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang.
Menurut Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta, sebanyak 34 korban meninggal di dalam Stadion Kanjuruhan, sisanya meninggal di rumah sakit.
Sementara korban yang masih dalam perawatan di rumah sakit sebanyak 180 orang.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan, biang kericuhan diduga dipicu rasa kekecewaan sejumlah suporter terhadap hasil kekalahan melawan Persebaya dengan skor 3-2 untuk Persebaya.
"Selama pertandingan tidak ada masalah. Masalah terjadi ketika usai pertandingan. Penonton kecewa melihat tim Arema FC kalah. Apalagi ini sebelumnya Arema FC tidak pernah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir," ujar Irjen Pol Nico Afinta saat gelar rilis di Polres Malang, Minggu (2/3/2022) dini hari.
Baca juga: Jokowi Sentil 2 Menteri hingga Ketum PSSI Imbas Kerusuhan Arema vs Persebaya di Kanjuruhan
Nico menambahkan, motif para suporter Arema FC turun ke lapangan juga dengan maksud berusaha mencari pemain dan official Arema FC.
"Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya)," tuturnya.
Tak ingin kejadian kerusuhan menjadi meluas, Nico menerangkan jika petugas pengamanan kemudian melakukan upaya-upaya pencegahan dan pengalihan suapaya mereka tidak masuk ke lapangan.
Salah satunya dengan menembakkan gas air mata.
"Upaya-upaya pencegahan dilakukan hingga akhirnya dilakukan pelepasan gas air mata. Karena sudah tragis dan sudah mulai menyerang petugas dan merusak mobil," papar Nico.
Penumpukan suporter kemudian memicu berdesakan hingga membuat tragedi maut tersebut terjadi.
"Suporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Disaat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen. Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit," kata Nico.
Baca juga: Buntut Tragedi Laga Arema vs Persebaya, Jokowi Minta Liga 1 Dihentikan hingga Kasus Diusut Tuntas
Korban Jiwa Bertambah Menjadi 129
Terkini Minggu (2/10/2022) siang, jumlah korban meninggal saat kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Jawa Timur, bertambah menjadi 129 orang.
Polda Jawa Timur mengonfirmasi total sebanyak 129 orang meninggal dunia akibat tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Jumlah tersebut termasuk dua anggota kepolisian yang berjaga, Brigadir Andik dan Briptu Fajar juga ikut meregang nyawa dalam tragedi ini.
"Semula 127 kini bertambah 2 menjadi 129 korban. Iya (dari polisi juga)," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto, dikutip dari Tribun Jatim.
Sementara itu Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, menjelaskan mengenai kronologi penyebab kericuhan yang mewarnai Derbi Jawa Timur kali ini.
Menurutnya, kekalahan tim tuan rumah dari Persebaya disinyalir menjadi penyebab mengapa oknum suporter memaksa merangsek masuk ke lapangan pertandingan setelah laga usai.
"Para penonton turun ke tengah lapangan, dan berusaha mencari para pemain dan official untuk menanyakan kenapa sampai kalah atau melampiaskan," kata Nico Afinta, dikutip dari Surya.
"Oleh karena itu, pengamanan dan pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan atau mengejar para pemai," sambungnya.
Untuk menghalau oknum suporter agar tak bertindak semakin anarkis, polisi yang bertugas akhirnya mengambil langkah untuk menembakkan gas air mata.
Baca juga: BREAKING NEWS: Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, 127 Orang Meninggal, 2 di Antaranya Anggota Polisi
"Untuk melakukan upaya pencegahan sampai dillakukan (pelemparan) gas air mata. Karena sudah anarkis, sudah mulai menyerang petugas dan merusak mobil," bebernya menambahkan.
Akan tetapi imbas dari penembakan gas air mata ini mengakibatkan suporter yang datang ke stadion, keluar dengan cara yang tak teratur.
"Akhirnya setelah terkena gas air mata, mereka pergi ke satu titik di pintu keluar pintu 10 dan 12”
"Terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen yang oleh tim medis dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion. Kemudian dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," Jelasnya.
(Tribunnews.com/Giri)(TribunJatim/Luhur Pambudi)(Surya.co.id/Abdullah Faqih)