Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yusril Ihza Sebut Sistem Proporsional Terbuka Perburuk Kapasitas Pemilih, Makin Tak Terdidik Politik

Yusril Ihza menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilu memperburuk kapasitas pemilih dan menjadi tidak terdidik politik.

Penulis: Rifqah
Editor: Daryono
zoom-in Yusril Ihza Sebut Sistem Proporsional Terbuka Perburuk Kapasitas Pemilih, Makin Tak Terdidik Politik
Tangkapan Layar KOMPAS TV
Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (Kiri) dan Hakim Mahkamah Konstitusi Anwar Usman (Kanan). Yusril Ihza menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilu memperburuk kapasitas pemilih dan menjadi tidak terdidik politik. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilihan Umum (Pemilu) memperburuk kapasitas pemilih.

Hal tersebut Yusril sampaikan ketika memberikan keterangan selaku pihak terkait pada Sidang Uji Materill UU 7/2017 tentang Pemilihan Umum Sistem Proporsional Terbuka di Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat pada Rabu (8/3/2023).

Awalnya Yusri mengatakan bahwa ketentuan pasal yang mengatur penerapan sistem proporsional terbuka melemahkan kapasitas pemilih.

"Bahwa selain melemahkan partai politik secara struktural karena partai tidak lagi fokus kepada produknya berupa program, gagasan, dan ide perbaikan."

"Partai juga menjadi semakin tidak ideologis dan menjadi semakin pragmatis karena hanya dijadikan batu loncatan bagi kader-kader untuk sekadar mencapai karier politik pribadinya, sehingga mudah bagi kader berpidah dari satu partai ke partai lain," ucap Yusril, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Rabu (8/3/2023).

Lantas Yusril pun mengatakan bahwa sistem proporsional terbuka tersebut ternyata memperburuk kapasitas pemilih dan semakin tidak terdidik secara politik.

"Pemberlakuan sistem proporsional terbuka ternyata ikut memperburuk kapasitas pemilih kita, para pemilih semakin tidak terdidik secara politik."

Baca juga: Di Sidang MK, Yusril Ihza Mahendra: Sistem Proporsional Terbuka Bertentangan dengan UUD 1945

Berita Rekomendasi

"Dan semakin tidak sadar untuk apa fungsi hak pilih yang ada di tangannya itu serta seberapa pentingnya hak pilih itu bagi keberlanjutan bangsa dan negara kita," ungkapnya.

Para pemilih, dikatakan Yusril bahkan tidak mengetahui bagaimana cara terbaik menggunakan hak pilihnya tersebut.

Terutama untuk kandidat seperti apa yang pantas mendapat hak pilih tersebut.

"Betulkah hak pilih mereka itu setara nilainya dengan amplop atau bingkisan sembako sehingga bisa digadaikan dengan begitu mudahnya."

"Pemilih kita hari ini masih seperti itu kondisinya," ucap Yusril.

Sistem Proporsional Terbuka Gagal Bangun Hubungan Erat Antar Anggota Dewan dan Konstituen

Selain itu, Yusril juga menyampaikan bahwa sistem proporsional terbuka awalnya bertujuan menguatkan kapasitas pemilih.

Di mana pemilih diharapkan dapat mengenal nama-nama dan sosok dari kandidat-kandidat yang disediakan di kertas suara.

Namun, ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Ternyata meskipun telah dibuat seterbuka mungkin, para pemilih kita tetap berjarak dengan kandidat-kandidat yang mereka pilih," kata Yusril.

Ketua Umum PBB, Ysuril Ihza Mahendra
Yusril Ihza menyatakan bahwa pemberlakuan sistem proporsional terbuka pada Pemilu memperburuk kapasitas pemilih dan menjadi tidak terdidik politik.

Sistem proporsional terbuka, kata Yusril gagal membangun hubungan yang erat antara para anggota dewan dan konstituennya.

Meskipun tujuan diadakan ketentuan tersebut adalah agar konstituen dapat mengontrol kinerja kandidat yang terpilih.

"Nyatanya jangankan mengontrol dan mengawasi, kenal saja tidak," ucap Yusril.

"Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sistem proposional terbuka adalah penyebabnya," imbuhnya.

Sistem Proporsional Terbuka Lemahkan Pemilih secara Struktural

Sistem proporsional terbuka sebelumnya disebutkan juga melemahkan pemilih secara struktural.

Para pemilih semestinya mendapatkan pendidikan politik dari partai dan kandidat-kandidat yang diusungnya.

"Namun, karena keduanya tidak lagi fokus menjual program, gagasan, dan ide, maka pengetahuan pemilih tentang Pemilu hanya sebatas ajang memilih orang populer atau orang dekat, tanpa merasa perlu memastikan apakah kandidat tersebut punya kapasitas untuk bekerja," ungkap Yusril.

Baca juga: KPU Tengah Susun Rancangan Anggaran Surat Suara Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Rp800 M

Yusril mengatakan bahwa para pemilih kini betul-betul dibuat lemah secara struktural dan tidak melakukan peran kedaulatan yang ada pada mereka sebagaimana mestinya.

Maka dari itu, Yusril menyatakan carut-marutnya dunia politik yang dialami kini bukan hanya disebabkan dari partai politik dan kader-kadernya saja, tetapi juga disebabkan oleh lemahnya para pemilih.

"Bahwa untuk menjadi perhatian yang mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, maka dari kelemahan-kelemahan itu akhirnya kita dapat memahami bahwa carut-marutnya dunia politik kita hari ini bukan saja salah partai politik dan kader-kadernya tetapi juga disebabkan oleh lemahnya para pemilih," ujar Yusril.

(Tribunnews.com/Rifqah)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas