Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tiga Pelajaran Soal Efektifitas Satuan Kavaleri Saat Darurat Militer di Aceh

Iftitah Sulaiman Suryanagara mengungkapkan tiga pelajaran yang diambil terkait efektifitas satuan kavaleri dalam perang gerilya saat darurat militer.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Tiga Pelajaran Soal Efektifitas Satuan Kavaleri Saat Darurat Militer di Aceh
TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI
Kendaraan lapis baja milik Batalyon Kavaleri (Yonkav)-8 menggema di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur), Baturaja, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/11/2020). Iftitah Sulaiman Suryanagara mengungkapkan tiga pelajaran yang diambil terkait efektifitas satuan kavaleri dalam perang gerilya saat darurat militer. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Romeo Strategic Consulting Letnan Kolonel Kav (Purn) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara mengungkapkan tiga pelajaran yang diambil terkait efektifitas satuan kavaleri dalam perang gerilya saat darurat militer di Aceh.

Kebetulan, kata peraih Adhimakayasa Akmil 1999 tersebut, hampir dua tahun ia berada di Aceh untuk melaksanakan operasi perang gerilya.

Hal tersebut disampaikannya dalam Webinar Indonesia Strategic & Defence Studies bertajuk "Tantangan Kavaleri Dalam Perang Modern" di kanal Youtube ISDS Indonesia pada Rabu (12/10/2022).

"Pertama adalah kavaleri sangat efektif untuk melaksanakan tugas pengamanan rute perbekalan umum, yakni mengamankan jalan-jalan utama," kata Iftitah.

Ia memberi contoh pada saat awal darurat militer di Aceh digelar, perekonomian lumpuh akibat bis-bis dan truk-truk logistik dibajak dan dibakar.

Baca juga: Belajar dari Perang Rusia-Ukraina, Satuan Kavaleri TNI AD Dinilai Butuh SHORAD Serta Pesawat Nirawak

Kemudian pada saat kavaleri yang memiliki kemampuan mobilitas tinggi diterjunkan maka para pemberontak bisa dilumpuhkan dan ekonomi pun kembali lancar dan normal.

BERITA TERKAIT

"Kavaleri juga efektif untuk pengawalan logistik masyarakat. Kemudian selain itu bisa untuk memberikan bantuan tembakan untuk manuver satuan lain khususnya pasukan infanteri," kata dia.

Pelajaran kedua, adalah terkait tingkat ketergantungan penggunaan alutsista luar negeri oleh satuan kavaleri.

Pada saat datang ke Aceh sekitar tahun 2002-2003, Iftitah yang bertugas sebagai perwira seksi operasi di Batalyon Kavaleri VIII Kostrad diserahterimakan tank-tank Scorpion dari Batalyon Kavaleri I.

Baca juga: Sejarah Hari Kavaleri TNI AD Diperingati Setiap 9 Februari, Bermula dari Pertempuran Surabaya

Dari 28 unit tank yang diserahterimakan, kata dia, namun yang operasional hanya ada dua.

Sebanyak 26 lainnya, kata dia, tidak beroperasi dengan baik di antaranya karena kekurangan spare part.

Tank-tank tersebut, kata dia, kemudian ditarik ke Jakarta dan diganti dengan Panser APC buatan Pindad.

Dari 16 Panser yang diterima satuannya, kata dia, 14 di antaranya berjalan efektif dan 2 unit rusak ringan.

Namun, 2 unit yang rusak ringan tersebut masih bisa dihidupkan dan dioperasikan kembali.

"Sehingga di sinilah sebetulnya mengapa industri pertahanan dalam negeri itu harus betul-betul dilakukan dengan baik, didukung, diberdayakan dengan maksimal, juga untuk kepentingan kita sendiri," kata dia.

Ketiga, lanjut dia, dalam perang gerilya yang terpenting adalah memenangkan hati dan pikiran rakyat.

Selain ada pemberontak yang menghambat lajunya jalan ekonomi dalam pelaksanaan pengamanan rute perbekalan umum atau jalan-jalan utama pada saat itu, kata dia, terdapat tentara-tentara nakal yang melakukan pungli di jalan-jalam tersebut.

"Selama Satuan Kavaleri bisa membebaskan RPU (rute perbekalan umum) bukan hanya dari pemberontak tapi juga oknum yang melakukan pungli, insya Allah Kabaleri betul-betul bisa sangat relevan dalam pelaksanaan perang satuan lawan gerilya," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas