Perjalanan Bharada E dalam Kasus Pembunuhan Brigadir J hingga Divonis 1 Tahun 6 Bulan
Bharada E ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Brigadir J pada 3 Agustus 2022. Kini, ia divonis dengan hukuman penjara selama 1 tahun 6 bulan
Penulis: Sri Juliati
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, telah memasuki babak akhir.
Kelima terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J telah dijatuhi vonis oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.
Richard Eliezer alias Bharada E menjadi terdakwa terakhir yang divonis dengan hukuman pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan.
Vonis Bharada E menjadi vonis yang paling ringan di antara vonis keempat terdakwa pembunuhan Brigadir J lainnya.
Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam divonis hukuman mati, sedangkan istrinya, Putri Candrawathi dihukum penjara 20 tahun.
Sopir Ferdy Sambo, Kuat Ma'ruf divonis penjara 15 tahun dan ajudan Ferdy Sambo lainnya, Ricky Rizal divonis penjara 13 tahun.
Baca juga: Divonis 1,5 Tahun Penjara, Bisakah Bharada E Bebas Tahun Depan? Ini Penjelasan Pakar
Bila menengok ke belakang, Bharada E adalah orang yang ditetapkan pertama kali sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Brigadir J pada 3 Agustus 2022.
Dalam sidang vonis, Bharada E justru menjadi orang yang terakhir mengetahui nasib hukumannya.
Selengkapnya, inilah perjalanan Bharada E dalam kasus pembunuhan Brigadir J, dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
- 8 Juli 2022
Brigadir J meninggal dunia setelah mendapat tembakan di rumah dinas Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Brigadir J adalah satu di antara ajudan Ferdy Sambo yang bekerja pada suami Putri Candrawathi itu sejak 2019.
- 11 Juli 2022
Tiga hari setelahnya, kasus kematian Brigadir J baru diungkap oleh pihak kepolisian ke publik.
Divisi Humas Polri mengungkap ada peristiwa penembakan yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo.
Saat itu, narasi yang beredar, Brigadir J meninggal setelah baku tembak dengan ajudan Ferdy Sambo lainnya, yaitu Bharada E.
Motifnya, Brigadir J disebut melakukan pelecehan kepada Putri Candrawathi.
Bahkan Brigadir J disebut sempat mengancam istri Ferdy Sambo dengan menodongkan pistol hingga membuat Putri Candrawathi berteriak.
Bharada E yang juga berada di rumah tersebut lantas merespons teriakan Putri Candrawathi, tetapi malah dibalas dengan tembakan Brigadir J.
Bharada E pun membalas dengan melepaskan peluru.
Dalam baku tembak tersebut, Brigadir J disebut memuntahkan tujuh peluru yang tak satu pun mengenai Bharada E.
Sementara, Bharada E disebut memberondong lima peluru ke Brigadir J.
Polisi berkata, motif Bharada E menembak adalah membela diri dan melindungi istri Ferdy Sambo.
Sementara pada hari yang sama, jenazah Brigadir J dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi tanpa upacara kepolisian.
- 18 Juli 2022
Adanya sejumlah kejanggalan terkait kematian Brigadir J, pihak keluarga melaporkan kasus ini ke Bareskrim Polri.
Ada tiga kasus yang dilaporkan yaitu tindak pidana dugaan pembunuhan, pencurian, hingga peretasan atas kasus kematian Brigadir J.
Sore harinya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit menonaktifkan Ferdy Sambo dari jabatan Kadiv Propam.
Hal itu dilakukan agar penyidikan kasus kematian Brigadir J semakin jelas.
- 26 Juli 2022
Untuk pertama kali, Bharada E muncul di depan publik.
Saat itu, Bharada E menghadiri jadwal pemeriksaan di Komnas HAM.
Komnas HAM mengatakan Bharada E menjelaskan banyak hal saat diperiksa, termasuk soal menembak.
- 27 Juli 2022
Jenazah Brigadir J diautopsi ulang di RSUD Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
Autopsi ulang merupakan permintaan dari keluarga Brigadir J yang curiga dengan kematian anggota polisi tersebut.
Keluarga mengaku melihat sederet kejanggalan di tubuh Brigadir J sehingga muncul dugaan, ia merupakan korban pembunuhan berencana.
- 3 Agustus 2022
Hampir satu bulan setelah kematian Brigadir J, Bharada E ditetapkan sebagai tersangka.
Polisi menjerat Bharada E dengan Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 dan 56 KUHP atau pasal pembunuhan dengan sengaja.
Menurut polisi, penembakan yang dilakukan Bharada E bukanlah upaya membela diri dari Brigadir J.
Keterangan polisi ini seakan tak sejalan dengan kronologi yang disampaikan di awal.
- 6 Agustus 2022
Selama menjalani pemeriksaan, Bharada E didampingi oleh pengacara Andreas Nahot Silitonga.
Saat itu disebutkan, Andreas Nahot Silitonga diminta secara langsung oleh keluarga Bharada E untuk menjadi pengacara.
Tiga hari setelah Bharada E menjadi tersangka, Andreas Nahot Silitonga justru mengundurkan diri.
Belakangan diketahui, Andreas Nahot Silitonga adalah pengacara yang disiapkan Ferdy Sambo.
- 8 Agustus 2022
Pihak Bharada E yang diwakili pengacara barunya, yaitu Deolipa Yumara dan Muhammad Burhanuddin mengatakan ada perubahan kesaksian dari kliennya.
Menurut keterangan Bharada E, tidak ada baku tembak antara dirinya dan Brigadir J.
Kesaksian anyar Bharada E secara otomatis mengubah narasi baku tembak yang selama ini berkembang.
Bharada E juga mengaku pelaku penembakan lebih dari satu orang dan ia mendapatkan perintah dari atasannya untuk menembak Brigadir J.
Pada hari yang sama, Bharada E mendatangi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk mengajukan status sebagai justice collaborator.
Sebagai justice collaborator, Bharada E siap mengungkapkan seluruh kejadian termasuk pelaku utama atas insiden yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo.
Adapun alasan Bharada E mengajukan permohonan sebagai Justice Collaborator karena disangkakan pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 dan 56 KUHP.
- 10 Agustus 2022
Belum sampai seminggu didampingi Deolipa Yumara dan Muhammad Burhanuddin, Bharada E sudah berganti pengacara.
Hal tersebut dilakukan setelah Bharada E mencabut kuasa Deolipa Yumara dan Muhammad Burhanuddin sebagai pengacaranya sejak 10 Agustus 2022.
Kali ini, Bharada E menunjuk Ronny Talapessy sebagai pengacara terbarunya.
Alasannya keluarga Bharada E menunjuk Ronny Talapessy sebagai pengacara lantaran sudah mengenal keluarga tersangka.
Ronny Talapessy pun terus menjadi pengacara Bharada E hingga saat ini.
- 30 Agustus 2022
Bharada E menjalani rekonstruksi kematian Brigadir J di rumah dinas Ferdy Sambo, Duren Tiga.
Ini adalah kali pertama Bharada E memakai baju tahanan warna oranye.
Termasuk momen pertama pula Bharada E bertemu dengan Ferdy Sambo, orang yang sudah menyuruhnya menembak Brigadir J.
Selain Bharada E dan Ferdy Sambo, ada pula tersangka lain yaitu Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf, dan Ricky Rizal.
Ada 78 adegan yang diperagakan dalam proses rekonstruksi kasus Brigadir J, meliputi kejadian di Magelang, Jawa Tengah, serta rumah pribadi dan rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Namun di beberapa adegan, Bharada E menggunakan peran pengganti saat berhadapan dengan Ferdy Sambo.
- 28 September 2022
Kejaksaan Agung menyatakan berkas perkara Bharada E lengkap alias P21.
Sebelumnya, berkas perkara itu sempat dikembalikan kepada penyidik Polri.
- 5 Oktober 2022
Polri melimpahkan para tersangka kasus pembunuhan Brigadir J beserta barang bukti.
Dalam pelimpahan itu, Kejaksaan Agung menampilkan sejumlah tersangka, termasuk Bharada E.
- 10 Oktober 2022
Berkas Bharada E dan tersangka lain lantas diserahkan ke PN Jakarta Selatan.
Pengadilan pun lantas membuat jadwal persidangan Bharada E.
Adapun jadwal sidang dibuat berbeda antara para tersangka.
- 18 Oktober 2022
Bharada E menjalani sidang perdana kasus pembunuhan Brigadir J.
Agenda sidang perdana Bharada E adalah pembacaan dakwaan oleh jaksa.
- 17 Oktober 2022-Januari 2023
Para terdakwa menjalani rangkaian sidang di PN Jakarta Selatan.
Mulai dari pemeriksaan saksi-saksi, ahli, dan alat bukti hingga pembacaan tuntutan, pleidoi, replik, dan duplik.
Dalam pemeriksaan saksi, pihak Bharada E sempat menghadirkan tiga saksi a de charge atau saksi yang menguntungkan terdakwa.
Mereka adalah Guru Besar Filsafat Moral Romo Frans Magnis-Suseno SJ, Psikolog Klinik Dewasa Liza Marielly Djaprie, dan Psikolog Forensik Reza Idragiri Amriel.
- 18 Januari 2023
Bharada E menjalani sidang tuntutan.
Dalam sidang ini, jaksa penuntut umum menuntut Bharada E dengan pidana penjara selama 12 tahun.
Posisi Richard Eliezer selaku eksekutor pembunuhan menjadi hal yang memberatkan.
Menurut jaksa, ada dua hal yang memberatkan Bharada E yaitu posisinya sebagai eksekutor dan pelaku penembakan Brigadir J.
Tuntutan Bharada E sempat menimbulkan polemik karena dinilai tidak adil.
Sebab tiga terdakwa lain yaitu Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf, dan Ricky Rizal justru hanya dituntut penjara 8 tahun.
Apalagi Bharada E merupakan justice collaborator dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
- 25 Januari 2023
Setelah mendengarkan tuntutan, kini giliran Bharada E yang membacakan nota pembelaan alias pleidoi.
Nota pembelaan itu diberi judul Apakah Harga Kejujuran Harus Dibayar 12 Tahun Penjara?
Di pembuka pledoinya, Bharada E menyampaikan permohonan maaf kepada ayah dan ibunya atas peristiwa yang terjadi.
Dia juga menyampaikan hal itu kepada keluarga besar Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Termasuk kepada tunangannya, Bharada E juga meminta maaf karena harus bersabar menunda rencana pernikahannya.
- 15 Februari 2023
Kini, Bharada E telah menghadapi sidang vonis dan sudah mengetahui apa yang menjadi hukumannya.
Ia mendapatkan vonis penjara selama 1 tahun 6 bulan atau 18 bulan dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Dengan putusan tersebut, maka dimungkinkan Bharada E akan menghirup udara bebas pada Februari 2024 semenjak ditahan pada 3 Agustus 2022.
Perhitungan jatah masa tahanan terhadap Bharada E itu dapat diterapkan jika putusan atas majelis hakim PN Jakarta Selatan sebagai peradilan tingkat I berkekuatan hukum tetap atau inkracht.
Dalam artian lain, tidak ada kedua belah pihak yang mengajukan banding atas putusan ini, baik dari jaksa penuntut umum (JPU) maupun dari tim kuasa hukum Bharada E.
Jadwal bebasnya Bharada E pada Februari 2024 juga belum dihitung jika ia mendapatkan remisi potongan masa hukuman.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Abdi Ryanda Shakti/Suci Bangun DS/Rizki Sandi Saputra)