Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indonesia Hadapi Tantangan Ideologi, PDIP Jangan Puas Menang Pemilu 20 Persen

Jelang perayaan usianya yang ke-50, PDI Perjuangan (PDIP) menghadapi berbagai kondisi yang harus dijawab dengan baik.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Indonesia Hadapi Tantangan Ideologi, PDIP Jangan Puas Menang Pemilu 20 Persen
ist
Focus Group Discussion (FGD) sesi II yang digelar DPP PDIP dengan sejumlah pemuka pendapat (Opinion Leader) di kantor pusat partai di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Jumat (6/1/2023). 

“Ini perlu dicermati agar PDIP dan Indonesia bisa melakukan positioning baik, agar kita tak mismatch dalam kancah internasional. Kondisi ini sangat critical. Saya berharap diskusi mengenai model pilihan kebijakan ekonomi, peran negara dan parpol, betul-betul membaca arah global, agar kita tak salah langkah. Kalau salah, ekspektasi kita bisa berubah akibat perubahan global,” urai Sirajuddin Abbas.

Sirojuddin Abbas juga menyinggung soal pentingnya PDIP dan partai nasionalis lainnya tak sekedar berusaha mengakomodasi kelompok agama ke dalam dirinya. Namun juga memastikan agar terjadi transformasi terhadap kelompok-kelompok itu.

“PDIP tak cukup hanya mengakomodasi kelompok Islam ke dalamnya. Tapi harus juga melakukan transformasi terhadap kelompok ini, bagaimana keislaman yang dihidupi oleh ideologi PDIP, juga terwujud. Kalau PDIP lebih dalam masuk ke dalam pembentukan model Islam yang transformatif maka itu sangat relevan. Jika tidak, maka pengikisan nilai kenegaraan oleh kelompok tertentu akan sulit teratasi,” beber Abbas.

Burhanuddin Muhtadi berbicara mengenai bagaimana fenomena demokrasi global yang juga terjadi di Indonesia. Yakni fenomena munculnya personalisasi politik, serta polarisasi dengan menggunakan sentimen sektarian.

Di Indonesia saat ini, kata Burhan, kompetisi antarparpol hanya menyisakan isu pluralisme vs islamisme. Isu regionalisme vs sentralisme dan isu antarkelas, cenderung tak hidup.

“Disinilah bahaya ketika yang tersisa hanya isu sektarianisme. Itulah basisnya kompetisi parpol saat ini. Orang tak bicara soal model pengembangan ekonomi. Tak ada perbedaan parpol dalam isu ekonomi, budaya, dll. Hanya ada menyangkut isu agama misalnya,” kata Burhan.

“Kalau tak ada komitmen menjaga pluralisme dan semua parpol larut pada isu sektoral dan sektarian, kita bisa menghadapi kekacauan ke depan,” tegas Burhan.

Berita Rekomendasi

Burhan juga memberikan gambaran soal pentingnya PDIP merangkul anak muda. Bukan hanya memasuki dunia media sosial yang mereka gandrungi, namun juga terlibat dalam isu-isu kehidupan yang disukai.

“Kami pernah survei, isu dan concern kelompok generasi Z dan Milenial beda dengan populasi umum. Ketika ditanya isu apa yang dipikirkan, anak muda sebut pemberantasan korupsi dan lingkungan hidup. Bukan ekonomi yang merupakan jawaban populasi umum. PDIP harus peduli ini, dan juga pada instrumen apa yang buat anak muda peduli pada politik, yakni media sosial. Bisnis sudah memperhatikan ini, tapi dunia politik masih gagap,” beber Burhan.

Ari Nurcahyo menyatakan PDIP harus menjawab temuan survei-survei bahwa pemilihnya mayoritas adalah orang-orang tua. Padahal, di pemilu 2024 saja, 53 persen pemilih adalah orang muda.

“Perlu perhatian PDIP soal generasi muda, generasi Z dan milenial,” kata Ari.

Baca juga: Survei Politik Universitas Bakrie: Elektabilitas PDIP Lebih Unggul Daripada Gerindra dan Demokrat

Iwel Sastra, yang merupakan pemerhati marketing politik, mendukung agar PDIP harus memastikan ada cara-cara kreatif agar popularitas calon pemimpin partai itu bersifat organik. Sekaligus juga memastikan calon membiasakan kampanye ide, bukan sekedar gimmick.

“Kemunculan mereka harus dipastikan tak sekedar gimmick atau joget saja, tapi harus mulai memunculkan pemikirannya. Ini tantangan khususnya di era sosial media ini. PDIP juga harus membangun rasa bangga dan hilangnya rasa takut masyarakat untuk terbuka mendukung PDIP,” kata Iwel.

Claudius Boekan mendorong agar PDIP memikirkan kemenangan 2024 bukan hanya kemenangan di pemilu legislatif, namun juga pemilu presiden. “Sebab akan sulit memastikan berjalannya ideologi dalam pemerintahan apabila pemilu legislatif menang tapi pemilu presiden kalah, misalnya,” kata Boekan.

Hendri Satrio menyatakan bahwa dirinya melihat PDIP akan selalu disasar. Sebab siapapun yang ingin menguasai Indonesia, maka ia harus bisa menguasai PDIP. “Saya sebagai rakyat menitipkan Indonesia ke PDIP karena merupakan tonggak penjaga Indonesia. Saya juga ajak PDIP pada jalan kepatutan dan kewarasan,” kata Hendri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas