Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Menhan Prabowo Subianto Soroti Serangan Udara hingga Demokratisasi Kekuatan Konflik Rusia-Ukraina

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ada sejumlah hal yang bisa dipelajari oleh militer Indonesia dalam konflik Rusia-Ukraina.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Menhan Prabowo Subianto Soroti Serangan Udara hingga Demokratisasi Kekuatan Konflik Rusia-Ukraina
Tribunnews.com/Gita Irawan
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ketika menyampaikan pidato kunci pada Seminar Nasional bertajuk Tantangan TNI AU Dalam Perkembangan Teknologi Elektronika Penerbangan di Puri Ardya Garini Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta pada Selasa (8/11/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Membuka pandangannya tentang konflik Rusia-Ukraina dalam pidato kunci pada Seminar Nasional bertajuk Tantangan TNI AU Dalam Perkembangan Teknologi Elektronika Penerbangan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan ketidak berpihakannya pada kedua negara yang berseteru tersebut.

Namun demikian, menurut Prabowo Subianto ada sejumlah hal yang bisa dipelajari oleh militer Indonesia dalam konflik yang masih berlangsung hingga saat ini tersebut.

Berdasarkan sejumlah data dari sumber terbuka yang dipelajarinya, kata dia, tercatat sejak serangan pertama tanggal 24 Februari 2022, Rusia memiliki keunggulan yang jauh lebih besar. 

Akan tetapi, kata Prabowo Subianto, keunggulan tersebut tidak mampu menghasilkan keunggulan udara untuk Rusia. 

Menurut Prabowo Subianto ada sejumlah hal yang menyebabkan itu terjadi.

Pertama, kata dia, serangan Rusia tidak efektif memberikan pukulan menentukan di hari-hari pertama. 

Serangan-serangan tersebut, kata dia, tidak terkonsentrasi dan tersebar.

Berita Rekomendasi

Hal tersebut disampaikannya dalam pidato kunci pada Seminar Nasional bertajuk Tantangan TNI AU Dalam Perkembangan Teknologi Elektronika Penerbangan di Puri Ardya Garini Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta pada Selasa (8/11/2022).

"Sehingga pertahanan udara dan kekuatan udara Ukraina masih mampu melaksanakan operasi," kata Prabowo Subianto

Selain itu, kata dia, Rusia juga tidak berhasil untuk menetralisir pertahanan udara Ukraina. 

Rusia, lanjut dia, juga tidak berhasil mengintegrasikan intelijen taktis. 

"Rusia nampaknya tidak memiliki rencana efektif untuk melawan drone dan unmanned aerial system (drone) dari Ukraina," kata dia.

"Ini sekali lagi bukan saya pro Rusia, pro Ukraina, ini tidak, ini adalah pelajaran yang bisa kita ambil dan ini saudara-saudara kaji dan bisa saudara-saudara bantah, ini saya lempar untuk saudara bahas dan mencari pengaruh dan apa yang bisa kita dapat dari pelajaran itu," sambung dia.

Baca juga: Ukraina Bersedia Negosiasi dengan Rusia, Tapi Tidak Mau Jika Presidennya Masih Vladimir Putin

Selain itu, kata dia, hal yang harus dipelajari adalah pentingnya fokus untuk mencari dan menghancurkan peluru kendali yang bergerak atau mobile. 

Selain itu, kata dia, dibutuhkan juga mengintegrasikan kemampuan siber ke dalam rencana operasi dan pelaksanaan taktis. 

Doktrin melawan unmanned aerial system (drone) juga harus dikembangkan, senjata untuk melawan unmanned aerial system harus diakuisisi, dan teknik perlawanan tersebut perlu dilatih.

"Ada hal yang menarik sekarang perkembangan dari situ, apa yang mereka sebut demokratisasi kekuatan udara dan angkasa dan ini menguntungkan kita," kata dia.

Ia mengatakan saat ini terjadi penurunan harga drone sehingga harganya menjadi relatif murah dan sudah tersebar di mana-mana. 

Apabila sebelumnya kekuatan udara hanya ranah negara besar, negara kaya, dan super power, lanjut dia, sekarang negara-negara kecil mampu memiliki kekuatan udara yang ampuh.

"Minimal negara kecil seperti Ukraina bisa hadapi negara besar seperti Rusia yang kita anggap super power kedua di dunia, tadinya," kata dia.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Puri Ardya Garini Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta pada Selasa (8/11/2022)
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Puri Ardya Garini Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta pada Selasa (8/11/2022) (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Selain itu, kata dia, terjadi terjadinya demokratisasi kekuatan angkasa.

Hal tersebut, lanjut dia, di antaranya disebabkan biaya peluncuran satelit yang terus menurun dan ada perkembangan satelit-satelit mini dan satelit-satelit mikro.

"Dan ini memungkinkan semua Kombatan untuk menggunakan kekuatan space, kemampuan angkasa untuk mendukung operasi tempur di darat, ini sesuatu yang sebetulnya membangkitkan optimisme kita, berarti kita mampu," kata dia.

Ia melanjutkan, hal yang juga terjadi adalah adanya demokratisasi kemampuan intelijen.

Selama ini, kata dia, intelijen dianggap sebagai kemampuan yang hanya dimiliki negara kuat dan kaya karena mereka punya satelit, radar, dan sensor.

"Ternyata sekarang dengan perkembangan teknologi elektronik, harga menurun, teknologi meluas, open source tinggal kita manfaatkan," sambung dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
asd
Video Player is loading.
Current Time 0:00
Duration 0:00
Loaded: 0%
Stream Type LIVE
Remaining Time 0:00
Â
1x
    • Chapters
    • descriptions off, selected
    • subtitles off, selected
      © 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
      Atas