Kuat Ma'ruf Heran Hasil Tes Poligraf Terindikasi Bohong, Terkait Tak Lihat Ferdy Sambo Menembak
Hasil tes Poligraf, Kuat Ma'ruf dinyatakan berbohong tak lihat Ferdy Sambo menembak Brigadir J pada 8 Juli 2022 lalu.
Penulis: Rifqah
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Kuat Ma'ruf terindikasi berbohong, di mana dirinya mengaku tidak melihat Ferdy Sambo menembak Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J) pada 8 Juli 2022 lalu.
Hal tersebut berdasarkan dari hasil tes Poligraf yang diungkapkan ahli Poligraf, Aji Febriyanto Ar-Rosyid yang menjadi saksi pada sidang hari ini, Rabu (14/12/2022).
Kuat merasa heran dengan hasil tes Poligraf tersebut karena masih menyatakan jika dirinya berbohong, tidak melihat Ferdy Sambo ikut menembak Brigadir J.
Padahal dirinya mengaku sudah merasa menyampaikan keterangan yang sejujur-jujurnya terkait apa yang dia lihat.
“Saya sudah jujur enggak melihat (Ferdy Sambo menembak Yosua), tetapi di poligraf kok masih bohong?” kata Kuat Ma’ruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022).
Baca juga: Lengkap Hasil Poligraf Sambo Cs: Kuat Maruf Jujur Tak Pergoki Persetubuhan Putri dan Brigadir J
Pernyataan Kuat tersebut terungkap ketika sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J dilaksanakan hari ini di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.
Diketahui, Kuat Ma'ruf merupakan salah satu terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J.
Hasil Tes Poligraf yang Tunjukkan Kuat Berbohong
Sedangkan untuk hasil tes Poligraf yang menyatakan Kuat Ma'ruf berbohong adalah soal dirinya yang tidak melihat Ferdy Sambo menembak.
Kuat terindikasi berbohong dengan nilai minus 13
"Indikasi kedua apa pertanyaannya?," tanya jaksa.
"Untuk saudara Kuat apakah kamu melihat Sambo menembak Yosua? Jawabannya Kuat tidak. Itu hasilnya berbohong," tutur Aji.
Hasil Tes Poligraf yang Tunjukkan Kuat Berkata Jujur
Pernyataan mengenai hasil tes Poligraf Kuat Ma'ruf disampaikan oleh ahli Poligraf, Aji Febriyanto Ar-Rosyid.
Febri mengatakan bahwa Kuat berkata jujur dan bohong dari hasil tes Poligraf.
"Saudara Kuat kita melakukan dua pemeriksaan dengan isu yang berbeda, dua pertanyaan," kata Aji.
Hasil pertama yakni terkait pertanyaan terkait peristiwa dugaan persetubuhan yang dilakukan Putri Candrawathi dengan Brigadir J.
Pada saat itu, Kuat mengatakan jujur tidak melihat adanya insiden tersebut dengan nilai plus sembilan.
"Kalau pertanyaan pertama indikasinya apa?," tanya jaksa penuntut umum (JPU).
Baca juga: Hasil Poligraf Minus, Ferdy Sambo: Pertanyaan Titipan Penyidik, Bukan Berdasarkan Fakta, Tau Nggak
"Jujur," singkat Aji.
"Apa pertanyaannya?," tanya jaksa lagi.
"Untuk saudara kuat pertanyaannya adalah kamu memergoki persetubuhan Ibu PC dan Yosua?," ucap Aji.
"Apa jawabannya?" ungkap jaksa.
"Jujur," ucap Aji.
"Berarti apa?" tanya jaksa.
"Tidak memergoki," papar Aji.
"Tidak melihat ya?" ucap jaksa.
"Iya," kata Aji.
Kuat Tak Tahu Jika Brigadir J Akan Ditembak
Kuat Ma'ruf mengaku jika tidak tahu Brigadir J akan ditembak pada saat kejadian 8 Juli 2022 lalu.
Pengakuan tersebut disampaikan Kuat saat menjalani persidangan hari ini, Selasa (13/12/2022) sebagai saksi.
Berawal Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menanyakan apakah Kuat tahu jika Brigadir J akan ditembak.
"Saudara sebelumnya tahu nggak Yosua mau ditembak?" tanya JPU.
"Tidak tahu, kalau tahu lari saya pak," kata Kuat, dikutip dari Tribunjakarta.com.
Setelah itu, JPU menanyakan kembali soal perintah Ferdy Sambo yang diberikan kepada Richard Eliezer pada saat kejadian.
"Saudara terangkan kata Sambo hajar yah?" tanya JPU lagi.
Baca juga: Apa Itu Tes Poligraf yang Dipakai dalam Persidangan Ferdy Sambo? Ini Cara Kerjanya
"Hajar," ujar Kuat.
"Waktu itu terdakwa Sambo bilang kata hajar itu, Ricky (Rizal) di mana?" cecar JPU.
"Seingat saya sudah datang atau belum saya lupa. Waktu pertama ngomong hajar saya tak perhatikan Om Ricky," jawab Kuat.
Kuat Ma'ruf Niat Melarikan Diri
Pada saat Brigadir J tewas meninggal, Kuat Ma'ruf mengaku berniat untuk kabur.
"Bapak (Ferdy Sambo) kayak kebingungan gitu."
"Saya sempat, tadinya saya mau lari cuma dengkul saya kayak mau copot waktu itu, gemeteran," ucap Kuat.
"Kenapa gemeteran?" tanya JPU.
"Ya pikir saya pada waktu itu siapa lagi yang mau ditembak, kan saya nggak tahu," jawab Kuat.
Sesaat setelah Brigadir J terjatuh karena ditembak, Kuat mengaku tidak memiliki keberanian untuk menolongnya.
"Nggak ada upaya menolong begitu, saya saja lihat orang jatuh nolong kan gitu, itu kan manusiawi?" lanjut JPU.
"Mana berani pak, itu saja saya gemeteran," kata Kuat.
Kuat Ma'ruf Bingung karena Didakwa Lakukan Pembunuhan Pada Brigadir J
Kuat Ma'ruf mengaku kebingungan karena didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Lantaran ia mengaku tak membunuh siapa pun atau berencana membunuh Brigadir J.
Pernyataan trsebut terungkap berawal dari Kuasa Hukum Putri Candrawathi yang menanyakan mengenai apakah Kuat Ma'ruf pernah diperintah oleh Ferdy Sambo atau Putri Candrawathi untuk membunuh Brigadir J.
"Saya ingin tanya terkait dengan rumah Saguling, apakah Saudara pernah mendengar atau mendapat arahan dari Pak Ferdy Sambo ataupun Bu Putri rencana untuk menghabisi Yosua?" tanya Febri dalam sidang.
"Tidak pernah," jawab Kuat.
"Pasti, ya?" tanya Febri lagi.
"Pasti," ungkap Kuat, dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/12/2022).
Selain itu, Febri juga menanyakan apakah ketika berada di rumah Magelang, Kuat pernah diperintah Ferdy Sambo atau Putri Candrawathi untuk menghabisi Brigadir J.
Namun, lagi-lagi Kuat menjawab tidak pernah.
Baca juga: Wakapolri Berharap Kepercayaan Publik Terhadap Polri Kembali Naik Setelah Sidang Ferdy Sambo Selesai
Kemudian setelah itu, Febri lantas menanyakan kepada Kuat mengenai alasan mengapa ia menjadi tersangka jika tidak tahu apa-apa terkait rencana pembunuhan tersebut.
Kuat pada saat itu juga merasa heran, mengapa dirinya ikut didakwa melakukan pembunuhan terhadap Brigadir J.
"Jadi kenapa Saudara bisa jadi tersangka padahal tidak tahu apa-apa?" tanya Febri.
"Ya saya tidak tahu. Ini kan saya didakwa pembunuhan berencana, lah saya bunuh siapa, berencana sama siapa? Saya juga tidak tahu," jawab Kuat.
(Tribunnews.com/Rifqah/Abdi Ryanda Shakti) (Tribunjakarta.com/Annas Furqon Hakim) (Kompas.com)