Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Minta Maaf Maskapainya Tak Beroperasi Maksimal di Papua, Susi Yakin Berdampak Besar Bagi Kemanusiaan

Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti, meminta maaf kepada masyarakat Papua, Pemerintah Daerah, dan pengguna Susi Air di Papua yang saat ini kegiatannya

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Minta Maaf Maskapainya Tak Beroperasi Maksimal di Papua, Susi Yakin Berdampak Besar Bagi Kemanusiaan
Tribunnews.com/Gita Irawan
Founder Susi Air Susi Pudjiastuti bersama jajara Susi Air saat konferensi pers di SA Residence Jakarta Timur pada Rabu (1/3/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti, meminta maaf kepada masyarakat Papua, Pemerintah Daerah, dan pengguna Susi Air di Papua yang saat ini kegiatannya terganggu karena 70 persen dari penerbangan pesawat jenis Pilatus Porter milik maskapainya berhenti beroperasi saat ini. 

Selain itu, sebanyak hampir 40% operasional penerbangan di Papua juga terhenti.

Ia mengatakan hal tersebut akan menggangu kegiatan dan pasokan logistik masyarakat yang hidup di pegunungan-pegunungan Papua.

"Jadi kami mohon maaf, saya pemilik dan perintis Susi Air, tahun 2006 kita masuk Papua, sekarang ini tidak bisa melayani lagi," kata Susi di SA Residence Jakarta Timur pada Rabu (1/3/2023).

Ia menjelaskan sejumlah penyebabnya di antaranya karena armada yang berkurang akibat dibakarnya pesawat Pilatur PC-6 Porter dengan nomor ekor PK-BVY oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua serta kehilangan satu pesawat tahun lalu.

Kedua, kata dia, menyangkut kepercayaan diri pilot-pilot Susi Air yang menerbangkan pesawat Pilatus Porter di Papua tidak memungkinkan adanya penerbangan lagi di wilayah pegunungan.

BERITA REKOMENDASI

Susi mengatakan keahlian pilot yang bisa menerbangkan pesawat jenis Pilatus PC-6 Porter sebagaimana yang dimiliki Captain Phillip Mark Mehrtens yang kini disandera Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua tidak mudah ditemukan.

Saat ini, kata dia, bush pilot Susi Air atau pilot yang bisa menerbangkan pesawat di daerah terpencil atau pegunungan hanya didatangkan dari luar negeri atau berstatus WNA sebagaimana halnya Phillip. 

Pilot-pilot Susi Air yang mampu terbang di wilayah-wilayah Papua, kata dia, sangat jarang. 

Susi Air, kata dia, tidak akan memperkerjakan pilot pesawat Pilatus PC-6 Porter jika jam terbangnya di bawah dua atau tiga ribu.

Baca juga: Pihak Susi Air: Kelompok Penyandera Tidak Komunikasi Apapun Kepada Perusahaan

Pilot-pilot pesawat tersebut, kata Susi, memiliki keahlian yang sangat mumpuni, siap untuk mendapatkan tantangan alam di Papua, dan berkualifikasi secara training di Susi Air.

Selain itu, kata dia, pilot Pilatus PC-6 Porter yang diperkerjakan Susi Air untuk daerah Papua sebelumnya telah berpengalaman terbang di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

"Ini akan sangat sulit. Jadi resignation juga akan tinggi bila penyelesaian Kapten Phillip ini, tidak bisa baik," kata Susi.

Susi menjelaskan pesawat Pilatus Porter Susi Air, hanya terbang ke bandara-bandara yang pesawat biasa atau jenis Caravan tidak mampu.

Sehingga, kata dia, apabila pesawat Pilatus Porter tidak bisa terbang ke wilayah tersebut, maka hanya bisa diakses oleh helikopter atau dengan jalan kaki.

Rata-rata, kata dia, pesawat Susi Air jenis tersebut melayani penerbangan 20 kali sehari di Papua.

Pesawat Pilatus Porter Susi Air, kata dia, bisa mengangkut tujuh sampai sembilan orang penumpang. 

Apabila digunakan untuk mengangkut barang, kata dia, pesawat itu bisa mengangkut muatan berupa beras, makanan, atau BBM sekitar 900 Kg.

"Ya pasti berdampak. Untuk kemanusiaan saya yakin berdampak, dampaknya besar. Ada yang sakit tidak bisa berobat, tidak bisa di medivak (evakuasi medis), ya mungkin makanan juga makin hari makin berkurang, ya pasti sangat sulit. Bayangan saya," kata dia.

Untuk itu, ia berharap semua pihak sadar bahwa kepentingan masyarakat untuk bisa mendapatkan kebutuhan pokoknya dan akses transportasi adalah hak-hak kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Baca juga: Bicara Pembakaran Pesawat dan Penyanderaan Pilot, Susi Pudjiastuti: Pagi Itu Tidak Ada Alert Apapun

"Saya berharap semua sadar, pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat Papua, masyarakat Papua, dan organisasi yang mengaku Papua Merdeka bahwa kepentingan masyarakat untuk bisa mendapatkan kebutuhan pokoknya dan akses transportasi itu adalah hak-hak kemanusian yang tidak bisa dihilangkan begitu saja," kata Susi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas