Uji Kelayakan Calon Panglima TNI, Laksamana Yudo Sebut Kondisi Keamanan Nasional Cenderung Stabil
Calon Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memulai uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR RI.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memulai uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR RI.
Yudo memulai dengan menyampaikan pandangannya soal kondisi global, regional, hingga nasional.
Di tataran nasional, Yudo mengatakan kondisi keamanan cenderung stabil.
Laksamana Yudo paparkan soal kondisi global regional nasional.
Namun, Yudo mengatakan masih ada beberapa isu yang menurutnya menonjol.
"Mulai dari gangguan keamanan di daerah tertentu, rencana pembangunan IKN, dinamika situasi politik jelang pesta demokrasi 2024, kenaikan harga bbm dan kebutuhan pokok, serta percepatan penanganan Covid-19, dan pemulihan ekonomi nasional," kata Yudo di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Kemudian, Yudo menyampaikan pandangan soal situasi di tataran global.
Menurutnya, pada tataran global, geopolitik dunia masih dihadapkan pada kemajuan teknologi informasi dan digital beserta dampaknya.
"Konflik kepentingan dan kompetisi kekuatan negara-negara besar, terlebih situasi konflik terbuka Rusia-Ukraina saat ini persaingan dagang dan investasi, dampak perubahan iklim, wabah penyakit dan biosecurity, serangan siber serta ada potensi ancaman kelangkaan pangan dan energi," kata dia.
Pada tataran regional, Yudo menjelaskan soal potensi instabilitas kawasan Asia-Pasifik yang mengemuka sebagai akibat dari adanya ketegangan dan kehadiran kekuatan asing di wilayah Laut Cina Selatan.
Baca juga: Salam Komando Laksamana Yudo Margono dan Kapolri Antar Uji Kelayakan Calon Panglima TNI di DPR
"Konflik di semenanjung korea, dan potensi konflik antara tiongkok dan tawan yang mengemuka akhir-akhir ini," kata Yudo.
"Di samping itu terdapat pula penguatan keja sama keamanan antara US, Australia India dan jepang serta munculnya aliansi aukus antara australia inggris dan us untuk mengimbangi strategi belt and root inisiatif Republik Rakyat Cina," tandas Yudo.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.