Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BMKG Peringatkan Masyarakat Potensi Cuaca Ekstrem Selama Periode Nataru

Dwikorita mengungkapkan terdapat empat kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan selama Nataru

Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in BMKG Peringatkan Masyarakat Potensi Cuaca Ekstrem Selama Periode Nataru
capture zoom
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperingatkan masyarakat potensi cuaca ekstrem selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati peringatkan masyarakat potensi cuaca ekstrem selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Dikatakan Dwikorita bahwa BMKG telah memonitor perkembangan kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia, berdasarkan data analisis cuaca terbaru dalam periode sepekan ke depan. 

“Terdapat potensi signifikan dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia khususnya selama periode Nataru yang mana kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan,” kata Dwikorita pada konferensi pers daring, Selasa (20/12/2022) malam. 

Baca juga: Prakiraan Hujan di Indonesia, Rabu 21 Desember 2022, BMKG: Wilayah Aceh Potensi Hujan Lebat

Dwikorita mengungkapkan terdapat empat kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan selama Nataru.

"Pertama meningkatnya aktivitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan," sambungnya.

Dikatakan Dwikorita intensifikasi seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan. Serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Berita Rekomendasi

"Ketiga adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif," tuturnya.

Dwikorita melanjutkan hal itu berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.

“Terakhir terpantaunya beberapa aktivitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial,” jelasnya,

Menurut Dwikorita kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas