Pakar Pertanian: Jerami Bisa Jadi Pengganti Pupuk Anorganik
Pakar Pertanian dari Universitas Padjajaran memberikan saran untuk petani menggunakan jerami sebagai ganti pupuk anorganik.
Editor: Endra Kurniawan
Laporan WartawanTribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik seringkali menimbulkan masalah.
Kelangkaan ketersediaan pupuk subsidi dan kenaikan harga pupuk nonsubsidi telah memukul petani.
Padahal, hari-hari ini petani amat membutuhkan pupuk untuk memulai masa tanam.
Agar ketergantungan itu tidak semakin akut, petani perlu menggunakan pupuk alami atau pupuk organik.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung, Tualar Simarmata mengatakan, ada solusi jitu yang bisa dilakukan petani dalam menghadapi masalah rutin tiap masa tanam itu.
Baca juga: PT Pupuk Kaltim Raih Platinum Rank ASRRAT 2022 Dukung Pembangunan Berkelanjutan
"Di dunia ini ada dua jenis pupuk. Yang pertama buatan pabrik, yang sebagian diimpor. Yang kedua buatan Tuhan atau yang alami. Kita pakai yang alami saja. Optimalkan sumber organik lokal. Itu tergantung pada kemauan kita saja," kata Tualar dalam pernyataannya, Rabu (30/11/2022).
Alih-alih bergantung pada pasokan pupuk impor yang saat ini terganggu akibat perang Rusia-Ukraina, Tualar mengajak petani untuk memaksimalkan pupuk buatan Tuhan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan petani.
Untuk petani padi, kata Tualar, langkah pertama mengatasi krisis pupuk adalah memaksimalkan hasil utama panen padi, yaitu gabah.
Dijelaskannya, dari sembilan ton padi per hektar yang terpanen, ada sekitar enam ton jerami yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi pupuk kompos.
Baca juga: Ombudsman RI: Petani di Sumatera Barat Sering Mengeluh Pupuk Datang saat Tidak Dibutuhkan
"Praktik yang benar itu jerami bukan dibakar, tapi diolah menjadi kompos dengan bantuan mikroba tertentu. Ini bisa membantu mengatasi 50 persen kebutuhan pupuk untuk budidaya padi," terang Tualar.
Berikutnya, kata Tualar, perlu diadakan program reusing atau pemanfaatan kembali sampah perkotaan untuk diolah menjadi pupuk. Pada dasarnya, jelas Tualar, setiap orang memproduksi 1-2 kg sampah per hari.
"Dari pada kita mengimpor pupuk, kita olah saja sampah yang kita hasilkan ini menjadi pupuk untuk petani kita. Jadi, kita tidak perlu lagi bergantung pada pupuk impor," kata Tualar.