4 Pihak yang Saling Lempar Tanggung Jawab dalam Tragedi Kanjuruhan Menurut Mahfud MD
Mahfud MD menyebut jika pihak yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan kini saling lempar tanggung jawab, di antaranya PPSI, PT LIB, Panpel, broadcaster
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Menko Polhukam Mahfud MD mengungkapkan empat pihak yang saling lempar tanggung jawab dalam tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 132 orang meninggal dunia tersebut.
Diketahui empat pihak tersebut adalah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), PT Liga Indonesia Baru (LIB), panitia pelaksana (Panpel), serta pihak broadcaster pemegang hak siar Liga 1.
Bahkan Mahfud juga menyebut keempat pihak yang terlibat dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan tersebut saling berlindung di aturan formalnya masing-masing.
"Sekarang ada saling lempar tanggung jawab, kata PSSI bilangnya sudah ke LIB. LIB sudah ke Panpel, kemudian Panpel juga, macem-macem lah, broadcaster juga sama saling lempar."
"Semua berlindung di aturan formal masing-masing," kata Mahfud dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Kamis (13/10/2022).
Lebih lanjut Mahfud mengakui jika setiap pihak memiliki pasal dan kontraknya masing-masing dalam menyelenggarakan pertandingan di Stadion Kanjuruhan ini.
Baca juga: Penjelasan Komnas HAM dan Dispora Malang soal Botol Miras Isi Obat Ternak Sapi di Kanjuruhan
Namun Mahfud menekankan jika Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) akan menggali keadilan substantif dan kebenaran substansial dari tragedi Kanjuruhan ini.
Mahfud menambahkan, keadilan dan kebenaran itu juga yang nantinya akan disampaikan TGIPF kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kalau kebenaran formalnya, sudah lah, masing-masing punya pasal, masing-masing punya kontrak. Tapi keadilan substantifnya dan kebenaran substansialnya itulah yang akan digali oleh TGIPF dan itu yang akan disampaikan ke Presiden," tegas Mahfud.
Selain itu menurut Mahfud, TGIPF juga akan memberikan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang baik dan bagus bagi dunia persepakbolaan Indonesia.
"Sehingga kita nanti akan memberikan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang baik dan bagus bagi dunia persepakbolaan Indonesia," pungkas Mahfud.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Kupas Tuntas Soal Obat Ternak, Sepatu dan Tembakan Gas Air Mata
Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Bertambah
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, korban meninggal dunia tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur kini bertambah.
Seorang suporter Arema Malang, Helen Pricela (20) meninggal pada Selasa (11/10/2022) di RSSA Malang.
Belum diketahui secara pasti penyebab Helen meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo mengatakan Helen meninggal dunia saat masih menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan.
Menurutnya, Helen mengalami patah tulang pada bagian tangan kiri serta didiagnosa mengalami muntah-muntah dan pusing.
Sementara menurut Spesialis Anastesi Konsultan ICU RSSA Malang, Arie Zainul Fatoni, Helen meninggal dunia pada pukul 14.25 WIB setelah menjalani perawatan selama 10 hari.
Baca juga: Abdul Haris Sebut Pintu Stadion Kanjuruhan Dibuka sebelum Laga Selesai, Komnas HAM: Terbuka, Kecil
Berbeda dengan Wiyanto, Arie mengatakan Helen mengalami patah tulang kanan dan bukan tangan kiri.
Selain itu, katanya, Helen juga alami cedera di dada atau menderita gagal nafas akut.
"Penyebabnya oleh cedera di paru-paru. Ada trauma yang menyebabkan cedera," jelas Arie.
Menurutnya, sejak dirawat, Helen telah dalam keadaan kritis dan mengalami pendarahan organ dalam.
Akibatnya, Helen diharuskan menjalani operasi.
Baca juga: Setelah Komnas HAM, Hari Ini Giliran LPSK Sampaikan Investigasi Tragedi Kanjuruhan ke Publik
Kemudian, Wakil Direktur Pelayanan RSSA, Malang, Syaifullah Asmiragani juga angkat bicara soal wafatnya Helen Prisela.
Helen diketahui menghembuskan napas terakhir pada Selasa (11/10/2022), pukul 14.25 WIB di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang karena mengalami gagal napas akut (Acute Respiratory Distress Syndrome).
Syaifullah lantas bicara perihal kemungkinan gas air mata sebagai penyebab kematian korban.
Ia menjelaskan, sampai saat ini, pihak tim dokter RSSA Malang masih belum bisa memastikan gas air mata secara langsung berpengaruh pada kondisi korban.
"Kalau hipoksia bisa karena gasnya, bisa karena berimpitan. Tapi secara langsung (mengenai) disebabkan gas air mata (atau tidak), saya juga tidak bisa memastikan itu," kata Syaifullah pada Selasa (11/10/2022).
Baca juga: Komnas HAM Ungkap Asal Usul Cairan Diduga Miras yang Ditemukan Usai Tragedi Kanjuruhan
Menurutnya, korban Helen mengalami trauma tubuh pada bagian area wajah, kemudian patah tulang tangan, dan pendarahan perut serta dada.
Kondisi tersebut disebabkan karena Helen mengalami desakan, terjatuh dan terinjak sehingga memperburuk keadaan.
"Soalnya gini orang dalam posisi tanpa gas air mata pun, kita kalau tertekan dadanya, terdesak karena darah atau apa, itu tetap akan mengakibatkan hipoksia di otak," katanya.
"Bisa saja (gas air mata memengaruhi), bisa enggak, tapi karena kalau dia single trauma mungkin kita bisa ngomong, tapi masalahnya ini ada pendarahan di perut, di dadanya, jadi semua ini saling berkontribusi," ujar Syaifullah.
Syaifullah mengatakan bahwa trauma dalam tubuh pasien merupakan proses yang dinamis. Memang sesak yang dialami almarhumah bisa saja dipengaruhi oleh asap gas air mata.
Baca juga: Bukti Penting Video yang Tunjukkan Penyebab Tragedi Kanjuruhan Diamankan Komnas HAM
Namun, kondisi organ dalam Helen yang mengalami perburukan, kata dia, akan mengakibatkan kebutuhan peningkatan oksigen.
"Sementara paru-parunya tidak mampu mensuplai, sehingga menimbulkan hipoksia, jadi banyak hal, untuk menarik kesimpulan disebabkan oleh gas terlalu dini," ungkap Syaifullah.
Pihaknya juga akan melakukan analisis lebih lanjut terkait pengaruh gas air mata terhadap pasien-pasien tergolong berat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Pengumpulan data-data melalui rekam medis pasien akan dilakukan. Seperti hasil dari X-Ray, hasil laboratorium dan lainnya.
"Nanti kita telaah, sehingga ke depan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kita berdasarkan data-data yang ada. Sehingga bisa menemukan satu kesimpulan, tapi sekarang belum, karena kita fokus penanganan pasien untuk pelayanan terbaik," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Erik S)
Baca berita lainnya terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.