Stafsus Presiden: Bahaya Mikroplastik Ancam Kesehatan dan Ekosistem Laut
Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono menyoroti soal permasalahan sampah plastik yang menjadi problem kesehatan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono menyoroti soal permasalahan sampah plastik yang menjadi problem kesehatan.
Menurut Diaz, sampah plastik tidak bisa terurai dengan sendiri.
Apalagi, sampah plastik bisa berubah menjadi mikroplastik yang membahayakan kesehatan manusia.
Hal itu disampaikan Diaz saat menghadiri Silaturahmi Industri Hijau, di kawasan Cikupa, Tangerang, Provinsi Banten.
“Walaupun sampah plastik bisa terurai setelah puluhan hingga ratusan tahun, tetapi tidak akan benar-benar hilang karena berubah menjadi mikroplastik, partikel kecil yang tidak terlihat mata dan akan berakhir di paru-paru kita," kata Diaz Hendropriyono, Selasa (18/10/2022).
Diaz juga mengatakan, bahwa Indonesia telah menjadi negara ke-dua terbesar di dunia dalam mencemari lautan dengan sampah plastik.
Untuk itu, pihaknya sepakat dan mendukung CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja yang menyatakan bahwa tidak ada solusi tunggal untuk permasalahan sampah plastik.
"Hal yang seharusnya kita dorong adalah kolaborasi dan sinergi seluruh pemangku kepentingan," ungkap Diaz.
Menanggapi sampah plastik di lautan, Diaz turut menggaris bawahi bahayanya dalam ukuran micro.
Menurutnya, sampah plastik yang berakhir di lautan kemudian dikonsumsi oleh ikan.
Di mana, pada akhirnya ikan tersebut akan terhidang di meja makan dan menjadi menu harian masyarakat.
Baca juga: Staf Khusus Presiden Siap Fasilitasi Kolaborasi Membangun Ekosistem Motor Listrik
Apalagi, ia mengatakan, manusia rata-rata dalam seminggu mengonsumsi mikroplastik sebesar ukuran kartu kredit.
"Bahkan yang lebih memprihatinkan, penelitian telah menemukan mikroplastik di dalam plasenta bayi yang baru dilahirkan," terang Diaz.
Dalam acara tersebut, disampaikan bahwa aksi 3R (reduce, reuse, recycle) akan terus dijalankan, sementara R ke-4: return to earth, harus terus dikembangkan.
Termasuk salah satunya seperti yang dilakukan oleh Greenhope, yaitu pengembangan produk plastik berbahan baku singkong.
Produk Greenhope ini telah mendapatkan paten di berbagai negara luar, termasuk di Amerika dan Singapura.
Selain itu, juga telah digunakan sebagai kemasan di berbagai produk komoditas pangan yang diekspor ke berbagai negara di Eropa.
“Indonesia berkesempatan emas menjadi yang terdepan di bidang ini," tegas Tommy Tjiptadjaja.
Baca juga: Stafsus Presiden Dorong Regulasi Kendaraan Listrik Segera Diputuskan
Acara Silaturahmi Industri Hijau ini juga dihadiri oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI-AD (PPAD) Letjen TNI (purn) Doni Monardo, Menteri BUMN periode 2011-2014 Dahlan Iskan hingga Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Doddy Rahadi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.