Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dipilih Karena Kemasannya Lebih Sehat, Market Share AMDK Galon Bening Melonjak di Pasar Air Minum

Informasi tentang AMDK galon bening yang lebih sehat dan aman untuk keluarga ternyata lebih meyakinkan banyak konsumen.

Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Anniza Kemala
zoom-in Dipilih Karena Kemasannya Lebih Sehat, Market Share AMDK Galon Bening Melonjak di Pasar Air Minum
Shutterstock
Galon bening yang terbuat dari plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) kini makin diminati masyarakat. 

TRIBUNNEWS - Kerap menjadi target kampanye negatif, galon bening yang terbuat dari plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET), kini justru mengalami pertumbuhan dari segi market share

Mengutip data dari Asparminas yang dirilis awal 2023, pada tahun 2022 market share Air Minum dalam Kemasan (AMDK) galon bening PET meningkat dari 6 persen menjadi 8%. Sebaliknya, market leader AMDK yang menggunakan galon polikarbonat berwarna gelap merosot menjadi 92% dari sebelumnya 94% 

Bukan tanpa alasan, informasi tentang AMDK galon bening yang lebih sehat dan aman untuk keluarga ternyata lebih meyakinkan banyak konsumen. Meski market leader masih menguasai pasar, para pelaku usaha dalam negeri yang menggunakan galon bening PET kini makin diminati masyarakat. 

Untuk diketahui, saat ini terdapat 1.200 pelaku industri air minum dalam kemasan, dengan volume air minum 35 miliar liter per tahun, 2.100 merek dan 7.000 lebih izin edar. 

Eko Susilo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas) mengatakan bahwa selama puluhan tahun, masyarakat terus mengkonsumsi air dari kemasan galon yang berpotensi membawa bahaya bagi kesehatan mereka.

Hal ini terkait erat dengan fakta bahwa dari 30 sampai 40 juta galon yang beredar di Indonesia, sebanyak 90% adalah galon guna ulang polikarbonat. 

“Selama puluhan tahun, karena ketidaktahuan mereka, konsumen mengkonsumsi air dari kemasan galon yang berpotensi membahayakan kesehatan. Pemerintah jelas punya kewajiban untuk melindungi masyarakat dan sudah mengambil langkah tepat sebelum terlambat,” kata Eko belum lama ini.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut, market leader AMDK di Indonesia menguasai kurang lebih 50% market share, walaupun diyakini bahwa penguasaannya berkisar lebih dari 50%, lantaran tidak termasuk merek kedua dari milik market leader. 

Berbanding terbalik, beberapa merek lokal masing-masing hanya menguasai 1%-5% market share. Sisanya dikuasai merek lain yang mayoritas berada di kelas 0,01%-0,08%. Angka tersebut tentunya masih jauh dibawah market leader pasar AMDK di Indonesia.

Dorong pertumbuhan produsen AMDK lokal

Eko mengatakan bahwa pelaku industri AMDK dapat menghemat biaya produksi hingga Rp1,5 triliun per tahun. 

Menurutnya, penghematan signifikan ini bisa diraih bila para konsumen mau meninggalkan galon polikarbonat yang diimpor dan beralih menggunakan galon dari jenis plastik PET hasil produksi dalam negeri yang mudah didaur ulang.

“Jadi, seharusnya sumber dari dalam negeri yang melimpah yang justru didukung. Selain tidak kompetitif, industri yang tetap melakukan impor ini jelas tidak sehat,” pungkasnya. 

Kabar baiknya, saat ini produk-produk AMDK di luar market leader, terutama produsen AMDK lokal, sedang mengalami pertumbuhan pasar. 

“Pertumbuhan produsen air minum kemasan di luar pemain besar tumbuh 2 digit, di mana hal tersebut menjadi kabar baik bagi kami, produsen air minum kemasan lokal,” kata Eko. 

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pertumbuhan pasar AMDK galon pada 2022 mencapai angka 4%. Hal ini, menurut Eko, terjadi karena para pesaing menengah dan kecil yang ada di pasar telah berhasil berinovasi dan meningkatkan daya saing, sehingga bisa merebut pasar dari market leader. 

“Pelaku usaha bisa lebih inovatif dan lebih tenang dalam menjalankan usaha air minum karena sudah sesuai regulasi pemerintah, dan masyarakat juga diuntungkan karena kesehatan mereka bisa lebih terjaga,” ujarnya.

Eko menambahkan produsen air minum kemasan lokal kini berjumlah 95% lebih dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Hal ini menjadi salah satu faktor utama para produsen tersebut berkontribusi terhadap pembangunan daerah. 

“Mereka (pelaku usaha dalam negeri) harus terus berinovasi dan meningkatkan daya saing, sehingga bisa berkontribusi pada pembangunan dan peningkatan kesejahteraan di daerah masing-masing,” jelas Eko.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas