Hadapi Potensi Resesi di 2023, Ganjar Pranowo Sebut Transisi Energi Nikel Buat RI Punya Posisi Tawar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bicara soal kondisi tekanan global yang terjadi.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bicara soal kondisi tekanan global yang terjadi.
Dimana, banyak kepala negara di dunia sudah mulai khawatir menghadapi potensi resesi di tahun 2023, mendatang.
Bahkan, tak sedikit di negara maju terjadi inflasi yang mencapai dua digit di akhir tahun 2022 ini.
Namun, Ganjar menyebut bahwa kondisi Indonesia jauh lebih baik dengan tekanan inflasi kurang lebih di angka 6 persen.
Hal itu disampaikan Ganjar saat menjadi pembicara kunci Peresmian Gedung TribunSolo.com dan Talkshow: Segitiga Emas Tol Joglosemar & Outlook Ekonomi 2023 secara virual, Kamis (15/12).
Ada pun, acara talkshow tersebut dipandu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra.
"Pemerintah ingin memberikan perhatian yang cukup ekstra apalagi hari ini mau Nataru (Natal dan Tahun Baru). Rasa-rasanya komponen per hari ini cabai mulai naik, beras mulai naik, kemudian telur ayam (naik)," kata Ganjar.
Guna melihat permasalahan harga jelang Nataru, Ganjar memastikan pihaknya bergerak dengan pemerintah setempat untuk terjun mengecek harga di pasaran.
Menurutnya, hal itu dilakukan dalam upaya memberikan interfensi secara psikologis bagi pelaku pasar, agar tak memanfaatkan momen Nataru untuk menaikan harga bahan kebutuhan masyarakat.
Sementara, Ganjar pun mengatakan, bahwa kondisi global yang cepat berubah saat ini bisa dimanfaatkan untuk menaikan rasa optimisme. Pasalnya, justru muncul peluang-peluang baru yang bisa menjadi kekuatan ekonomi baru Indonesia menghadapi ancaman krisis 2023.
Misalnnya, kata Ganjar, pemanfaatan transisi energi yang tengah disiapkan oleh pemerintah. Yakni, kekuatan dalam negeri berupa nikel.
Baca juga: CEO Tribun Network: Solo Gudang Sumber Daya Manusia Berkualitas
"Hilirisasi dilakukan, industri di bangun, maka sebenarnya kita bisa menjadi negara yang punya posisi tawar dalam tehnologi baterai. Maka kerja sama dengan Korsel, Tiongkok ini penting," ucapanya.
Ganjar menambahkan, bahwa banyak negara belum lama ini datang ke Batang, Jawa Tengah untuk menyuntikan dana investasi.
"Rasa-rasanya pasar-pasar baru kita ciptakan, tidak pada pasar tradisional negara maju, tetapi juga Afrika. Afrika menjadi perhatian kita agar kita bisa masuk ke sana," ucap Ganjar.
Terkait ancaman krisis pangan di dunia, Ganjar menyebut soal potensi lumbung pangan di tanah air.
Menurutnya, pengembagan ilmu pengetahuan dan riset harus semakin di kembangan dalam mencari formula di sektor pertanian.
"Maka badan pangan nasional yang sudah dibentuk ini harapan kita bisa mengkonsololidasikan itu dan gunakan semua lembaga riset, BUMN kita swasta yang mau, perguruan tinggi. Disitu kita untuk membereskan hal itu," tegasnya.