Presiden Jokowi akan Serahkan Santunan ke Korban Tragedi Kanjuruhan Sebesar Rp 50 Juta Tiap Keluarga
Menko Polhukam, Mahfud MD menyebut Presiden Jokowi akan menyerahkan santunan pada korban meninggal tragedi Kanjuruhan sebesar Rp 50 juta tiap keluarga
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Whiesa Daniswara
![Presiden Jokowi akan Serahkan Santunan ke Korban Tragedi Kanjuruhan Sebesar Rp 50 Juta Tiap Keluarga](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/menko-polhukam-mahfud-md-memberikan-keterangan-pers.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Menko Polhukam, Mahfud MD mengatakan dirinya baru menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/10/2022).
Pertemuan Mahfud MD dengan Presiden Jokowi tersebut dilakukan untuk membahas tragedi Kanjuruhan yang terjadi setelah laga sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) kemarin.
Mahfud menyebut, dalam dua hari ke depan atau pada Kamis (6/10/2022) besok, Presiden Jokowi akan memberikan santunan secara langsung kepada keluarga korban yang meninggal akibat kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Menurut Mahfud, santunan tersebut diberikan Presiden Jokowi secara langsung sebagai bentuk simpati, empati, dan perhatian pemerintah kepada para korban.
"Untuk santunan korban, Insyaallah dalam dua hari ke depan, Presiden akan menyerahkan sendiri bantuan sosial itu. Sebagai bentuk simpati dan empati serta perhatian pemerintah yang mewakili negara."
"Kepada korban pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan," kata Mahfud dalam tayangan video di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (4/10/2022).
Baca juga: Amnesty Internasional: Tragedi Kanjuruhan Punya Unsur Pelanggaran HAM oleh Aparat
Lebih lanjut, Mahfud menyebut jika penyerahan santunan dari Presiden Jokowi kepada korban tragedi Kanjuruhan tersebut, kini masih dikoordinasikan dan dipersiapkan teknisnya.
Namun yang jelas, dari total korban meninggal yang sebanyak 125 orang, masing-masing keluarga korban akan mendapat santunan sebanyak Rp 50 juta.
"Mungkin hari Kamis (6/10/2022) lah presiden akan kesana, nanti akan dikoordinasikan. Sampai saat ini tercatat 125 orang meninggal dan itu masing-masing keluarganya akan diberi Rp 50 juta."
"Dan akan diserahkan Presiden sendiri di Jawa Timur, mungkin di Malang, Surabaya, sedang dipersiapkan teknisnya," pungkas Mahfud.
Baca juga: Jokowi Minta Tragedi Kanjuruhan Diungkap Tuntas Kurang dari Satu Bulan
Tragedi Kanjuruhan, 32 Anak Turut Menjadi Korban
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, sebanyak 32 anak turut menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Dari 125 orang yang tewas dalam tragedi Kanjuruhan itu, 32 di antaranya adalah anak-anak, dengan yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun.
Banyaknya korban jiwa dan luka-luka tersebut membuat tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia.
Tragedi pada Sabtu malam di Kota Malang menyebabkan 125 orang tewas dan 323 lainnya terluka setelah petugas menembakkan gas air mata di stadion yang penuh sesak.
![Foto ini diambil pada 1 Oktober 2022 menunjukkan seorang anak laki-laki (tengah) digendong anggota tentara Indonesia mengamankan lapangan setelah pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur. - Sedikitnya 127 orang tewas di sebuah stadion sepak bola di Indonesia pada akhir 1 Oktober ketika para penggemar menyerbu lapangan dan polisi merespons dengan gas air mata, yang memicu penyerbuan, kata para pejabat. (Photo by AFP)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/rusuh-usai-arema-fc-kalah-lawan-persebaya-127-orang-tewas_20221002_210807.jpg)
Baca juga: Soal Penggunaan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Indonesia Bisa Lolos Sanksi Berat FIFA?
Puluhan anak yang terjebak di Stadion itu harus kehilangan nyawa mereka, kata seorang pejabat di kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
“Dari data terakhir yang kami terima, dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antaranya adalah anak-anak, dengan yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun,” kata Nahar.
Menko Polhukam, Mahfud MD mengumumkan satuan tugas telah dibentuk untuk menyelidiki dan menyerukan hukuman bagi siapa pun yang bersalah.
"Diminta agar Polri melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan keamanan di daerah setempat. Adapun tugas atau langkah jangka pendek, diminta kepada Polri agar dalam beberapa hari ke depan ini segera mengungkap pelaku yang terlibat tindak pidana," katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Menpora Pastikan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan Bekerja Profesional
Polri telah memecat Kapolres Malang beberapa jam setelah pidato menteri. Selain Kapolres Malang, juga 9 Komandan Brimob dicopot.
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan pada konferensi pers, tanpa memberikan rincian tentang peran mereka apa dalam tragedi itu.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga melontarkan kritik kepada petugas keamanan.
"Jika tidak ada gas air mata, mungkin tidak akan terjadi kekacauan," kata komisaris Choirul Anam dalam sebuah pengarahan.
Baca juga: Kapolda Jatim Sampaikan Permintaan Maaf Atas Pengamanan di Kanjuruhan: Kami Akan Evaluasi
Kronologi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Insiden hari Sabtu (1/10/2022) itu bermula ketika fans tim tuan rumah Arema FC menyerbu lapangan di stadion Kanjuruhan setelah kalah 3-2 dari rival sengit Persebaya Surabaya.
Polisi menanggapi dengan meluncurkan gas air mata ke tribun yang penuh sesak, mendorong penonton untuk bergegas secara massal ke pintu stadion di mana di sana banyak yang terinjak-injak, menurut saksi mata.
"Rasanya seperti orang dimasukkan ke dalam tabung kecil dengan lubang kecil, dan kemudian mereka dihisap," kata penonton Ahmad Rizal Habibi, yang berhasil selamat.
Polisi menyebut insiden itu sebagai kerusuhan dan mengatakan dua petugas tewas, tetapi korban yang selamat menyebut Polisi telah bereaksi berlebihan dan menyebabkan kematian sejumlah penonton.
Baca juga: Polri Sebut Tak Ada Aremania yang Ditangkap di Kasus Tragedi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan
"Salah satu pesan kami adalah agar pihak berwenang menyelidiki ini secara menyeluruh. Dan kami ingin pertanggungjawaban. Siapa yang harus disalahkan?" kata Andika, warga Malang berusia 25 tahun.
"Tempat itu tampak seperti kuburan massal. Perempuan dan anak-anak bertumpuk satu sama lain," kata Eko Prianto, penonton di Stadion Kanjuruhan.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Muhammad Barir)
Baca berita lainnya terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.