Laga Arema FC dan Persebaya Dinilai High Risk, TGIPF: Perlu Hitungan Rinci dan Pertimbangan Resiko
TGIPF mengatakan pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya tidak layak digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Nugroho Setiawan mengatakan, pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya tidak layak digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Pasalnya, pertandingan kedua kubu sepak bola ini tergolong memiliki risiko tinggi (high risk).
Selain memiliki jumlah suporter yang banyak, loyalitas suporternya sangat tinggi.
"Kesimpulannya sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match. Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," kata Nugroho, dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/10/2022).
Menurut Nugroho, untuk pertandingan yang diperkirakan berisiko tinggi, pelaksana harus membuat perhitungan secara rinci.
Termasuk harus mempertimbangkan betul segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Baca juga: Cerita Anggota TGIPF Kanjuruhan Nugroho Setiawan Saksikan Rekaman Penonton Meregang Nyawa
"Kita harus membuat kalkulasi yang sangat konkret, misalnya adalah bagaimana cara mengeluarkan penonton pada saat keadaan darurat," jelas Nugroho.
Nugroho pun juga menyoroti penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan.
Ia menyarankan agar aparat keamanan mempertimbangkan kembali penggunaan gas air mata di stadion.
Anggota TGIPF, kata Nugroho, juga melihat perubahan trauma akibat efek gas air mata terhadap mata para korban.
Jadi, penting sekali untuk dihindari penggunaan gas air mata ini pada kejadian-kejadian yang crowded tersebut.
"Dari menghitam kemudian memerah, dan menurut dokter itu recovery-nya paling cepat adalah 1 bulan."
"Jadi efek dari zat yang terkandung di gas air mata sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan," ujar Nugroho.
Baca juga: Temuan Baru Polisi Terkait Tragedi Kanjuruhan, 46 Botol Miras Oplosan Ditemukan di Sekitar Stadion
Sebelumnya, Mahfud MD juga sempat menyoroti tentang adanya penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan.
Sering kali penggunaan gas air mata dianggap obsesif atau bahkan mungkin dianggap sebuah tindakan yang harus dilakukan karena terpaksa.
Pasalnya, diceritakan Mahfud, saat kejadian tragedi Kanjuruhan terjadi, setelah pertandingan selesai, ribuan penonton turun dari tribun ke lapangan.
Keadaan menjadi tak terkendali hingga mungkin gas air mata ini ditembakkan.
Kendati demikian, pihaknya tetap akan mendalami kejadian ini.
Termasuk apakah gas air mata telah kadaluarsa atau tidak.
Baca juga: TGIPF Temukan Bukti Penting Tragedi Kanjuruhan, Kini Kumpulkan Keterangan Penggunaan Gas Air Mata
Baca juga: Temuan Baru Polisi Terkait Tragedi Kanjuruhan, 46 Botol Miras Oplosan Ditemukan di Sekitar Stadion
"Keadaan sudah tidak terkendali, ada yang mengejar pemain, ada yang berteriak-teriak macam-macam dari berbagai penjuru."
"Saya mendapat juga mendapat penjelasan dari beberapa orang di lapangan kalau Arema itu main begitu selesai main itu biasanya penonton turun untuk mengucapkan terima kasih kepada penonton kalah atau menang, tapi yang terjadi kemarin bukan orang (mengucapkan terima kasih) tapi orang marah-marah dan berteriak (mereka) bukan orang mau menyampaikan selamat."
Baca juga: Cerita Anggota TGIPF Kanjuruhan Nugroho Setiawan Saksikan Rekaman Penonton Meregang Nyawa
"Nah ini pun harus kita selidiki dulu, apakah ini karena terpancing lebih dulu oleh gas air mata atau bagaimana, kita kita konstruksikan dulu situasinya," jelas Mahfud MD dalam tayangan Rosi Kompas Tv, Sabtu (8/10/2022).
Mahfud pun telah memerintahkan tim untuk mendatangai stadion Kanjuruhan di Malang.
"Bagaimana menimbangnya bahwa penggunaan gas air mata itu adalah sesuatu yang dianggap perlu dan bagaimana juga menimbangnya bahwa gas air mata itu sebagai sebuah tindakan yang abuse of power yang menyebabkan ratusan orang meninggal," lanjut Mahfud.
Selanjutnya, dari temuan-temuan tadi, tim akan mengonstruksikan data itu secara benar.
Baca juga: TGIPF Temukan Bukti Penting Tragedi Kanjuruhan, Kini Kumpulkan Keterangan Penggunaan Gas Air Mata
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(Kompas.com/Aryo Putranto Saptohutomo)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.