Mantan Dubes RI Sebut Suasana Kondusif di KTT Asean Plus Three Bawa Chemistry Positif Bagi G20 Bali
Imron Cotan menyebut, suasan kondusif gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean Plus Three di Kamboja berdampak postif terhadap G20 Bali.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Adi Suhendi

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Australia dan Tiongkok Imron Cotan menyebut, gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean Plus Three di Kamboja beberapa waktu lalu, dinilai berjalan kondusif.
Kata Imron, hal itu membuat adanya chemistry positif bagi pimpinan negara yang hadir di G20.
"Dirintis oleh hubungan yang sudah tercipta suasana kondusif di KTT Asean plus negara-negara mitra wicara kita di Kamboja sehingga ketika mereka datang ke Bali mereka sudah punya semacam chemistry," kata Imron dalam diskusi Gelora Talks secara daring, Rabu (16/11/2022).
Lebih lanjut, kata Imron, kondisi itu juga menjadi salah satu dasar tidak terjadinya keadaan menegangkan dalam pertemuan para pimpinan negara G20 di Bali.
Meski kata dia, dalam gelaran itu turut hadir Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang diketahui sedang terlibat persaingan global.
Baca juga: Penutupan G20 Hasilkan Bali Leaders Declaration, Ini Poin Utamanya
"Sehingga pertemuan yang tadinya kita anggap sebagai klimaks menjadi antiklimaks antara Amerika Serikat dan China," kata dia.
Tak hanya itu, pernyataan dari pimpinan Amerika Serikat soal persetujuan one China Policy juga diyakini membuat ketegangan menjadi menurun.
Sehingga, kata dia, tidak terlihat adanya gesekan negatif dalam momen G20 yang turut dihadiri Xi Jinping dan Joe Biden tersebut.
"Jadi tidak ada faktor negatif dari aspek persaingan strategis antara Amerika Serikat dan China yang terdeteksi di pertemuan G20 di Bali," katanya.
Baca juga: Menteri Keuangan AS Bertemu dengan Gubernur Bank Sentral China di KTT G20, Ini yang Dibahas
Sebelumnya, Mantan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes) untuk Australia dan Tiongkok Imron Cotan menyoroti soal peran negara Indonesia sebagai juru damai dunia dalam gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diselenggarakan di Bali selama 15-16 November 2022.
Kata Imron, dengan dominannya kepala negara G20 yang hadir dalam agenda tersebut maka secara kuantitas Indonesia diyakini sudah mampu menjadi juru damai dunia.
Adapun jumlah kepala negara atau pemimpin negara yang hadir dalam KTT G20 itu sendiri berjumlah 17 orang dari yang dijadwalkan 20 orang.
"Jadi saya kira dari segi kuantitas indonesia sudah berhasil mengumpulkan 17 kepala negara dan beberapa lagi pemimpin dunia lainnya yang berasal dari negara kawasan, jadi dari segi kuantitas kita sudah jauh melampaui," kata Imron.
Diketahui, dari keseluruhan kepala negara yang masuk dalam G20 hanya ada tiga kepala negara yang urung hadir, mereka adalah Presiden Rusia Vladimir Putin; selanjutnya Presiden Brazil Jair Bolsonaro dan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.
Baca juga: Sulitnya Situasi Dunia Saat Presidensi G20 Indonesia, Menlu Retno: Semua Aset Diplomasi Kita Gunakan
Meski demikian, perwakilan pimpinan negara Rusia tidak sepenuhnya absen dalam gelaran tersebut, sebab ketidakhadiran Putin diwakilkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Karenanya, dengan dominannya pimpinan negara yang hadir dalam G20 itu, maka Imron menyebut kalau Indonesia telah berhasil membuat kondisi sedikit damai di tengah tantangan dunia.
"Kehadiran 50 persen+1 saja (dari total negara G20) itu sudah dianggap keberhasilan, apalagi 17 dari 20, itu saya kira merupakan prestasi yang perlu dicatat oleh kita," ucap Imron.
Tak hanya itu, keberhasilan Indonesia sebagai juru damai dunia juga terlihat dengan hadirnya Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping pada agenda G20 itu.
Padahal diketahui saat ini sedang terjadi persaingan global yang erat kaitannya dengan negara China dan Amerika Serikat.
Imron menilai, sedikit meredanya ketegangan di antara kedua negara tersebut, karena Indonesia selalu tuan rumah G20 mampu memberikan kesan hangat dan harmonis antar kepala negara yang hadir.
Sehingga, kata dia, kondisi G20 yang diperkirakan akan menjadi klimaks atas kehadiran keduanya, justru malah sebaliknya, penuh keakraban yang terjalin satu sama lain.
"Tuan rumahnya (Indonesia) mampu menciptakan suasana yang harmonis, hangat, tidak konfrontatif itu di satu sisi," tukas dia.