Eks Direktur WHO Minta Indonesia Waspadai Flu Burung, Bisa Jadi Pandemi Berikutnya
Tjandra Yoga Aditama mengatakan meski kasus penularan flu burung ke manusia masih rendah namun hal tersebut patut diwaspadai karena tiga alasan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan mengenai wabah flu burung. Penyakit ini telah berpindah dari unggas ke mamalia, mendesak dunia untuk bersiap.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan meski kasus penularan flu burung ke manusia masih rendah namun hal tersebut patut diwaspadai karena tiga alasan.
Pertama, sesudah covid-19 maka pasti akan ada pandemi lagi, namun belum tahu kapan akan terjadi dan penyakit apa yang jadi pemicunya.
Kedua, diperkirakan tiga jenis penyakit yang mungkin akan jadi penyebab pandemi berikutnya, yaitu zoonosis (penyakit yang bersumber dari binatang), berbagai jenis influenza dan penyakit X.
"Flu burung H5N1 memang berasal dari binatang / unggas dan memang adalah jenis influenza. Walaupun memang belum menyerang manusia tetapi sekarang flu burung sudah mulai menyerang bukan saja unggas tetapi juga binatang menyusui, jadi kini sudah terjadi mutasi, dan kalau mutasi terus berkelanjutan maka tentu mungkin saja menukar ke manusia, yang tentu sangat tidak kita harapkan," kata Tjandra Yoga dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa(14/2/2023).
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia(UI) ini juga menjelaskan apabila nanti
memang flu burung menular ke manusia maka ada empat tahapan kemungkinan yakni hanya ada kasus sporadik atau klaster kecil di masyarakat, lalu berikutnya akan berubah menjadi penularan di masyarakat yang berkelanjutan (“sustained human to human tnasmission”) sehinga terjadi wabah di komunitas lokal (““community-level outbreaks”).
Baca juga: Kasus Flu Burung di Jepang Naik, Tembus Rekor Tertinggi
Kemudian jika keadaan terus tidak terkendali dan penyakit menular luas ke dua regional WHO maka dapat saja dideklarasikan sebagai keadaan “Public Health Emergency of International Concern – PHEIC” sesuai aturan dalam “International Health Regulation (IHR)”
"Kalau tidak terkendali akan dapat saja menjadi pandemi" ujar Tjandra Yoga.
Karena itu lanjut Tjandra Yoga ada tujuh hal yang perlu dilakukan sekarang ini, yaitu baik kalau sejak sekarang sudah ada koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian -di pusat dan daerah- khusus untuk antisipasi H5N1 ini.
Masyarakat luas sebaiknya tidak menyentuh hewan yang sakit atau mati karena sebab tidak jelas, dan sebaiknya segera melaporkannya ke otoritas kesehatan hewan dan Puskemas setempat.
Lalu perlu dilakukan surveilan pada unggas dan juga hewan mammalia di negara kita, untuk mendeteksi apakah sudah ada infeksi H5N1 pada berbagai jenis hewan.
"Kalau memang ada kasus yang dicurigai pada unggas di suatu daerah maka petugas kesehatan hewan dan petugas kesehatan tentu harus turun ke lapangan bersama," kata Tjandra Yoga.
Petugas kesehatan hewan diminta Tjandra Yoga juga harus setidaknya melakukan dua hal.
Pertama menganalisa kasus secara mendalam, menguburkan hewan mati agar tidak terjadi penularan selanjutnya.
Petugas kesehatan Puskesmas atau Dinas Kesehatan juga harus mendeteksi sudah ada tidaknya penularan kepada manusia, melakukan penyelidikan epidemiologik (PE) selanjutnya, diperketat kegiatan surveilan pada peternak dan masyarakat yang banyak kontak dengan unggas seperti penjual ayam di pasar dll., karena merekalah yang punya risiko tinggi tertular, kalau kasus sudah ada pada hewan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan “whole genome sequencing -WGS” perlu digalakkan pada binatang dan mungkin juga warga kita kelak kalau sudah ada penularan. Lalu, kerjasama dengan organisasi internasional, baik “World Health Organizatio – WHO” untuk kesehatan manusia dan juga “World Organization for Animal Health – WOAH” untuk kesehatan hewan.
"Semua kegiatan kewaspadaan di atas adalah salah satu bentuk nyata pendekatan “One Health”, kesehatan satu bersama, dimana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat memang diperlukan kerja bersama sektor kesehatan, kesehatan hewan dan bahkan juga kesehatan lingkungan," kata Tjandra Yoga.(Willy Widianto)